MKC 64
...
Kejadian itu sudah berlalu. Gue harus menatap masa depan dan menghadapi kenyataan yang tidak ada manis-manisnya seperti kata sebuah iklan air mineral.
Buktinya, di samping gue ada Raden Bagus Aa Anggoro Saputra yang tertidur bersandar pada bahu kiri gue. Sedangkan ayah yang duduk di depan tidak tahu sedang apa. Gue juga tidak peduli.
Ini adalah perjalanan jauh pertama gue dengan Anggoro si anak pesantren yang sedang kumat jiwa liarnya. Sejak pertama naik kereta mata Anggoro jelalatan tidak tentu arah ke segala penjuru gerbong.
"Elo bisa diam gak sih, Roro yang comel." Gerutu gue menyibak tangan Anggoro yang terus saja menempel di salah satu lengangue. Seperti anak kecil yang takut kehilangan induknya.
"Teteh yang tersayang, tolong jangan rasis dong. Ini Aa Roro baru kali ini naik kereta loh. Sejak dulu ayah melarang pergi kemana-mana dan hanya boleh naik angkot. Aa Roro bosen loh, teteh yang tercinta." Balas Anggoro tidak mau kalah.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com