webnovel

bab 12

"Jangan liat gue lo, gue udah nggak ada hubungan lagi sama tuh orang", Ujar Hyerin saat tahu Arka menatap nya dengan antusias.

"Kali aja lo tau"

"Sudah-sudah, lanjutkan belajar kalian. Kenapa malah nge gosip?"

"Ishh iya-iya, dasar kutu buku", Kenzie merotasi kan matanya malas dengan ucapan Arka.

"Ohh ya, Zi katanya di kelas lo bakalan ada murid baru ya? Klo nggak salah namanya Yuta", arka menatap Zivanna dengan tatapan datarnya. Gadis itu kalau sudah membaca buku novel nya ia tidak akan peduli dengan sekitarnya lagi.

"Ohhh aku hampir lupa, Bagaimana dengan kelanjutan surat itu?", semuanya menatap ke arah Hyerin. Karena kemarin katanya, dia akan membicarakan masalah itu dengan sang ayah.

"Mereka mencabut nya tentu saja. Kalo nggak di cabut Zivanna nggak mungkin masih ada disini kan", Hyerin benar. Itu artinya tidak ada yang perlu di khawatir kan lagi.

"Mau kemana?", Tanya Arka yang melihat Zivanna tiba-tiba membereskan buku dan bekal nya. Tidak biasanya Zivanna pergi duluan seperti ini.

"Bu tia meminta ku untuk ke ruangannya tadi, jadi aku duluan ya", pamit Zivanna pada teman-teman nya yang menjawab nya dengan anggukan. Lagipula sebentar lagi bel masuk juga akan berbunyi.

Zivanna berlari dengan terburu-buru keruangan salah satu guru yang memanggil nya tadi. Ia lupa kalau beliau memanggil nya keruangan nya tadi. Dan karena tidak berhati-hati dengan jalannya, Zivanna jadi tidak sengaja menabrak seseorang dan terjatuh sampai semua buku yang dibawa nya berhamburan.

"Aah maafkan aku...", ucap Zivanna sembari masih memunguti bukunya.

"Ini...", Zivanna mendongak kan kepalanya sedikit saat laki-laki itu menyodorkan buku novelnya padanya. Zivanna berterimakasih padanya dan segera berlari menuju ruang kelasnya untuk mengantarkan buku nya dulu.

***

"Permisi bu...", Terlihat figur seorang gadis yang menyembul kan kepala nya ke dalam ruangan seorang guru.

"Masuklah nak", Zivanna kemudian melangkah kan kakinya masuk dan berdiri di samping seseorang. Tak lupa dia juga meminta maaf karena terlambat ke ruangannya.

"Tak apa. Sekarang tuan Yuta tolong ikuti nona Zivanna menuju ruang kelasmu", Zivanna menatap laki-laki di samping nya itu. Mata Zivanna membulat sempurna saat tahu itu adalah laki-laki yang ia tabrak tadi. Laki-laki di samping nya itu tersenyum dengan eye smile khasnya dan menyapa Zivanna dengan lambaian tangannya.

Suasana menuju ruang kelas terasa sangat panjang dan hanya di isi oleh keheningan, sepertinya tidak ada yang berniat untuk membuka percakapan di antara mereka. Tapi semua itu sirna saat lelaki bernama Yuta itu membuka percakapan lebih dulu.

"Siapa namamu"

"Zivanna"

"Maksud ku nama panjang"

"Zivanna Anastasya"

"Namamu indah"

"Aku tau"

"Apa kau tidak mau bertanya namaku?"

"Bu tia sudah memberitahu kan tadi"

"Ohh iya....eum.....apa ya .."

Kali ini Yuta kehilangan topik pembicaraan yang sedari tadi ia buat di otaknya. Semuanya seakan menghilang karena jawaban singkat dari Zivanna. Yuta yang biasanya sangat mudah bergaul entah kenapa kehilangan keberanian nya saat bertemu dengan Zivanna. Gadis ini berbeda dari gadis yang biasa ia temui saat memasuki sekolah baru. Ia sudah hampir sepuluh kali pindah sekolah karena pekerjaan ayahnya yang mengharuskan mereka berpindah-pindah tempat. Dan kebanyakan gadis yang ia temui akan bersikap sangat ramah dan sedikit centil padanya, tapi kenapa gadis ini malah berbeda.

"Kebetulan hari ini pak bule sedang ada urusan jadi kelas kita kosong", Ucap Zivanna saat mereka sudah sampai di kelas yang ribut itu sangat mirip dengan kebun binatang setiap jam pelajaran sedang kosong.

Kelas yang tadinya ribut seketika terdiam saat melihat kedatangan Zivanna dengan murid baru yang sejak jam makan siang mereka bicarakan.

"Perkenalkan namaku Yuta Narrhan, aku murid pindahan dari Sma Harapan. Mohon bantuannya teman-teman", Ucapnya sambil membungkuk sopan, sementara Zivanna sudah berada di tempat duduknya.

"Kau bisa duduk di samping Zivanna, gadis yang mengantar kan mu tadi", Seakan takdir mencoba untuk mengikat mereka bersama. Si ketua kelas dengan tidak sopannya menunjuk ke arah Zivanna yang duduk di pojok belakang sendirian. Zivanna menghela nafasnya lelah, dia tidak ingin kembali berurusan dengan siapa-siapa, memiliki tiga teman saja sudah sangat cukup baginya.

"Haii, seperti nya kita akan sering bertemu"

∞∞∞∞∞∞∞∞∞

"Apa kalian tau, katanya murid baru itu ganteng sekali. Dia baik dan mudah bergaul, dan baru satu hari bersekolah dia sudah menjadi pangeran sekolah menggantikan posisi Mike", Ujar Hyerin, sepanjang jalan gadis itu terus membicarakan tentang si murid baru. Zivanna mendengus kesal mendengar laki-laki itu terus di puji oleh Hyerin.

"Berhenti membicarakan nya hyerin", Kesal Zivanna. Mereka berempat langsung menatap Zivanna dengan bingung. Ini pertama kalinya Zivanna terlihat begitu kesal tanpa alasan. Biasanya dia hanya akan kesal kalau ada yang menganggu atau merusak mood membacanya untuk Rifky itu di kecuali kan.

"Kenapa? Tumben banget lo"

"Ada yang salah sama tuh cowok ya?"

"Iya!, Kamu tau dia merobek buku novel yang baru aku beli, dan dia juga mematahkan kedua pulpen kesayangan ku, dan lagi dia juga dengan sengaja terus saja mengganggu ku membaca novel dengan bertanya hal yang tidak penting", Kesal Zivanna yang sudah memuncak. Mereka berempat saling memandang satu sama lain, seperti saling menghubungkan pikiran masing-masing.

"Ahh sudahlah", Zivanna pergi ke lain arah, dia ingin menenangkan pikiran nya yang masih kesal karena laki-laki tadi. Sahabatnya saja tidak pernah mengganggu nya seperti itu, kenapa lelaki itu dengan tidak tahu diri terus saja mengganggu dirinya.

Zivanna mendudukkan dirinya di salah satu bangku taman. Taman itu berjarak cukup jauh dari rumah Arka, dan mereka memang sering pergi kesana bahkan selalu memilih tempat ini untuk piknik.

Zivanna yang merasakan pipinya mendingin kemudian menoleh ke samping nya yang ternyata sudah ada Arka yang dengan jahilnya menempel air mineral dingin padanya.

"Ambillah, biar kepala lo ikutan dingin"

"Makasih"

Arka awalnya ingin menawarkan untuk membukakan botol air mineral Zivanna tapi ia lupa kalau itu adalah Zivanna. dia kan juga ingin kisah percintaan nya semanis drama korea, dimana sang lelaki dengan kerennya membukakan tutup botol dan si gadis yang merasa tersentuh dengan hal itu. Aishh, otak nya terlalu lelah karena belajar hingga akhirnya terjerumus dalam hal-hal perhaluan tidak jelas.

Dia tidak mungkin jatuh cinta pada Zivanna dan merusak tali persahabatan mereka. Ia tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis tomboy seperti nya, tapi semakin dia menyangkal nya semakin nyata pula perasaan cinta itu.

Tidak ada yang tahu tentang hal itu selain Arka sendiri bahkan sang adik yang sangat ia sayangi pun tidak ia beritahu. Ia masih belum yakin jika ini cinta atau perasaan kagum belaka. Ia akan mencari tahu perlahan-lahan.