webnovel

Meet In Paris

"Di sini ku simpan namamu, semua kisah tentangmu, dan entah sampai kapan waktunya nanti aku berharap semoga semua ini akan segera berlalu" ~ Chika Wira Kusuma ~ Gadis dengan wajah melankonis itu kini berjalan menyusuri jalan. Di sini kehidupan barunya kan dimulai. mengucap janji itu memang sangat mudah, tapi tidak untuk menggenggamnya. karena jika salah satu yang berjanji itu telah mendusta? masih sebuah keharuskan untuk di pertahankan. hanya satu yang aku minta, semoga semuanya lekas berlalu. setelah rasa penasaranku akan kepergianmu itu terjawab.

Doraemon_Cantik · ย้อนยุค
Not enough ratings
273 Chs

Bab 26

26. Rasa itu paasti masih ada

Laki-laki kelahiran Jawa 1 oktober 2002 itu rupanya menyimpan masa lalu yang kelam. Ia tidak pernah mengira dulunya akan bangkit menajdi seperti sekarang ini. Dulu hidupnya sangat berantakan. Bahkan ia sempat berniat bunuh diri.

"gue yang sekarang benar-benar telah berbeda," gumam Rio.

Lelaki itu kini tengah berdiri di balkon Apertemennya, dengan menghisap satu batang rokok. Hstinya sedang gelisah dan fikirannya tercurah pada satu wanita.

"Chika, gue benar-benar udah jatuh cinta sama elo," ujar Rio.

Wajahnya begitu berseri-seri ketika mengucapkan namanya, gadis yang sangat di cintainya, Chika.

Satu jam berdiri di balkon Apartemennya, Rio pun masuk ke dalam kamarnya. cowok itu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

"telpon enggak telpon enngak, duh gue mau telpon kenapa malah jadi grogi gini ya. Tapi kalau gue telpon rasanya gue belum bisa tidur kalau belu dengar suaranya.

Tanpa ragu lagi Rio pun mencari kontak chika lalu menelponnya.

"halo, ada apa Yo?" tanay Chika yang sudah mengangkat telpon dari Rio.

"hehe enggak, gak papa kok Chik!" ujar Rio.

"oh, gue kirain ada apa tumben nelpon gue," tukas Chika.

"lo lagi apa Chik sibuk ya?" tanya Rio.

"lagi buat bubur sih sebenarnya," sahut Chika.

"oh, lagi b uat bubur! Ya udah sana lanjutin buatnya," ujar Rio.

"duh jadi gak enak kan gue, sory ya!" ucap Chika.

"iya gapapa kok, santai aja."

Telepon pun berakhir, Chika melanjutkan lagi kegiatannya.

"sudah jadi, satnya aku bawa ke Apartemen Aex deh!" ujar Chika.

Gadis itu menuangkan bubur yang baru saja matang ke sebuah mangkok.

"tunggu-tunggu, kok gue jadi perhatian gini sih sama Alex."

"ahh, enggak! Ini Cuma rasa kemanusiaan aja kok."

Ia pun keluar dari dalam Apartemennya. Setelahitu ia menekakn bel apartemen Alex. Tidak lama kemudian pemlik unit apartemen itu membukakan pintu.

"kenapa, Kamu khawatir ya sama aku?" tanya Alex.

"enggak kok, kata siapa," sahut Chika ketus.

"kalau kangen tinggal bilang aja sih, apa susahnya sih."

"apaan sih, aku kesini tuh ... nih bawain bubur buat kamu. Ya siapa tau aja kamu kelaparan kan terus kalau nanti ada apa-apa sama kamu di kira aku bukan tetangga yang pengertian lagi," jelas Chika.

Gadis itu mengelak, meskipun sebenarnya ia memanglah sangat mengkhawatirkan Alex. Dan bagaimana ia tidak khawatir melihat wajah Alex di penuhi lebam, belum lagi pinggangnya yang katanya sakit saat di pegang oleh Chika tadi saat memapahnya.

"maksih ya," ucap Alex.

"terus," cetus Chika.

"apa lagi?" tanya Alex.

"jadi aku gak di perbolehin masuk nih, suruh berdiri di depa pintu gini aja," tukas Chika.

"ohh iiya, ya udah yuk langsung masuk," ajak Alex.

Mereka berdua pun kemudian masuk ke dalam Apartemen Alex.

"kamu makan dulu buburnya, aku ambil air kompresan dulu buat ngompres lebam di wajah kamu," ujar Chika.

Alex pun langsung memakan bubur buatan Chika. Rasanya sudah lama sekali ia tidak memakan masakan Chika.

Dalam sekejap bubur itu sudah berpindah ke dalam perut Alex, menyisahkan sedikit kuahnya saja.

"udah habis, cepet banget makannya. Kamu selapar itu ya?" tanya Chika.

Gadis itu heran, padahal belum ada lima meanit ia meninggalkan Alex. Namun, Alex sudah memakan habis bubur buatannya padahal itu masih sangat panas sekali.

"hehehe iya, aku udah dari tadi nahan laparnya. Makanya bubur buatan kamu langsung habis aku makan," jawab Alex. "sama satu lagi, aku sangat merindukan ciri khas rasa itu,"tambah Alex.

"hmmm ya," sahut Chika.

"kamu gak mau kasih kesempatan aku buat jelasin semuanya Chik, dari kita berpisah sampai detik ini aku masih sangat mencintai kamu Chik. Gak terlewat satu hari pun fikkran aku untuk tidak memikirkan kamu," ucap Alex.

"Alex please! Aku lagi gak mau bahas soal itu. Jadi aku mohon kamu jangan bahas soal itu dulu ya, aku masih perlu waktu," pinta Chika.

"oke, aku gak akan bahas itu lagi. Tapi yang perlu kamu tau aku selalu mencintai kamu," ujar Alex.

"aku bali dulu ya, mau ngerjain tugas. Oh ya, ini air kompresanya udah aku siapin dan saemoga kamu cepat sembuh ya," pamit Chika.

Ok fine!

Alex baik-baik saja, meskipun sedikit perhatian Chika sudah mulai kembali. Meskipun gadis itu menggunakan embel-embel rasa kemanusiaan tapi Alex yakin sekali kalau itu di lalkukannya tulus dari hati.

"aku tau, kamu masih peduli Chik. Aku yakin kalau kamu pasti masih sayang kan sma akau," ucap Alaex lirih setelah kepergian Chika.

Sementara Chika merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Gadis itu hampir saja tadi baper sama Alex. Ha mpir saja ia lupa dengan rasa kecewanya.

"kenapa sih lo mudah bapear gitu sih Chik!" ujar Alex.

"harusnya lo gak usah perhatian sama dia, lo harus ingat luka yang sudah tergores di hati elo. "

Tuba-tiba gadis itu menitikan ait mata, anehnya itu di lakukannya sembari tersenyum. Ia heran mengapa bisa seperti itu.

Yang jelas hatnya sedang sakit namun perasaanya sedang bahagia.

Jika dengan bertemunya kita kembali adalah untuk saling menepati janji itu, lalu bagaimana dengan kecewa yang sudah terlanjur aku rasakan. Aku bahkan tidak tau apakah aku bisa menerimmu kembali atau justru sebaliknya yaitu membencimu.

Kelas hari ini terdengar sangat heboh, Chika yang sedang maengerjakan tugasnya yang tertunda pun hanya bisa megelus dada. Ia tidak mungkin akan memprotes kegaduhan kelas, karena a ingat ini bukan di negaranya. Yang ada nanti ia justrua kan terkena masalah.

"mana bisa gue fokus kalau begini caranya," ucap Chika.

Bersamaan dengan fikirannya yang kacau, datanglah Rio.

"lo kenapa Chik?" tanya Rio.

"biasa lagi ngerjain tugas gue, tapi ya gini gak bisa fokus. Ya lo bisa lihat sendiri keagaduhan yang terjadi," keluh Chika.

"maending ngerjainnya di perpus aja," saran Rio.

"mending di Kantin, lebih enak bisa sambil makan atau minum." Tiba-tiba Albert menimpali.

"di perpus aja kayaknya," sahut chika.

"ohh gitu, okay Ca," ujar Albert.

Meskipun kesal karena ia kalah dengan Rio, tapi Albert tidak menunjukan itu di depan Chika.

"lo boleh memang hari ini, tapi untuk mendapatkan hati Caca gue yang akan menjadi pemenangnya," ujar Albert.

Chika dan Rio telah sampai di perpus.

"lo ngapain ikut gue Yo, tugas lo ada yang belum kelar juga?" tanya Chika.

"ya mau nemenin elo," jawab Rio.

"gue bisa seandiri kali yo," tukas Chika.

"gak papa, lagian gue malas juga di kelas berisik gitu. Lo tenang aja lo fokus ngerjain tugasnya gue sambil baca buku kok," ujar Rio.

"oke kalau begitu."