webnovel

Dewa Dan Safira

"Oh ya, Dewa ... dia seorang model loh! oleh karena itu, dia akan bergabung dengan Agensi model kita nantinya !" ujar Ardhi Wijaya, Safira mengangguk.

"Oh begitu, sejak kapan kamu menjadi seorang model ?" tanya Dewa yang mulai tertarik ingin mengetahui tentang Safira.

"Belum lama, ketika usiaku 15 tahun! aku di tawari agensi Ellit model! setelah di foto tanpa sengaja waktu berjalan-jalan di sebuah mall! katanya kencantikanku berbeda dan memancarkan wajah asianya! itu katanya loh, ya udah lalu di foto! tak lama aku di undang oleh agensi model itu! dan diterima, nyokap setuju asal tidak mengganggu sekolahku! dan jadi model deh !" jawab Safira panjang lebar

"Sorry! maaf semua, aku mau ke kampus dulu !" ujar Sheilla tiba-tiba. Semua mengangguk dan dia bangun dan beranjak pergi.

"Oke, kamu nanti datang saja ke kantor Palm Entertaimen !" Dewa pun beranjak dari tempat duduk, Safira pun hanya mengangguk sambil tersenyum, Dewa pun pergi bekerja setelah pamitan sebelumnya kepada semuanyai. Dan yang lain pun sama akan berangkat menuju aktifitas masing-masing.

-----------------

Dewa sedang dalam perjalanan ke kantornya. Dia menggunakan mobilnya sendiri tanpa sopir pribadi yang mengantarnya. Selama ini dia memang seperti itu, dia akan menggunakan sopir bila ke luar kota atau Bandara saja. Selebihnya sendiri, jarak dari rumah nenek dan kakeknya cukup jauh, tapi tak masalah. Dia kan pimpinan perusahaan, jadi tak masalah datang terlambat dan santai saja.

"Hallo, Sarah! aku minta semua file bagian Agensi model ... nanti sudah ada di mejaku ya !" perintahnya kepada asisten pribadinya di dalam mobil, di saat lampu merah. Jakarta padat dan macet, karena semuanya juga beraktifitas menuju ke tempatnya masing-masing. Dia menyetir sambil, mendengarkan lagu kesukaannya.

Tak lama dia pun sudah tiba di gedung kantornya. Para Satpam mengenalinya dan membungkuk hornat. Mobil Dewa menuju parkiran basement bawah gedung kantor. Sebenarnya ini adalah komplek gedung perkantoran Palm Citiy di daerah kawasan yang sangat luas, yang dulu sempat terbengkalai milik Ardhi Wijaya. Dan kemudian dilanjutkan oleh kedua orang tua Dewa, Amira dan Bagas. Membutuhkan dana triliyunan untuk membangun Palm City kembali seperti saat ini.

Dan kini Palm City berubah menjadi kota satelit baru, kawasan ini juga beruntung berada tidak jauh dari pantai, sehingga membuatnya berbeda. Ada kawasan perumahan dari berbagai tipe, apartemen dan juga perkantoran, pusat bisnis dan hiburan dan juga rumah sakit, sekolah, serta menjadi tempat nongkrong baru bagi warga Jakarta dan sekitarnya.

Termasuk juga pusat perkantoran milik Palm Co untuk divisi lainnya, selain kantor pusatnya di kawasan bisinis Jakarta. Dan kantor baru milik Dewa berada di Palm City. Semua divisi Palm Entertaimen ada disini, menempati dua gedung perkantoran masing-masing 25 lantai, yang keduanya saling terhubung. Walau sudah 4 tahun beraktifitas, tapi Dewa baru satu tahun ini bekerja. Selama ini di pegang oleh papanya. Dan dunia Entertaimen sekarang lebih berkembang, maka dulu hanya sebatas bagian dari perusahaan saja, kemudian dikembangkan menjadi divisi baru perusahaan dan Dewa di tunjuk menjadi pimpinannya.

Dewa parkir di tempat khusus, dan kemudian turun dari mobilnya. Ternyata seorang wanita berkaca mata sudah berdiri di depannya.

"Selamat pagi, pak !" sapanya. Dewa mengangguk.

"Pagi !" katanya sambil tersenyum, keduanya menuju ke sebuah lift khusus yang berada di lantai basement gedung, yang terhubung langsung menuju kantor pribadinya di lantai 24 dan 25 gedung ini.

Sarah adalah asistennya ketika masih menjabat menjadi manajer utama bidang Kontruksi Palm Co. Dia karyawan yang relatif baru, sama seperti dirinya. Sarah adalah rekomendasi dari Susan asisten pribadi papanya, sebelum dia pensiun di gantikan oleh orang lain.

Sarah wanita yang energik, dan selalu siap bila ada masalah atau keinginan dari bosnya itu, sebenarnya dia berwajah cantik, tapi terkesan tomboy. Pakaiannya pun kasual atau memakai celana dan kemeja serta jas seperti lelaki. Walau begitu yang terlihat perempuan hanya rambutnya yang panjang sepundak. Selebihnya dari sikapnya tegas dan tegap.

Ketika pertama kali Dewa melihatnya sempat tertegun menatap sosoknya yang unik itu. Susan pun mengerti dan tersenyum.

"Apa, anda tidak suka ?" tanyanya, kepada Dewa. Sementara Sarah diam saja di perhatikan seperti itu. Padahal kalau perempuan lain pasti sudah salah tingkah.

"Engga juga ... hanya ... sedikit berbeda !" jawabnya, dengan senyum yang menawan.

"Iya, betul! aku juga kaget loh !" ujar Susan tertawa, Dewa pun ikutan tertawa juga. Tapi tidak dengan Sarah. Harus di akui sosok Sarah lebih mirip dengan bodyguard cewek di banding seorang asisten pribadi yang biasanya cantik dan seksi. Dewa pun sudah membaca file tentang Sarah dan memang sangat mengejutkan.

Sarah di ketahui anak dari seorang Jendral, dia adalah anak perempuan satu-satunya, dari empat bersaudara yang semuanya lelaki. Dewa bisa menduga dia dekat dengan ayahnya makanya sikapnya tidak manja, tapi terlihat maskulin. Dan Dewa tertegun melihat rentetan prestasi di filenya itu, juara satu kejuaraan bela diri dari berbagai aliran. Judo, Taekwondo Karate dan lainnya, termasuk menembak juga. Wow ... beneran seperti bodyguard !

Sebenarnya ada dua pilihan lain, satu lelaki dan satu lainnya perempuan, itu memang tak seperti bayangannya selama ini. Dewa tahu kok, dia pun pernah menjadi asisten juga, jadi dalam dirinya pekerjaan lah yang di utamakan, bukan fisik. Maka Sarah pun terpilih dan hasilnya ... luar biasa !

"Semua, sudah siap pak !" katanya, dia berbicara di dalam lift, mengenai rencana kegiatannya hari ini. Dewa mengangguk.

"Oke, terima kasih ya! oh iya, ngomong-ngomong ... kamu cantik hari ini !" pujinya, Sarah hanya diam.

"Terima kasih, sir !" katanya dan kembali ke sikap cool. Dewa hanya tersenyum saja. Pintu lift pun terbuka, dan keduanya pun keluar. Para karyawan di bagiannya langsung berdiri dan menghormat. Dewa membalas tersenyum kepada semuanya dan masuk menuju kantor utamanya.

Kantor utamanya cukup luas, sudah selesai di renovasi sesuai dengan keinginannya. Ada ruang tamu untuk menerima tamu, ruang kerja ada bar kecil dan pantry untuk dirinya serta lemari. Sarah mengambil tas bosnya dan kemudian menyimpan di tempatnya yang sebenarnya itu berisi makanan yang di buat oleh neneknya, sementara tas kerjanya berisi laptop saja, yang terdapat semua file penting.

Dewa melihat file Agensi model di mejanya. Dan tersenyum, Sarah memang hebat, dia bagai intelijen bagnya, apa pun rahasia lawan bisa dia dapat, entah bagaimana caranya.

"Ini sudah semuanya ?" tanyanya, kemudian duduk dan mengambil file kemudian membacanya.

"Tentu saja pak !" jawab Sarah, sambil meletakan gelas kosong dan botol air putih di meja kerja bosnya. Kemudian dia berdiri bak prajurit menunggu perintah.

"Hmm .., jadi, kita hanya punya 20 model pria dan wanita yang aktif ?" tanyanya.

"Betul pak! 5 model sudah bekerja sama dengan agensi yang di Singapura dan Malaysia! sisanya masih di sini! 10 model iklan dan catwalk! 10 artis dan aktor film dan sinetron !" jelas Sarah tegas dan jelas, Dewa mengangguk. Tiba-tiba ponsel berbunyi di tangan Sarah dan kemudian mengangkatnya.

"Hallo ? tunggu sebentar ... pak, apa anda janjian dengan seseirang yang bernama Safira ?" tanyanya, Dewa mengangguk. Sarah kembali berbicara dengan seseorang dan kemudian menutupnya.

"Beliau meminta ingin bertemu siang ini! karena ada urusan yang penting dahulu !" katanya kepada Dewa. Lelaki itu tertegun dan kemudian mengangguk. Dia berdiri dan mengambil botol air minum dan menuangkannya ke gelas.

"Sarah ... ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu !" katanya sambil menatap asiaten pribadinya, sementara gadis itu tertegun.

"ini rahasia, tak boleh ada yang tahu !" lanjutnya.

"Baik sir! aku mengerti !" jawab Sarah tegas. Dewa mengangguk.

"Ini menyangkut rahasia klan Wijaya !" ujar Dewa. Dan dia pun mulai bercerita tentang sesuatu kepada asistennya itu, dan Sarah mendengarkan secara seksama.

-----------------

Pintu di ketuk, dan masuklah seorang perempuan cantik kemudian menyapa Dewa dan Sarah.

"Pagi !"

"Pagi mba, ayo silahkan duduk !" jawab Dewa, sedang Sarah menawarkan mau minum apa kepada tamu bosnya itu, setelah itu menuju pantry.

"Ada apa nih, kok mba di panggil? sampai kaget !" tanya perempuan itu dan duduk di sofa tamu, Dewa tersenyum.

"Dewa, memanggil mba Ellsa karena ada sesuatu yang penting aku sampaikan !" jawab Dewa.

"Apa itu ?" tanya perempuan itu yang ternyata putri almarhum paman Yudha, adik dari bang Robi. Kini dia bekerja di divisi Periklanan Palm Entertaimen. Banyak iklan sudah di produksinya, bahkan memenangkan penghargaan dalam dan luar negeri.

"Begini mba! Dewa ingin mba Ellsa menangani agensi model yang baru! sedang periklanan silahkan mba tunjuk orang yang baru untuk menggantikannya! karena ini sangat penting !" jelas Dewa, Ellsa tertegun, dia mendengar dari kakaknya bahwa Dewa di pindahkan untuk menangani Palm Entertaimen sedang Robi menggantikannya di bagian Kontruksi.

Ellsa memang lulusan luar negeri dibidang IT kemudian di tempatkan di periklanan di Palm Entertaimen sejak awal di dirikan, jadi tahu banyak tentang hal dunia hiburan.

"Oh, begitu! bagi mba itu tak masalah sih! memang sedang ingin mencoba hal baru! juga !" jawab Ellsa tersenyum. Dan Dewa pun menjelaskan semuanya, sekaligus memberikan semua file agensi model kepada mbak Ellsa.

"Kalau begitu, terserah mba mau bekerja kapan! aku setuju saja !" ujar Dewa, Mbak Ellsa mengangguk, dan akan mempelajari semuanya.

"Oh iya mba, anu ... akan ada satu lagi yang akan bergabung dengan agensi model kita !" tambah Dewa.

"Siapa ?" tanya Ellsa. Dewa terdiam, kemudian memberitahu siapa dia, Ellsa pun tertegun.

"Serius ?" tanyanya, Dewa mengangguk.

"Waw ... ini sangat menarik !" ujarnya.

"Oke, setelah ketemu kamu! suruh dia menghadap mba ya ?" ujarnya dan dia pamitan kepada Dewa. Pemuda itu mengangguk.

"Baik mba! dan terima kasih atas pengertiannya !" jawab Dewa.

"Apa lagi tugas hari ini ?" tanya Dewa kepada Sarah yang dari tadi mendengar apa yang di bicarakan.

"Ada rapat direksi dan pertemuan dengan para klien !" jawwbnya sambil membuka tablet yang di pegangnya. Dewa pun mengangguk dan bergegas pergi, diikuti oleh Sarah.

--------------

Safira menatap dirinya di cermin kamar di rumah teman mamanya. Om Ardhi Wijaya, tak lama dia tersenyum. Penampilannya kini terlihat anggun dan berkelas. Dia mengambil tasnya dan kemudian keluar kamar untuk pergi ke suatu tempat. Di bawah gadis itu bertemu dengan Marina dan Ardhi Wijaya. Keduanya tertegun terutama tentu saja Ardhi Wijaya, karena Safira mengingatkan dirinya dengan Anggia. Marina pun menyadari itu.

"Mau kemana ?" tanya Marina justru, bukan suaminya.

"Mau kesuatu tempat dulu tante, om! lalu ke Palm Entertaimen! tadi sudah di telpon, dan janjian siang ini! oh iya, terima kasih juga telah memberikan nomor telponnya ... Dewa !" jawabnya, agak berbeda karena belum dekat dan baru bertemu. Tapi dia tak keberatan kok, mencoba untuk berkarier di sini ... karena menghidari seseorang di sana ...

"Oh begitu ... ayo bareng saja! tapi nanti di antar pak sopir, biar mengantar kami dulu !" ajak Marina. Tapi Safira menggeleng menolak.

"Maaf, om dan tante! aku mau naik kedaraan on line saja! takut merepotkan !" ujarnya. Akhirnya Marina dan Ardhi Wijaya pamitan pergi duluan, Safira mengangguk. Setelah keduanya pergi gadis itu menatapnya tajam.

"Mama kira, Safira tidak tahu apa ?" katanya dan kemudian tersenyum misterius. Tak lama taksi onlinenya datang dan menuju ke suatu tempat. Tak lama dia pun sampai di depan sebuah rumah yang sangat besar. Safira hanya menatap dari mobil tanpa turun.

"Maaf mba, kita sudah sampai !" ujar si sopir kepada gadis itu.

"Kita pergi saja, mas! saya akan bayar lebih !" jawab Safira, membuat sang sopir heran, tapi dia tak menolak rezeki. Dan bertanya hendak kemana, Safira pun menjawabnya dan mobil pun pergi menjauh, ada tulisan di depan rumah itu Aria Permana Sudarmin !

Safira kini sedang duduk di sebuah Cafe mewah di sebuah mall tak jauh dari pusat perkantoran Palm City, tepat di depannya terpampang nama Palm Office Tower dimana Palm Entertaimen berada. Dia sedang meminum kopi kesukaan dari brand ternama berwarna hijau itu. Sesekali menatap gedung itu, tak lama ponselnya berdering dan dia mengangkatnya.

"Hallo ... iya mam !" katanya.

"Maaf, mam ... aku akan tinggal lebih lama di sini !" ujarnya, Anggia yang ada di seberang lautan yang jauh terkejut ketika mendengar itu, dia terdiam.

"Lalu bagaimana ?" tanyanya. Safira menghela nafas.

"Aku, baru melihat rumahnya mam !" jawabnya.

"Oke, apa yang menyebabkan kamu ingin tinggal lama di sana ?" tanya Anggia.

"Pertama, ini tidak mudah mam! kedua, om ... Ardhi menawarkan kepadaku menjadi model atau bisa di sebut di tawari agensi model miliknya yang di pegang cucunya ... Dewa putra dari Amira dan Bagas !" jawabnya, Anggia tertegun, Safira pun menceritakan semuanya tentang Ardhi Wijaya kepada mamanya itu.

"Mereka sudah menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia! mam !" ujarnya.

"Ya, mama tahu kok !" jawab Anggia.

"Jadi, benar ... dia papaku ?" tanya Safira, Anggia terkejut. "Jangan-jangan ... dia ..." Anggia tidak menyangka putrinya bakalan tahu, tentang hal itu, ...

"Safira ... "

"Mama, jangan bohong! aku tahu semuanya !" ujar Safira.

"Safira, oke ... mama akan ceritakan semuanya! tapi tidak sekarang, kamu fokus ke rencana awal oke ?" jawab Anggia. Safira terdiam.

"Baik mam! aku terima, tapi mama harus menjelaskan semuanya kepadaku " Safira pun setuju. Anggia pun mengangguk. Telpon pun di tutup. Anggia terdiam, beberapa waktu lalu, dia .... bertemu kembali dengan seseorang dan itu adalah ... Aria Permana !

Bersambung ....