webnovel

Aura Yan Xiruo yang Mempesona

Editor: Wave Literature

Dalam kamar yang gelap ini, suara gosokan kain pakaiannya dengan tembok membuat Yan Xiruo ketakutan.

Walaupun ia tidak melihat wajah pria ini, namun dari bau badannya bisa dikenali bahwa pria ini adalah Lu Jingchen.

Napasnya yang panas dan cepat, berhembus ke kulit Yan Xiruo yang halus bagaikan hembusan api yang panas.

Badan Lu Jingchen yang tinggi besar menekan erat di tubuhnya yang lembut, wajahnya terbenam di lehernya yang halus dan menggigitnya. Tidak peduli dengan perlawanannya yang kuat, Lu Jingchen menolak untuk melepaskannya.

"Lu Jingchen, aku adalah Yan Xiruo, bukannya kamu selalu merasa kalau aku ini kotor? Pergi carilah gadis lain!"

Lu Jingchen mengangkat kepalanya dari lehernya dan menggeser ke mulutnya, napas yang panas menghembus kembali ke wajah Yan Xirou, dengan cepat Yan Xiruo langsung menoleh ke samping, membuat ciuman Lu Jingchen mendarat di pipinya.

Saat itu Yan Xiruo tidak mengenakan kosmetik di wajahnya, kulitnya halus dan wangi, membuat napasnya mendesak, dan suhu badannya semakin tinggi.

Telapak tangan Lu Jingchen yang besar mencekik di lehernya yang kecil, "Yan Xiruo, bukannya ini semua adalah tujuanmu? Sengaja mengeluh di hadapan Kakek. Kamu masih berani mengatakan kepadanya kalau aku tidak menyentuhmu sama sekali. Kemudian Kakek mengatur seseorang meletakkan obat perangsang dalam minumanku. Dia juga memaksaku ke kamar ini dan mengunci kamarnya dari luar sambil menunggu kedatanganmu?"

Yan Xiruo belum sempat mengatakan apapun, Lu Jingchen sudah mengangkat tubuh Yan Xirou dengan kedua tangannya lalu melemparkannya ke atas tempat tidur yang lebar dan empuk.

Merasakan sejenak kepusingan, kemudian badan Lu Jingchen menekan ke badannya.

Dengan cahaya ruangan yang redup dan hanya mendapat cahaya dari sinar melalui jendela, Yan Xiruo bisa melihat dengan jelas penampilan Lu Jingchen saat ini.

Wajahnya memerah tidak normal, pupil mata yang memandang tajam berwarna coklat. Lu Jingchen menatap mata Yan Xiruo bagaikan seekor singa kelaparan yang akhirnya telah menangkap mangsa buruannya.

"Lu Jingchen, di kapal pesiar ini begitu banyak gadis lain, kamu mencari mereka saja! Aku tidak pernah mengeluh di hadapan Kakek, apalagi berpikir ingin…" Sambil menahan ucapannya, Yan Xiruo berpikir sejenak. Awalnya ia pernah berpikir bahwa Lu Jingchen tidak akan menyentuhnya seperti ini. Namun sekarang terasa aneh. Seperti ada perasaan untuk menolak sentuhan Lu Jingchen dengan mesra.

Bukan berarti Yan Xiruo sudah mencabut bersih perasaan Lu Jingchen dari hatinya. Namun penolakannya kali ini lebih dikarenakan oleh rasa sakit yang diperbuat Lu Jingchen kepadanya. Ia sudah tidak ingin menjalin hubungan apa-apa lagi dengannya.

Kalau ia tahu Kakek Lu telah merencanakan semua ini, ia pasti tidak akan datang ke sini.

Sayangnya sentuhan Lu Jingchen ini tidak bisa dihentikan. Lu Jingchen menekan erat badan Yan Xiruo yang cantik dan indah. Ia pun melihat mata jernih Yan Xiruo yang terlihat sayu, kedua pipinya yang berwarna merah karena amarah, dan bibirnya yang lembab juga berwarna merah. Lu Jingchen seakan sudah merasa sangat haus dengan sentuhan mesra ini.

Satu-satunya akal sehat Lu Jingchen mengatakan kalau Yan Xiruo telah ditiduri pria lain, sudah kotor. Sayangnya, melihat wajah Yan Xiruo yang polos dan bersih serta wangi badannya yang segar. Lu Jingchen merasa istrinya ini begitu mempesona, begitu menggoda dan membuat hatinya berdebar karena rasa gairah yang tidak tertahankan ini.

Lu Jingchen tidak ingin menyelidiki lebih dalam alasan-alasan itu, ia berpikir bahwa mungkin obat yang diberikan kakeknya terlalu kuat.

"Yan Xiruo, kamu adalah istriku, sekarang aku ingin memelukmu. Kamu harusnya merasa bangga!" Lu Jingchen pun menenggelamkan kepalanya ke leher Yan Xiruo, pelan-pelan ia menggigit telinganya yang kecil.

Tenaga pria dan wanita pada dasarnya memang sudah berbeda, ia bagaikan sebuah gunung yang berat, meskipun Yan Xiruo menggunakan kedua tangannya pun ia tetap tidak bisa mendorongnya…

"Lu Jingchen, jangan membuatku lebih membencimu lagi!" Yan Xiruo tidak pernah berpikir bahwa kondisi mereka akan seburuk ini.