"GRRHH... Ayolah Kai, kamu harus mencari tempat aman dulu lalu cari pertolongan pertama..." Kaizoku kembali merangkak ke tempat aman.
Terus merangkak menuju ke lorong panjang pernah dia lewati. Kaizoku melihat ke belakang, melihat Sylphy yang masih bertarung melawan ribuan pasukan kerangka tulang manusia. "Aku harap kamu bisa bertahan..."
Kaizoku terus merangkak memasuki lorong gelap tersebut sampai melihat pintu yang familiar. "Pintu itu... Ah... Aku penasaran apa yang sedang terjadi kepada pria tersebut, maafkan kami."
Mencoba untuk berdiri dengan tangan kanannya, pada akhirnya Kaizoku berhasil beridiri walaupun terlihat sangat lemas.
Membuka pintu tersebut hanya terlihat ruang kamar yang kosong dengan lubang besar di tembok, lobang yang sama saat Kaizoku dan Sylphy pertama kali keluar dari goa aneh.
"Heh, sepertinya pria tersebut pergi ke dalam goa tersebut. Ah sudahlah, aku harap dia baik-baik saja." Kaizoku melihat ke sekelilingnya berharap ada alat pertolongan pertama.
Melihat logo pertolongan pertama di tembok kanan, dengan cepat Kaizoku mencoba untuk berjalan ke arah itu.
Membukanya, Kaizoku hanya melihat perban-perban kecil panjang. "Huh? Hanya perban? Tidak ada pilihan lain."
Mengambil perban panjang tersebut lalu berjalan ke kaca.
Kaizoku melepaskan tangan kiri dari matanya. Saat membuka mata kiri, Kaizoku melihat pupil matanya yang sudah berubah menjadi putih, kemungkinan buta...
Kaizoku juga melihat cairan-cairan aneh yang keluar dari mata kirinya. "Eww... Ini sangat menjijikan, dan menyakitkan."
Dengan berat hati Kaizoku menutupi mata kirinya dengan perban-perban panjang tersebut. Walaupun rasa sakit masih menyelimuti Kaizoku, Kaizoku tetap melakukannya memaksa dirinya untuk tetap bertahan.
Setelah semuanya selesai, Kaizoku membuka mata kanannya lagi. "Heh... Yang penting terhindar dari angin kotor dulu."
Kaizoku tersenyum kecil. "Jadi begitu saja? Kai, Kai... Kenapa kamu sangat lemah."
"Aku menyesal berpikir dunia ini tidak mengerikan." Kaizoku berjalan lemas ke kasur terdekat dan tidur istirahat, berharap jika Sylphy masih bertahan sampai selesai nanti.
Saat Kaizoku berisitirahat, dia tidak bisa berhenti khawatir jika Sylphy tidak baik-baik saja. "Maafkan aku Sylphy, untuk sekarang aku tidak bisa membantumu."
Meneteskan air mata, Kaizoku mencoba untuk melupakannya dengan cara mencoba untuk tidur.
Dengan rasa sakit dan khawatir yang terus-menerus memaksa Kaizoku untuk tetap bangun, Kaizoku mencoba untuk berpikir positif, se-positif mungkin.
"Ayolah Kai... Tidur, TIDUR!" Kaizoku memukul-mukul kepalanya berniat untuk memaksa dirinya untuk tidur.
Pada akhirnya Kaizoku capek sendiri dan tidur tanpa dia sadari.
Kaizoku terbangun di dalam mimpinya, atau tempat lain? Kaizoku merasakan tempat tersebut bukanlah mimpi, terasa sangat nyata...
Melihat ke sekelilingnya hanya terdapat kegelapan, dengan sedikit cahaya putih menyala di bawa kakinya.
Kaizoku sepertinya mengingat tempat tersebut, yaitu tempat yang sama setelah Kaizoku pingsan saat melawan Thomas.
"Halooo... Siapapun... Ada orang...?" suara Kaizoku bergema ke seluruh tempat tersebut.
Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari segala arah. "Ah... Kamu telah datang, aku sudah menunggumu."
"Suara tersebut, terdengar familiar."
Kaizoku mengingat suara tersebut, yaitu suata yang sama saat dia pingsan, suara perempuan yang sama.
"Kamu!? orang yang sama saat aku pingsan... Apa yang kamu inginkan sekarang?" ucap Kaizoku dengan wajah marahnya.
"Tenang... Aku disini hanya ingin membantumu. Kamu hanya perlu mendengarkan ku, dan kamu akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Percayalah, aku hanya ingin membuka potensi kuat dari kamu."