Tania berbaring di ruangan serba putih. Matanya masih terpejam karena baru saja diberi obat penenang. Selang infus menjuntai menuju ke tangannya. NGT menghiasi bawah hidung mungil Tania. Dia masih tampak pucat, tampak begitu lemah.
Bu Siwi tak henti meneteskan air mata. Tangannya menggenggam tangan Tania yang lemah tak berdaya. Berkali-kali diciumi tangan yang tak mampu bergerak itu. Rasanya dia ingin tukar raga saja, biar dia yang berbaring di tempat itu, biar dia yang merasakan sakit yang menghunjam, biar dia yang memiliki umur yang pendek seperti perkiraan dokter. Jangan Tania.
Rasanya itu lebih baik bagi Bu Siwi untuk berada di posisi Tania saat ini, dari pada dia harus melihat putrinya merasakan sakit yang tak tertahankan. Apalagi ketika tadi dia melihat nafas Tania yang tersengal, ah, rasanya detak jantungnya seakan terhenti. Untung saja Tania segera mendapatkan pertolongan dokter.
"Ma, Mama makan dulu ya di kantin rumah sakit. Biar Papa yang menunggu Tania dulu."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com