webnovel

Menikah Dengan Anak Tiri

cerita ini mengandung unsur dewasa atau hanya untuk usia 18+ ( harap bijak dalam memilih bacaan ) Letta gadis cantik dan juga sangat seksi terjebak dalam permainan ibu tirinya yang rakus akan harta kekayaan yang tega menikahkan Letta dengan pria yang usianya sudah setengah abad.

Shon_Tim · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
7 Chs

Episode 3

"Saya mau dibawa kemana" tanya Letta setelah berada di dalam mobil yang menculiknya.

"Nanti kamu akan tahu sendiri" jawab pria bertubuh kekar disampingnya.

Hingga mobil berhenti di sebuah rumah besar yang sangat megah dan mewah, "ini dimana" tanya Letta yang tak tahu sekarang dia ada dimana.

Tak menjawab pertanyaan Letta dua pria kekar menarik tangan Letta dan membawanya masuk kedalam rumah mewah itu. "Ini rumah siapa" Letta terus bertanya kepada para pria yang sepertinya adalah bodyguard disini.

"Selamat datang Letta" ujar pria yang dikenali oleh Letta yaitu adalah Gustav.

"Kamu pasti terkejut karena saya membawa mu secara paksa" ujar Gustav duduk di sofa berwarna putih.

"Bukannya pernikahan kita dilaksanakan Minggu depan" elak Letta yang tak terima dirinya sudah dibawa saja padahal belum jatuh tempo.

"Mira melarikan diri setelah menyerahkan dirimu kepada saya, jadi saya ingin kamu tinggal di rumah ini hingga pernikahan kita" ujar Gustav yang menyuruh bodyguard nya melepaskan Letta.

"Anda tidak akan macam-macam kan" Letta mundur karena waspada jika pria itu menyakiti dirinya.

"Tenang saja disini hanya ada saya dan anak saya Seno" ujar Gustav dengan masih duduk.

"Dia tidak sering pulang ke rumah ini" tambahnya yang sepertinya tahu jika Letta ketakutan mendengar nama Seno.

"Jadi saya disini sebagi apa" pertanyaan bodoh Letta membuat Gustav tersenyum lebar.

"Kamu harus belajar menjadi istri muda saya dan tenang saja saya tak akan menyentuh dirimu sesuai syarat mu" ujar Gustav lalu berdiri mendekati Letta yang semakin mengkerut.

"Sebentar lagi saya akan mati, jadi kamu harus merawat saya dengan baik" ujar Gustav didekat telinga Letta lalu pergi meninggalkan nya dan menyuruh para maid untuk mengurusi Letta.

"Mari nyonya" ujar salah satu maid yang membuat Letta sedikit kaget karena dipanggil dengan sebutan nyonya.

Letta hanya mengangguk kecil lalu mengikuti maid yang berjalan di depan nya dan dirinya melihat-lihat semua yang ada di ruangan ini. "Ini sangat mewah" gumam Letta.

"Ada apa nyonya?" ujar maid didepan Letta yang mendengar gumaman nya.

"Tidak-tidak" Letta salah tingkah lalu menyuruh maid untuk terus berjalan.

Hingga dia tiba disebuah kamar dengan pintu berwarna merah muda kesukaan nya. "Ini kamar nyonya, jika membutuhkan sesuatu tolong panggil saya" ujar maid itu lalu pergi meninggalkan Letta.

Letta masuk kedalam kamar yang disediakan oleh Gustav untuknya dan dia menganga melihat ruangan kamarnya yang serba merah muda kesukaan nya, "wow ini cantik sekali" ujar Letta langsung menidurkan tubuhnya di kasur.

"Apakah dia akan mati?" Gumam Letta melihat ke arah langit-langit kamar. Matanya mulai mengantuk dan Letta tertidur karena tenaganya habis terkuras akibat dirinya menangis setelah kejadian di restoran tadi.

Terdengar suara mobil yang membuat Letta terbangun dari tidurnya, "pukul sebelas malam" gumam Letta melihat jam yang berada di dinding kamar nya. Letta melihat ke luar lewat jendela kamarnya dan terlihat Seno yang turun dari mobil.

"Gawat nih kalau dia tahu gue ada disini" ujar Letta kemudian mengunci pintu kamarnya.

"Haruskah gue mandi dulu" gumamnya sambil berfikir sejenak lalu mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi.

Pikir Letta tak akan ada yang masuk kedalam kamarnya di jam segini dan juga pintunya sudah dikunci oleh dirinya. Sambil bersenandung kecil Letta asik terbuai dengan air hangat yang digunakan nya untuk mandi.

Mandinya selesai dan dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan tidak lupa dengan rambut nya lalu melilitkan handuk untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.

"Loh kok mati, perasaan tadi menyala" ujar Letta keluar dari kamar mandi dan lampu kamar nya mati.

"Oh iya gue lupa nggak bawa baju" ujarnya yang ingin kembali ke arah kamar mandi untuk memakai pakaian yang tadi.

Kakinya terhenti ketika melihat lemari yang berada di kamar itu, "mungkinkah ada baju" ujar Letta membuka pintu lemari dan ternyata banyak sekali baju bagus di dalamnya.

"Bolehkah gue pakai" gumamnya sambil memilih baju tidur.

"Terserah" gumamnya lagi langsung memakai baju tidur tanpa bra yang biasanya dia lakukan sebelum tidur.

Setelah memakai pakaian tidur Letta beranjak menuju ke tempat tidur dan meneruskan tidur nya yang terganggu oleh suara mobil Seno. Sebelum tidur dia mengintip ke jendela melihat apakah masih ada Seno.

"Mungkin dia hanya mampir sebentar ke rumah ini" gumamnya langsung ambruk di atas kasur.

"Siapa ini?" ujar Letta yang kaget karena dia menimbruk seseorang.

"Seno, kenapa bisa disini" ujar Letta yang melihat Seno tertidur pulas.

Karena ada Seno di kasur Letta harus tidur di lantai dan sial nya dia tak akan pernah bisa tertidur jika tidak berada di atas kasur. "Jam dua belas" ujar Letta melihat ke dinding.

Letta mencari guling dan menyekat tempat tidurnya menjadi dua bagian lalu dia tidur di bagian yang dimana Seno tak tidur disitu. "Bangunin aja lah" ujar Letta yang masih ragu untuk tidur.

Letta mencoba mendorong tubuh Seno agar dia mudah membangunkan nya, terlihat Seno masih memakai jas yang dia pakai tadi siang dan masih memakai sepatu ditambah matanya yang sembab habis menangis.

Melihat kondisi Seno yang sepertinya capek banget Letta tak tega membangunkannya dia malah mencopot sepatu milik Seno dan memberinya selimut, "ibu" gumam Seno dengan tangan yang merengkuh tubuh Letta di samping nya.

Letta pun terjatuh di dalam pelukan erat Seno dan sialnya jantung nya berdegup sangat kencang, Letta yang ingin terlepas tetapi dirinya tak kuat karena tubuh Seno yang lebih besar di banding dirinya.

Karena Letta juga merasa kecapean dirinya ikut terlelap ditambah dekapan hangat dari Seno yang seperti dekapan papahnya, mereka berdua terlelap dengan tidur yang saling memeluk satu sama lainnya.

Suara pintu terbuka, "tidak tega aku membangunkan mereka" ujar Gustav melihat kedua insan yang sedang tidur berpelukan erat.

••••••

Suara burung berkicau membangun kan Seno yang matanya masih berat ingin tidur lagi, dia melihat tangan kanannya yang terasa berat dan dia kaget karena disampingnya ada wanita yang menamparnya sedang terlelap.

"Hei bangun" ujar Seno membangun kan Letta yang tertidur pulas.

"Hei bangun" ulang Seno dan kali ini lebih kasar.

Samar-samar mata Letta terbuka dan pandangan pertama nya tertuju kepada Seno yang sudah bangun, "bangun kepalamu berat" ujar Seno sedikit tersenyum melihat raut wajah wanita di depannya yang sedang menguap dan dengan gesit Letta terbangun dari tidurnya.

"Kenapa kamu bisa ada disini" ujar Seno yang heran kenapa wanita ini berada disini.

"Aku yang menyuruh nya tidur di tempat ini" muncul suara serak khas orang tua dari pintu dan ternyata adalah Gustav.

"Letta kamu bisa masak" tanya Gustav sedangkan Seno sudah pergi dari ruangan ini.

Letta mengangguk mengiyakan pertanyaan Gustav lalu dia turun dari tempat tidur nya dan menuju ke dapur untuk menyiapkan masakan.

"Seno kamu ikut makan sekalian" ujar Gustav dengan ucapan yang berbeda saat dia berbicara dengan Letta.

"Oke" dengan malas Seno ikut di meja makan.

Karena hari ini adalah hari Minggu sehingga rumah semegah dan sebesar ini para pembantu atau maid diliburkan. Dan sekarang Letta lah yang memasak untuk kedua orang yang statusnya adalah anak dan ayah.

"Mulai hari ini Letta akan menjadi ibumu" ujar Gustav yang memberi tahu jika Letta akan menjadi ibu dari anaknya yang seumuran dengan dengannya.

Seno hanya terdiam lalu, "baiklah mulai sekarang aku akan tinggal disini" jawaban dari Seno membuat Gustav tersenyum penuh arti.