webnovel

Mendorong Yan Xiruo ke Sudut Dinding

Editor: Wave Literature

Meskipun Yan Xiruo merasa lesu dan sakit, namun ia tidak memiliki waktu menenggelamkan dirinya dalam perasaan sedihnya ini.

Selain waktu pembelajaran di kampus, ia telah menerima tiga pekerjaan sebagai guru privat, dan menulis artikel majalah. Setiap hari ia bekerja dengan sangat keras bagai kuda.

Tepat malam ini, Yan Xiruo selesai makan malam dan berencana mengambil pekerjaan dengan rekan kerjanya di stasiun pertamina. Seketika sebuah Bentley hitam dengan pelan berhenti di sampingnya.

Sopir yang memakai seragam turun dari mobil dan berkata dengan sopan, "Nyonya Muda."

Melihat supir kakek Lu, Paman Zhang, muka Yan Xiruo yang kecil memunculkan sebuah senyuman yang manis dan lembut, "Paman Zhang, kenapa bisa di sini?"

"Tuan Besar Lu menyuruhku membawa Anda ke suatu tempat."

Yan Xiruo dengan bingung bertanya kembali, "Ke mana?"

"Nyonya Muda akan tahu begitu sampai di tempat."

"Tapi…"

"Nyonya Muda, Tuan Besar Lu telah mengetahui kondisimu dengan Tuan Muda. Kalian juga sudah tidak saling menghubungi selama satu minggu ini. Selain itu, Tuan Besar Lu juga ingin memberitahukan kalau pekerjaanmu sebagai guru privat dan penulis artikel telah diberhentikan olehnya."

Yan Xiruo mengerutkan alisnya dan Paman Zhang melanjutkan kata-katanya, "Nyonya Muda, Tuan Besar Lu ingin saya menyampaikan bahwa Anda adalah Nyonya Muda Keluarga Lu, tidak perlu melakukan pekerjaan yang capek seperti ini untuk menghasilkan uang. Tuan Besar ingin cepat-cepat memiliki cucu dan berharap Anda bisa mewujudkan impiannya ini."

Yan Xiruo menggigit bibir bawahnya, dalam hati ia sudah mengerti kalau kakek Lu menyayanginya dan tidak ingin membuatnya menderita di luar sana. Sayangnya, identitasnya sebagai istri Lu Jingchen tidak akan bertahan lama…

"Kakek ada di tempat itu?" Bila Kakek Lu ada di sana, ia ingin berbicara dengannya. Ia tidak ingin dimanjakan dan menjadi seorang Nyonya Muda Lu yang tidak tahu apa-apa, dan ia juga tidak ingin selalu mengandalkan Kakek Lu untuk menghidupi keluarganya.

"Nyonya Muda, segeralah masuk! Kamu akan tahu setelah tiba di sana."

Setengah jam kemudian, paman Zhang membawanya sampai ke terminal pelabuhan lautan utara.

Saat ini langit malam sudah semakin gelap. Di laut yang tidak berujung, ada sebuah kapal pesiar besar berlantai lima yang sangat mewah. Lampu di kapal pesiar menyala dengan cantik dan di pintu masuknya telah dijaga ketat agar orang lain tidak sembarangan masuk.

Beberapa hari yang lalu Yan Xiruo telah mendengarkan informasi di asrama kampusnya kalau akhir-akhir ini Kota An akan mengadakan sebuah acara yang besar. Ia juga mendengar bahwa orang yang bisa menghadiri acara ini hanyalah orang kaya kalangan atas.

"Paman Zhang, Kakek ada di dalam kapal pesiar ini?" Selain sebagai acara perkenalan para pria dan perempuan, para pengusaha ini juga akan mengambil kesempatan ini untuk saling mengenal satu sama lain. Mereka akan mencari rekan bisnis dan membicarakan bahwa bisnis yang didiskusikan di kapal pesiar ini senilai ratusan miliar.

"Nyonya Muda, ini adalah kartu undangan dan kartu kamarmu, Tuan Besar Lu telah menunggumu di sana."

Yan Xiruo mengambil kartu undangan dan kartu kamarnya dari tangan paman Zhang. Setelah berpisah dengan paman Zhang, ia pun menaiki kapal pesiar itu.

Bila dilihat di dalamnya, lantai pertama dan kedua kapal pesiar ini dipenuhi kerumunan orang kaya yang mencari pasangan. Mendengar bahwa ada puluhan artis muda dan juga model pendatang baru telah berdandan cantik dan menunggu dipilih oleh pemuda kaya di kapal ini. Sedangkan lantai empat adalah tempat para pebisnis saling mengenal. Mereka adalah orang yang bisa melangkah di lantai empat atau atasnya lagi. Semua yang datang ke kapal ini adalah tokoh yang berkuasa di kalangan atas, para model dan artis pendatang baru jika tidak didampingi pasangannya yang super kaya tidak bisa memasuki lantai ini.

Kamar Yan Xiruo berada di lantai lima, ia pun menghubungi Kakek Lu sebelum menaikinya. Saat berbicara melalui telepon selulernya itu, Kakek Lu menginginkan Yan Xiruo ke kamarnya dan memakai gaun yang telah disediakannya di kamar itu. Di dalam kapal pesiar ini semuanya berpakaian formal dan berdandan cantik. Hanya Yan Xiruo yang datang kemari mengenakan kaos biasa berwarna putih dan celana jeans. Penampilannya ini sangat tidak cocok dengan lingkungan di sini.

Yan Xiruo membuka kamarnya dengan kartu yang diberikan paman Zhang dan memasuki kamarnya yang gelap. Ketika akan meletakkan kartu pada kotak arus listrik, tiba-tiba ada bayangan hitam menyerangnya.

Yan Xiruo terkejut dan menjerit. Belum sempat menghindarinya, badannya yang lembut telah didorong ke sudut dinding.

Aroma maskulin seorang pria yang kuat dan panas bercampur dengan aroma anggur terhirup di hidungnya. Lalu, bibir yang panas pun menekan di bibir Yan Xiruo. Ia dengan panik melakukan perlawanan dengan kedua tangannya, namun telah ditangkap dan diangkat di atas kepalanya.