Rasa sakit di kakinya membuatnya tidak sadar kalau dia mengangkat kakinya dan menendang Xiao Moli yang ada di depannya.
Beruntung, dengan cepat dipegangi oleh Xiao Moli.
"Wanita bodoh, jangan bergerak."
"Sakit."
An Ziqi menggoyangkan kakinya sembarangan.
Xiao Moli menatapnya dan memegangi kakinya yang terus bergerak.
"Bodoh, jika memar di kakimu ini tidak berkurang, maka kakimu akan membengkak lebih parah lagi besok."
Kemudian Xiao Moli mengulurkan tangannya sembari memijat pergelangan kaki An Ziqi dengan perlahan.
"Tapi, itu benar-benar sakit."
Wajah kecil An Ziqi berkerut menahan rasa sakitnya.
Melihat penampilannya yang menyedihkan, membuat Xiao Moli mengubah nada suara menjadi lebih lembut.
"Tenang saja, kamu akan baik-baik saja."
Dan benar saja. Tak lama setelahnya, An Ziqi merasa kakinya menjadi lebih sejuk dan dingin, dan juga sudah tidak terasa sakit lagi.
Melihat Xiao Moli saat ini dengan wajahnya yang sangat serius, bibirnya yang dingin seperti batu es. Jika diperhatikan lagi dari sudut pandang yang berbeda, sepertinya dia masih punya sedikit… kelembutan?
An Ziqi mencoba menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin Xiao Moli bisa bersikap selembut ini padanya?
"Selama dua hari kedepan, kamu tidak diizinkan untuk mengikuti kegiatan apapun. Jangan memaksakan kakimu. Apakah kamu mendengarku?"
Xiao Moli berbicara sambil membalut kakinya dengan kain kasa.
"Iya, aku dengar"
An Ziqi cemberut. Berpikir jika Xiao Moli benar-benar berubah menjadi lembut, rasanya itu hanya sebuah ilusi saja.
Tapi, pria ini tidak kunjung menyelesaikan masalahnya dengan An Ziqi. Dia malah memberinya pijatan secara pribadi, An Ziqi jadi merasa sedikit tersentuh.
Ternyata dia hanya terlalu banyak berpikir macam-macam.
"Ok, sekarang urusanmu sudah selesai. Dan sekarang giliran kita berdua." Xiao Moli berkata dengan dingin.
"Kita… Memang ada apa dengan kita? "An Ziqi gugup.
"Apa maksudmu?"
Xiao Moli menyipitkan matanya, matanya terlihat sangat menakutkan.
"Aku… aku salah. "An Ziqi mengatakan dengan lemah.
Xiao Moli menatap An Ziqi, terlihat ada sedikit air mata yang tersisa di ujung matanya, hidung kecilnya yang memerah, dan pakaiannya yang sedikit berantakan karena usahanya meronta-ronta tadi.
Terlihat seperti seekor kelinci yang meringkuk ketakutan, tak tampak mengganggu, hingga membuat Xiao moli tidak tega memarahinya.
An Ziqi menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya yang merah..
An Ziqi melamun, pikirannya benar-benar kosong.
Hingga, secara tiba-tiba pintu terbuka dari luar.
"Wow"
Xia Yinning masuk ke dalam rumah dan langsung melihat pemandangan langkah di ruang tamu hingga membuatnya berteriak dengan semangat.
Dua tangan kecilnya menutupi matanya, dan diam-diam menatap dua orang di sofa dari sela-sela jarinya.
An Ziqi yang tersadar dari lamunan seketika mendorong Xiao Moli yang ada di depannya karena malu. Dan wajahnya memerah seperti apel merah.
"Ayah, wanitamu mencoba pergi."
teriak Xiao Yinning yang takut jika membuat keadaan lebih kacau lagi.
"Kau diamlah!"
An Ziqi menggertakkan giginya, merasa bahwa anak kecil ini memang pantas untuk dipukul.
Kemudian dia memelototi Xiao Moli, si pelaku.
Saat ini An Ziqi sudah merasa tenang, dan wajahnya tidak terlihat memerah lagi.
Dia sudah bisa menatap Xiao Yinning dengan biasa.
"Aku tahu kamu masih bisa melihat, kan?"
Xiao Yinning menjulurkan lidahnya.
Sebaliknya, Xiao Moli tidak membantah sama sekali, justru dia terlihat sedang tersenyum.
An Ziqi ingin sekali mencari celah untuk pergi dari situasi ini.
Jika ada seorang ayah, pasti ada juga ada seorang putra. Sayangnya, Ayah dan anak ini sama-sama tidak normal!
"Rapikan pakaianmu yang berantakan itu, lalu bangun dan kembalilah ke kamarmu."
"Jangan turun!"
ucap Xiao Moli dengan mengerutkan kening, kemudian dia berdiri dan mengangkat An Ziqi kembali.
Dia berencana membantu An Ziqi pergi ke kamar mandi, mengantarnya masuk, lalu keluar kembali.