MKC 72
...
Satu hal yang mampu membuat gue tetap waras adalah tidak ada seorang pun yang tahu kisah masa lalu gue. Sementara Mei hanya bisa mengerjap-ngerjapkan mata seperti sedang melihat malaikat.
Bagi gue pemilik suara itu adalah malaikat pencabut nyawa. Gue hanya bisa melongo dengan situasi serba kebetulan yang mencurigakan ini. Bagaimana mungkin gue harus bertemu dengan Mister J di Gubeng?
Oke, mungkin gue yang lupa kalau Surabaya adalah rumah Mister J sebelum pindah ke Prembun. Tapi kenapa dari sekian banyak restoran Mister J harus datang ke tempat ini?
"Dia temen elo, Nggi?" colek Mei dengan suara aneh. Terlalu aneh hingga gue berpikir kalau Mei dan Mister J sedang bekerja sama.
"Bukan. Salah orang kali." Gue langsung memalingkan wajah ke kebun belakang restoran.
Mulut gue memang tertutup rapat. Tapi kepala gue sedang mengutuk dan mengumpat. Kenapa Mei harus menarik paksa gue sampai di tempat ini sih?
Support your favorite authors and translators in webnovel.com