... ... ...
...
....
..... Itulah yang dirasakan oleh Sylphy setelah mendengar teriakkan Kaizoku. Teriakan tersebut adalah paling keras selama Kaizoku bersamanya.
Rambut Sylphy mengelupas berubah menjadi warna merah tua, kedua taringnya menjadi lebih panjang lagi, Sylphy membuka kedua matanya memperlihatkan pupil matanya yang sudah berubah menjadi merah tua.
Pikiran Sylphy hanya berisi kemarahan yang luar biasa, otot-otot di pundaknya memuncak lebih tinggi lagi.
"Heh...." nafas dari Sylphy menjadi lebih cepat, arus darah di dalam membara-bara.
"Hehehe... Hehehe... <Bloodlust: Level 2> bersiaplah Sylphy..." ucap Sylphy dengan senyum kecil jahatnya.
Daripada Sylphy menarik tombak tersebut, Sylphy memilih untuk menghancurkan gagangnya. Sylphy mendorong telapak tangannya ke atas gagang tombak tersebut, tidak membutuhkan waktu lama untuk Sylphy menghancurkan gagang tombak tersebut.
Dengan cepat Sylphy berlari mengarah ke Gon dan Lilith yang masih menginjak-injak Kaizoku layaknya orang yang paling menjijikkan.
Tidak lebih dari lima detik Sylphy berhasil menggenggam leher Gon dan Sylphy membawa mereka jauh dari Kaizoku yang sedang kesakitan.
Saat Gon dan Sylphy berhasil dijauhkan oleh Sylphy, Kaizoku langsung berguling-guling kesakitan.
"HAAAAAAAAAAA!!!! MATAAKUUUUU!!!! BRENGSEK! SAKIT SEKALI!!!!!!" Dititik tersebut Kaizoku ingin menangis kesakitan, namun saat Kaizoku meneteskan satu air mata saja itu akan menambah rasa sakitnya.
Tentu cairan yang keluar dari sabit Gon merusak mata kiri Kaizoku dengan sangat menyakitkan.
Kaizoku terus-menerus menutupi mata kirinya dengan sangat kesakitan, sedangkan tangan kanannya memukul-mukul tanah menahan rasa sakit yang luar biasa.
Rasa sakit tersebut seperti asam penghancur besi yang memasuki mata Kaizoku dalam-dalam.
"BERHENTI!!! BERHENTII!!!! AKU TIDAK BISA MENAHANNYA LAGI... BERHENTILAH.... INI SANGAT MENYAKITKAN!!!!" Kaizoku terus-menerus berteriak kesakitan mencoba sekuat mungkin untuk menahan rasa sakit tersebut.
Mata Kaizoku terasa seperti terbakar hidup-hidup tanpa henti, seperti merasakan kematian, jiwanya sedang diambil melewati mata kirinya.
Disisi lain, Sylphy sedang bertarung melawan Gon dan Lilith sendirian.
Semakin Kaizoku berteriak, rasa sakit dan emosi marahnya terus meningkat, menguatkan Bloodlustnya lebih jauh lagi.
"Grrrhh... Ini semakin parah, Gon harus tambah serius LAGII!! GAARRRHHH!!" Gon melempar sabitnya ke samping.
"Jiwa-jiwa petarung <Αναστήστε τους νεκρούς> (Anastíste tous nekroús), KELUARLAH!" Gon menciptakan bola api hijau di tangannya lalu membanting bola api hijau tersebut ke tanah.
Tiba-tiba kedua telapak tangan tulang muncul di bawah Sylphy dan langsung menggenggam kedua kaki Sylphy. "Huh!? Pasukan tengkorak!?" Sylphy melihat ke bawah memastikan yang dia lihat.
Ribuan pasukan tengkorak muncul dari bawah pasir, keluar dari pasir menunggu perintah selanjutnya dari tuannya, Gon.
Walaupun Kaizoku sedang Kaizoku, dia masih berusaha untuk tetap tenang. Melihat dengan mata kanannya, dia melihat ribuan pasukan kerangka manusia menatapi Sylphy.
Kaizoku sangat ingin membantu Sylphy, namun dengan keadaan saat ini Kaizoku hanya akan menyusahkan Sylphy.
Kaizoku mencoba untuk merangkak ke belakang menghindari pertarungan sebisa mungkin.
Sebisa mungkin merangkak dengan tangan kanannya yang masih kuat, sedangkan tangan kirinya memegang mata kiri yang kesakitan.
"EERRGHHH... Ayolah Kai... Atur nafasmu dan tetap bertahan..." walaupun rasanya seperti di neraka, Kaizoku terus-menerus merangkak jauh menghindari pertarungan Sylphy melawan Gon dan Lilith.
Setelah merangkak cukup jauh, Kaizoku berhenti sejenak mengambil nafas. Walaupun hanya beberapa detik dia merangkak, Kaizoku merasakan capek yang luar biasa.
"Kenapa... Kenapa aku bisa hidup di dunia ini, sedangkan aku tidak bisa menahan rasa sakit ini..."