Lanjutan Episode 21.
Nafasnya terengah, mulutnya bersimbah darah.
....
"Yadii!!! Yuniii, cepat masuk kedalam! Pindahkan saudaramu kekasur"
.
"Lohhh, abahh!!! Abah kenapaa mang?"
.
"Abah tertancap pusaka teh, kali ini lebih parah, karena kalau mamang lihat, ini kedua kali. Kamu bantu yadi, biar saya yang coba mengurus abah"
.
"Abah, abahhh, dengar abahh, kuat bahh kuatt"
....
Mang djati berusaha membuat abah tetap tersadar dalam kondisi setengah sadar. Sembari membacakan ayat khusus, mang djati berhasil mengambil pusakanya. Namun, sayangnya, abah guru sangat kehilangan kendali dan sukmanya dibawa pergi.
...
"Assalamualaikum"
.
"Waalaikumsalam, ada apa ki"
.
"Usapkan air doa pada wajahnya, izinkan aku yang coba menarik kembali sukmanya dari pasukan buto itu, izinkan juga dua pasukanku membantumu"
.
"Silahkan kalau baiknya seperti itu, saya izinkan. Tapi, tugaskan panglimamu menjaga dua anak itu (yadi dan yuni)"
.
"Baiklah. Lenteraa!!!! Dengar kalian! Lakukan dengan baik! Kalau begitu aku izin pamit. Assalamualaikum"
.
"Silahkan, waalaikumsalam"
...
Mereka saling berbagi tugas masing-masing. Yadi dan yuni juga dipinta untuk melantunkan ayat suci ketika mang djati hendak menarik kembali sukma saudaranya, yang sudah diujung tombak.
Di sisi ghaib, dua pasukan harimau membantu menghalau pasukan siluman kepala dua yang menjaga tahanan beberapa lapis sukma saudara yadi. Angin yang cukup kencang membuat jendela-jendela buka tutup dengan sendirinya. Akhirnya mang djati berhasil menarik sukma saudaranya yang bisa dibilang seperti tak bernyawa.
Ketika dipanggil beberapa kali sambil diusapkan air doa, saudaranya mulai membuka mata, mencoba duduk dengan dibantu oleh yadi. Kondisinya sangat lemas, dan lunglai. Beberapakali masih pingsan dengan tenggang waktu beberapa menit.
Setelah satu jam, ia membuka mata kembali. Ia bisa bicara, namun sayangnya sukmanya tak sepenuhnya masuk ke raga. Karena agak terlambat dan cukup sulit untuk menarik kembali sukmanya seutuhnya. Alhasil, ia masih diberi kesempatan untuk hidup, walaupun tak mampu menggerakkan kakinya, dan ingatannya juga sering hilang beberapa menit.
Di sisi lain, pimpinan Lentera Malam berhasil menarik sukma abah, dan abah kembali sadar dengan keadaan masih terkapar. Sebelum diantar pulang, abah sempat menemui sang murid dan memeluknya dengan erat disertai permintaan maaf. Ia merasa bahwa ia telah gagal menjadi guru, mengayomi dan melindungi muridnya.
Tiga hari kemudian, yadi dan yuni mendapat kabar tentang wafatnya abah guru. Mereka juga memberi tahu mang djati, ayah dendi.
Abah guru menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit.
Menurut kesaksian, ia terpeleset, terjatuh dan kepalanya terbentur kursi besi di teras rumah. Warga yang melihatnya segera membawa abah guru kerumah sakit. Namun sayangnya, takdir berkata lain. Abah guru wafat di tengah perjalanan menuju rumah sakit karena luka yang sangat serius serta kehabisan darah.
.....
....
.
"Nah begitu ceritanya den. Yaaaa bapak sih datang ke pemakamannya si abah guru"
.
"Wahh, kisahnya seru juga ya, banyak nilai-nilai yang terkandung. Terus, si yadi dan yuni serta saudaranya gimana pak sampai sekarang?"
.
"Yaa begitulah, nanti kamu bakal alamin sendiri dan punya cerita baru. Intinya selalu ingat pesan bapak dan jaga ibadahmu. Kabar terakhir yang bapak dengar, mereka bertiga sudah pindah rumah, mengikuti yadi yang saat itu dapat kerjaan di luar kota. Karena tak ditempati sama sekali, rumah mereka banyak yang roboh, seperti atap dan tumbuh semak belukar yang lebat, rumah semakin angker.
Warga sekitar juga sering melihat dan mendengar suara ganjil dari rumah bekas mereka tinggal itu"
.
"Wahh karena terbengkalai juga sih ya pak.
Iya pak, dendi cukup paham sampai disini, makasih ya pak. Baik dendi akan berusaha menjaga amanah itu. Tapi dendi juga tetap butuh bimbingan dari bapak, gak mau dan jangan sampe deh kayak muridnya si abah"
.
"Yaaa syukurlah kalau begitu, yasudah nanti malam bangun, bersuci dulu, nanti bapak mau lihat sejauh mana kamu sudah memahami bekal yang bapak kasih"
....
Akhir cerita, dendi makin teguh dengan komitmennya setelah mendengar segelintir pengalaman ayahnya. Dan ia mengikuti dengan benar dan bijak apa yang ia pelajari, hal baru apa yang ia terima, serta dampak baginya dikemudian hari.
....
***TAMAT****
Ia(dendi) mengikuti dengan benar ,dan bijak apa yang ia pelajari. Hal baru apa yang ia terima, serta dampak yang seperti apa baginya dikemudian hari.