Letta telah menyelesaikan masakannya yang akan disajikan kepada kedua orang yang akan menjadi keluarga nya, Letta hanya memasak nasi goreng dengan membuat tiga porsi untuk dirinya, Gustav, dan Seno.
"Kamu beneran akan tinggal disini" samar-samar suara Gustav terdengar saat Letta keluar dari dapur.
"Iya" ujar Seno singkat.
Terlihat raut wajah Gustav yang senang sekali karena anak semata wayangnya akan tinggal bersamanya, Letta yang mendengar kabar itu hanya menghembuskan nafas kasar karena dia akan tinggal serumah dengan Seno yang notabene nya adalah pria mesum.
"Sarapan siap" ujar Letta setelah sampai di meja lalu meletakkan mangkuk yang berisi nasi goreng.
Letta dengan cekatan menyiapkan sarapan kepada kedua pria yang akan menjadi keluarganya nanti, "silahkan dimakan" ujar Letta setelah selesai menyiapkan sarapan.
"Kamu nggak makan" ujar Seno yang mendahului ayahnya.
"Iya kamu juga ikut makan, sini duduk disebelah ku" ujar Gustav yang memancing anaknya.
Seno hanya mendengus mendengar tawaran ayahnya kepada Letta yang sedang malu-malu untuk duduk. Dengan satu tarikan kuat Seno menarik tangan Letta untuk duduk di sebelahnya.
"Ayah tidak boleh bersamanya sebelum menikah" ujar Seno dengan kesal dan membuat Gustav tersenyum penuh arti.
Letta hanya menurut saja dan dia ikut makan dengan kedua pria yang sepertinya tidak akrab satu sama lainnya ini. Suasana sarapan pagi mereka terasa hening karena tidak ada yang berbicara setelah mereka menikmati makanan yang sudah dihidangkan.
"Enak" puji Gustav kepada Letta yang juga sedang menunggu seseorang untuk menilai masakannya.
"Biasa saja" elak Seno yang sepertinya tidak suka.
Letta hanya tersenyum kecut mendengar kata dari Seno yang duduk disampingnya. "Kamu mulai hari ini sudah jadi CEO di perusahaan ayah" ujar Gustav kepada Seno.
"Hmmm" jawab Seno yang sudah selesai makan.
"Jangan sampai telat datang ke kantor" imbuh Gustav yang diangguki oleh Seno lalu dia berdiri meninggalkan meja makan.
Letta yang tak tahu hubungan apa yang terjadi antara mereka hanya menyembunyikan wajahnya saja. Seno sudah meninggal kan meja makan dan sekarang tinggal ada Letta dan Gustav.
"Habis ini kamu mau kemana" tanya Gustav kepada Letta.
"Saya ingin pergi ke restoran untuk ijin resign dan juga ke rumah untuk mengambil barang-barang penting saya" ujar Letta.
"Oh baiklah dan juga kamu jangan mencari mamah mu ya" ujar Gustav mengelus rambut Letta lembut.
"Memang nya dia kemana" tanya Letta kepada Gustav karena penasaran dengan mamahnya yang katanya pergi setelah hutang lunas.
"Belum saatnya kamu tahu" ujar Gustav lalu pergi meninggalkan Letta.
Letta hanya mengangguk mengerti apa yang diucapkan oleh Gustav lalu dia menuju ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap ke restoran. Tetapi kali ini bukan untuk bekerja melainkan ijin resign dan juga menengok rumahnya untuk mengambil barang-barang penting.
Pukul delapan pagi Letta keluar dari rumah besar yang sekarang dia tempati dan dia menolak untuk diantar oleh sopir karena dia ingin naik bus. Sebelum ke restoran dia ingin menuju ke rumahnya dahulu.
Jarak rumah Gustav ke rumahnya agak jauh sehingga dia membutuhkan waktu lumayan lama untuk sampai ke rumahnya. Untung saja dia langsung mendapat kan bus setelah sampai di halte sehingga dia bisa cepat sampai ke rumahnya.
"Huh, akhirnya sampai juga" Letta telah berada di depan rumahnya.
Dia memasuki rumah nya lalu mencari barang-barang yang ingin dia bawa seperti foto dirinya bersama kedua orang tuanya dan tidak lupa berbagai barang yang memiliki kenangan dalam dirinya.
Sebelum keluar dia memeriksa kamar mamahnya dan dia hanya mendengus kasar karena kecewa karena mamahnya tidak ijin kepada dirinya untuk pergi. Setelah selesai semuanya Letta langsung menuju halte bus lagi dan sekarang menuju ke restoran.
Butuh waktu sepuluh menit dia telah sampai di restoran yang sekarang sedang jam kerja, "Letta Lo telat" ujar Nita yang langsung tahu ketika Letta masuk kedalam restoran.
"Gue nggak telat Nita" elak Letta.
"Terus Lo ngapain jam segini baru sampai" tanya Nita penasaran.
"Bolos kerja" imbuh Nita.
"Ya nggak lah, eh pak Slamet ada" tanya Letta.
"Noh ada didalam ruangan nya" ujar Nita menunjuk ke arah ruangan pak Slamet.
"Lo mau apa si sebenarnya, kok cari pak Slamet nggak seperti biasanya" Nita masih penasaran dengan Letta.
"Gue mau resign Nita" ujar Letta to the points.
"Hah, beneran memang ada apa" Nita kaget.
"Gue mau menikah dan sekarang Lo jangan tanya-tanya lagi gue masih banyak urusan. Ntar malem gue telpon" ujar Letta langsung menuju ruangan pak Slamet sedangkan Nita mengangguk paham.
•••••
Pukul tujuh malam Letta sampai di rumah Gustav dan semua itu karena Nita yang tiba-tiba mengajak nya pergi karena dia ingin menghabiskan waktu dengan Letta. Ya Nita ijin menemani Letta pulang padahal sebenarnya dia bolos kerja dan berakhir ke mall.
Dan tibalah Letta di rumah jam tujuh malam dan dia langsung menuju ke kamarnya untuk melepaskan penat yaitu dengan mandi air hangat, tak seperti di rumahnya yang dulu sekarang dia bisa merasakan kenikmatan yang tiada tara.
"Seno" ujar Letta kaget yang melihat Seno berbaring di tempat tidurnya.
"Hmmm" Seno tampak terusik dengan suara Letta hingga dia bergumam saat tertidur.
Letta langsung keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar mandi tamu untuk mandi. "Huh, kenapa dia sering sekali tidur di kamar itu" gumam Letta sembari mengisi bak mandi.
"Dan kenapa Gustav tak mengusir nya dari kamar ku" Letta sudah masuk kedalam bak mandi.
Butuh waktu tiga puluh menit Letta untuk mandi dan sekarang dia sudah memakai pakaian tidurnya. "Lapar" ujar Letta menuju ke dapur.
Letta mencari bahan masakan di kulkas dua pintu yang berada di dapur dan setelah selesai dia langsung memasak makanan yang dia inginkan untuk dimakan malam hari. "Siapa kamu?" ujar Letta yang kaget karena tiba-tiba seseorang memeluk nya dari belakang.
"Kenapa kamu menikah dengan ayahku?" ujar Seno yang masih memeluk tubuh Letta.
Letta merasakan pelukannya semakin sakit lalu dia membalikkan tubuhnya hingga kedua matanya bertemu dengan mata Seno. "Seno lepasin" ujar Letta dengan tangannya yang meronta.
"Tidak sebelum kamu jawab pertanyaan ku" ujar Seno semakin mengeratkan pelukannya dan bahkan mengangkat tubuh Letta ke atas.
Untung nya kompor sudah dimatikan jadi Letta tak khawatir jika terjadi kebakaran, "lepasin nggak" Letta semakin meronta-ronta dan hasilnya masih nihil.
"Tak akan ku lepaskan jika kamu tak memberi tahuku yang sebenarnya" ujar Seno yang masih setia memeluk pinggang Letta.
Letta sudah kehabisan akal dan juga tenaga hingga pikiran yang kotor pun lewat di kepalanya yang sangat polos. 'haruskah ku cium bibirnya, biasanya pria akan berhenti setelah dicium' batin Letta.
Dengan kecepatan penuh Letta mencium bibir Seno dan tangan besar nya terlepas dari pinggul Letta membuatnya langsung mendorong tubuh Seno yang masih mencerna apa yang sedang dilakukan oleh Letta. "Dasar pria mesum" ujar Letta pergi meninggalkan Seno di dapur dan tidak lupa membawa wajan yang berisi masakannya.
Dengan modal sendok dan juga wajan dia makan langsung dengan menggunakan alas wajan. "ahh nggak papa lah gini" ujar Letta makan di meja makan tak menghiraukan Seno karena dia sangat kelaparan.
Hingga sebuah tangan membalikan wajahnya dan sebuah bibir mendarat di bibir Letta. "Balasan" ujar Seno setelah mencium bibir Letta dengan sedikit lumatan.