webnovel

Mencari Kesenangan Sendiri

"Ada apa, Ma?"

"Kamu nggak makan?"

Filio sampai lupa makan karena perasaan cinta yang sedang menyertainya itu. Filio pun melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, lalu ia beranjak ke ruang makan.

"Papa kemana?" Tanya Filio.

"Belum pulang. Mama telepon, tumben nggak diangkat."

"Mungkin Papa sedang di jalan." Lanjut Filio. Mereka tak sedikitpun curiga dengan Papa Rizal.

Filio mengambil piring lalu menuangkan nasi dan lauk ke atas piring tersebut, lalu ia makan bersama Mama Citra dan kedua adiknya. Sedangkan Fiona, baru saja selesai makan, ia dan Nathan melanjutkan perjalanannya sampai ke rumah.

Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, Fiona pun sampai di rumah. Nathan memberhentikan kendaraan roda duanya tepat di depan rumah kekasih hatinya tersebut.

"Mau masuk dulu nggak?" Tanya Fiona.

"Nggak deh, udah malam. Aku mau langsung pulang aja."

"Oke."

"Kamu masuk ke dalam sana!"

Fiona pun membuka pintu pagarnya, lalu ia beranjak ke dalam.

"Assalamualaikum." Salam Fiona.

"Waalaikumsalam." Jawab Papa Febri.

Fiona duduk di atas sofa ruang tamu.

"Sudah bertemu Mamamu?"

Fiona menganggukkan kepalanya, seraya menjawab, "sudah."

"Besok Mama mau ke Bali." Lanjut Fiona.

"Oh, alhamdulillah akhirnya impian Mamamu ke Bali akan terwujud."

"Siapa yang mau ke Bali?" Tanya Devan yang tiba-tiba keluar dari kamarnya.

"Mama."

"Sama laki-laki itu?"

"Iya."

"Kok nggak ajak-ajak aku sih?" Lanjut Devan, anak bungsu yang biasanya diajak pergi oleh sang mama.

"Mama kan mau berbulan madu, ngapain kamu ikut-ikut?!" Sambung Fiona.

Papa Febri yang mendengarnya, merasa muak, sudah bukan jamannya lagi Mama Iren berbulan madu, karena usianya sudah tak muda lagi, harusnya ia fokus dengan anak-anak yang masih butuh didikannya, tapi ia malah memilih untuk mencari kesenangannya sendiri.

Fiona masuk ke dalam kamarnya, lalu ia merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Fiona yang masih berada di dalam tasnya bergetar, ia mengambilnya lalu mengangkat panggilan dari Filio.

[Hallo ... ]

[Iya Vinia, kamu sedang apa?]

[Aku sedang nerima telepon dari kamu. He ... He ... He ... ]

[Oh, aku salah ya pertanyaannya. Sebelum angkat telepon dari aku, kamu sedang apa?]

[Aku sedang istirahat di kamar.]

[Oh gitu. Tapi dari tadi aku telepon kamu, kok nggak diangkat sih?]

[Oh iya maaf, tadi aku lagi pergi sama Mama, jadi ga bisa nerima panggilan dari kamu.]

[Oh gitu. Hhmmm ... Vin, besok ketemuan sama aku yuk!]

[Ketemuan dimana?]

[Di Mall karena aku mau kasih sesuatu sama kamu.]

[Waaww, apa tuh?]

[Kejutan dong!]

[Ihh, kamu bikin aku penasaran ya!]

[Ha ... Ha ... Ha ... Kalau kamu penasaran, makanya besok kita ketemu ya!]

[Oke.]

[Aku jemput kamu ya?!]

[Jemput dimana?]

[Di rumah kamu!]

[Di rumah aku? Memangnya kamu tau rumah aku?]

[Tau dong!]

'Hah, Filio tau rumahku? Dia tau dari mana?' Batin Fiona.

[Kamu tau rumahku dari mana sih?]

[Ada deh. Pokoknya aku sudah tau rumah kamu. He ... He ... He ...]

'Jangan-jangan Filio sudah tau kalau aku adalah anak Mama Iren, istri simpanan Papanya Filio?' Fiona bertanya-tanya dalam hati.

[Kamu tau dari mana?]

[Kamu penasaran banget sih?]

[Iyalah, jangan-jangan diam-diam kamu memata-matai aku ya?]

[Nggak! Kemarin itu, setelah mengantar adikku ke sekolah, aku cari tau rumah kamu. Sambil aku mengendarai mobil, akupun melihat-lihat, lalu ternyata aku melihat kamu sedang membersihkan lantai teras rumahmu.]

[Oh ya?]

[Iya, kamu juga sambil ngobrol dengan laki-laki.]

[Oh, itu Ayah aku.]

[Oh Ayah kamu.]

Fiona pun merasa lega, karena ternyata Filio belum mengetahui siapa ia sebenarnya.

[Iya. Lalu, besok gimana, jadi ketemu?]

[Iya jadi, aku jemput kamu di rumahmu ya?!]

[Jangan!]

[Lho, kenapa?]

[Hhmmm, aku nggak enak aja dilihat tetangga. Lebih baik kamu jemput aku di pinggir jalan raya aja ya?!]

Padahal yang sebenarnya adalah, Fiona takut Papa Febri tahu kalau dirinya dekat dengan laki-laki selain Nathan. Ia tak ingin sang papa menceritakan kedekatan dirinya dengan laki-laki lain pada kekasihnya.

[Oh gitu, oke deh.]

[Ya udah, sampai bertemu besok ya. Jam berapa kamu mau jemput aku di pinggir jalan raya?]

[Jam sepuluh deh.]

[Oke.]

[Iya. Byee Vinia. Selamat beristirahat.]

[Byee Filio.]

Fiona atau Vinia menutup teleponnya, lalu ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya, setelah itu ia juga berwudhu, lalu menunaikan sholat isya. Setelah itu ia beranjak ke tempat tidurnya, lalu memejamkan kedua matanya.

Sudah pukul dua pagi, Filio masih terjaga, ia pun mendengar suara pintu pagarnya terbuka, ia bangkit dari tempat tidur, lalu membuka sedikit gorden jendela di kamarnya, setelah ia melihatnya ternyata Papa Rizal yang baru pulang ke rumah. Papa Rizal memarkirkan kendaraannya, lalu ia turun dari mobil.

Papa Rizal memasuki rumah yang sudah gelap, karena semua penghuninya sudah memasuki kamar tidurnya masing-masing, semuanya sudah memasuki dunia mimpi.

Kreekk ~~

Papa Rizal membuka pintu kamarnya, Mama Citra yang sudah tidur pulas pun terbangun, lalu ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari.

"Papa baru pulang?" Tanya Mama Citra.

"Iya."

"Habis dari mana sih?"

"Rian ulang tahun, lalu makan-makan di cafe."

"Makan-makan, sampai jam dua begini?"

"Iya."

"Beberapa kali Mama telepon Papa, tapi kenapa nggak diangkat?"

"Suasananya ramai Ma, kalau Papa angkat telepon, nggak akan terdengar suara Mama."

"Memang makan-makannya dimana?" Tumben sekali Mama Citra bertanya sampai sedetail ini, yang membuat Papa Rizal gelagapan menjawabnya.

"Di Cafe."

"Tumben Papa mau ikut, biasanya kalau yang sampai dini hari seperti ini, Papa nggak mau ikut?"

"Iya, karena Papa nggak enak kalau nggak datang."

Biasanya Papa Rizal memang tidak pernah pulang dini hari, ia lebih sering beralasan lembur, lalu pulang larut malam ataupun alasan dinas di luar kota.

Tiba-tiba Mama Citra tidak percaya dengan ucapan Papa Rizal, entah kenapa ia kali ini ragu dengan apa yang suaminya ucapkan. Namun Mama Citra berusaha membuang jauh-jauh kecurigaannya itu, ia yakin suaminya itu selalu setia padanya.

Papa Rizal pun memasukkan pakaiannya ke dalam koper, karena besok pagi, ia sudah harus berangkat ke Bali bersama istri simpanannya.

"Besok Papa berangkat jam berapa?"

"Jam tujuh pagi."

"Yaudah, Mama tidur duluan ya?!"

"Iya."

Mama Citra pun membalikkan badannya, lalu ia memejamkan kedua matanya. Sedangkan Papa Rizal masih saja memasukkan pakaian dan keperluan lain yang harus ia bawa esok hari.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Papa Rizal bergetar, ia pun mengambilnya lalu membaca pesan masuk.

[Pa, sudah sampai rumah?]

Pesan itu dari Mama Iren, ia khawatir dengan sang suami karena pulang dini hari.

[Alhamdulillah sudah sampai, kamu kok belum tidur?]

[Iya, ini baru mau tidur. Aku kan khawatir sama kamu]

[Aku sudah sampai rumah dengan selamat kok]

[Ya sudah, selamat beristirahat, sampai bertemu besok ya]

[Iya, Sayang]