webnovel

Part 6-Pertemuan Kembali

"Sakura! Ada apa Sakura? Kenapa kau lesu sekali?" Tanya Seorang wanita padanya. Sakura hanya diam sambil mengalihkan pandangannya dari wajah itu, wajah yang lima tahun lalu telah pergi meninggalkannya. Wajah yang selalu menjadi penyesalan dalam hidupnya.

"Jangan menggangguku! Sampai kapan kau akan menghantuiku seperti ini, hah?"

"Aku hanya ingin melihatmu, aku merindukanmu Sakura." Ujar wanita itu dengan senyum hangatnya.

"Kalau begitu buktikan! Kenapa kau pergi meninggalkanku sendirian? Apa kau tau kesulitan yang kuhadapi? Hah, Kau bertanyakan kenapa aku lesu, ya aku lesu karna aku tahu pada akhirnya aku juga akan meyusulmu!" Sakura terdiam lalu mengambil nafas panjang.

"Maaf kan aku karna ak ...."

"AKU TIDAK PERLU MAAFMU! AKU HANYA MEMERLUKANMU! JADI KEMBALILAH, IBU!!!"

Wanita itu mendekati Sakura dan mendekapnya dalam pelukannya, sementara tangannya sibuk menghapus air matanya yang terus mengalir.

"Kau tau itu tidak berguna, kau pergi meninggalkanku, mengorbankan dirimu untukku, Lalu untuk apa kau menangisinya?" Tanya Sakura dengan nada kesal.

"Karna ini, akan menjadi hari terakhirku untuk menghantuimu. Karna setelah ini orang lain yang akan menggantikan tempatku." Ucapnya.

"Apa maksudmu?"

Wanita itu melepaskan pelukannya lalu menurunkan tubuhnya sambil menatap kearah Sakura. Sementara tangannya mulai menarik jari kelingking Sakura lalu meletakkannya di atas jari kelingkingnya, dan mengikatnya dengan erat.

Sakura terdiam, entah apa yang membuatnya kehabisan kata-kata disaat hal yang paling menyebalkan dalam hidupnya kini ada dihadapannya. Ya, sebuah Janji.

"Kau tidak perlu mengingatkanku, karna aku tidak akan melupakannya." Ujar Sakura.

"Aku tahu, gadisku ini bukan seorang yang pelupa. Ha ha ha, Ini sebuah jimat."

"Jimat?" Tanya Sakura, yang dibalas dengan anggukan kecil.

"Sakura, aku tahu kau pasti bisa!" Sahut wanita itu bersamaan dengan tubuhnya yang mulai menghilang.

"Aku tidak pernah mengatakan, aku tidak bisa." Balas Sakura sesaat sebelum wanita itu menghilang dengan senyum terukir di wajahnya.

"Tapi aku hanya khawatir, jika suatu hari. Aku sendiri yang akan memilih untuk tidak melakukannya."

Sakura terbangun, perlahan-lahan pandangannya yang kabur mulai melihat jelas sebuah ruangan putih tempatnya berada. Sesekali dahinya mengerut saat berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi. Ini, rumah Sakit? Pikirnya saat melihat selang bius yang sudah terpasang di tangan kirinya.

"Akhirnya kau sadar juga, Black." Ucap seseorang pria berambut karamel yang sejak tadi duduk di samping ranjang rawatnya.

"Kau, Noel." Ucap Sakura saat mengenali wajah yang ada di depannya itu.

"Lama tidak bertemu, Black. Sekarang akhirnya aku bisa melihat wajahmu dengan jelas. Tapi...kenapa harus ditempat seperti ini." Canda Noel. Sakura hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya perlahan.

"Sepertinya kepolisian global memberimu tugas lagi." Ucap Sakura.

"Ya, begitulah."

"Baiklah, jadi....bagaimana kau bisa menemukanku?"

"Oh, soal itu...."

-----

Beberapa saat yang lalu....

"DARURAT! DARURAT! Ada laporan mengenai ledakan misterius yang terjadi di Pabrik tua,diduga itu berasal dari gangler."

"Cepat, segera kelokasi!" Perinta komandan Hiltof yang dibalas dengan anggukan oleh para Patranger sebelum pergi.

Disaat yang sama GoodStriker masih kebingungan dengan kondisi Sakura. Ia terus berputar-putar disekitar tubuh gadis itu sambil berusaha memanggil namanya, berharap ia segera bangun. Tapi hasilnya nihil tubuh itu benar-benar tidak bergerak sama sekali.

"Black! Sadarlah....Black! Apa yang harus kulakukan sekarang...?" Ucap GoodStriker mulai panik.

Tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi dari luar pabrik. Sepertinya para Patranger sudah tiba di sana. Mengetahui hal itu membuat GoodStriker semakin panik.

"Oh tidak...kenapa harus sekarang? Ini bukan waktu yang tepat!"

Para Patranger keluar dari mobil dan melihat suasana sekitar pabrik yang tampak sepi. "Apa benar ini tempatnya, tidak ada suara ledakan?" Tanya Sakuya ragu.

"Ayo kita periksa, sepertinya ada orang di dalam." Ucap Keichiro sambil menunjuk kearah pintu pabrik yang terbuka.

Para Patranger memegang Vs Changer mereka menunnggu aba-aba dari Keichiro untuk masuk. "Siap?" Tanya Keichiro pada kedua rekannya. Mereka mengangguk.

Setelah melihat anggukan Sukasa dan Sakuya dengan cepat Keichiro membuka pintu dan langsung menodongkan Vs Changernya ke dalam.

"Jangan bergerak!" Pekiknya.

"Hah! Kosong, kemana ganglernya?" Tanya Sakuya bingung.

"Ini...aneh sekali?" Ucap Keichiro sambil menggaruk kepalanya.

"Tidak! Ada seseorang disana!" Sahut Sukasa yang tiba-tiba berlari kearah tumpukan pipa besi. Bersamaan dengan Keichiro dan Sakuya yang mengikutinya dari belakang dengan kebingungan.

Sukasa berjalan perlahan mendekati tumpukan pipa itu, pandangannya terus tertuju pada tangan seseorang yang terlihat di baliknya. Saat sudah semakin dekat ia langsung menodongkan Vs Changernya. Dan betapa terkejutnya Sukasa saat melihat tubuh seorang gadis tergeletak di sana.

"Hah!"

"Bagaimana dia bisa disini?" Tanya Keichiro.

"Apa....dia masih hidup?" Tanya Sakuya khawatir. Mendengar pertanyaan Sakuya perlahan Sukasa mulai mendekati tubuh itu, lalu memegak pergelangan tangannya sambil merasakan denyut nadinya.

"Dia masih hidup. Jem tolong kirimkan ambulan segera!" Ujar Sukasa pada Handsfree yang ada di telinganya.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Keichiro.

"Ntahlah....kita akan segera mengatahuinya. Sekarang yang terpenting, gadis ini harus diamankan." Ucap Sukasa sambil melihat kearah Kearah Keichiro.

-----

BRAK!

Seseorang tiba-tiba membanting pintu Jurer. Lalu tampak Godey yang dengan cepat terbang kearah para Trio Jurer dengan sangat panik, sambil membawa sesuatu di punggungnya.

"Gawat! Gawat....!" Pekiknya.

"Godey akhirnya kau datang, dari mana saja kau?" Tanya Umika dengan wajah khawatir.

"Kenapa kau panik begitu?" Tanya Kairi.

"Hah! Good Striker dari mana kau mendapatkan benda ini?" Tanya Kogurei yang masih berada di sana.

"Itu!"

"Black Dial Fighter, bagaimana kau mendapatkannya?" tanya Toma.

"Tidak ada waktu! Kita harus cepat....!"

"Apa maksudmu?" Tanya Kairi lagi.

"Black, para kepolisian Global itu membawanya!"

"Apa!!!"

------

Di tempat lain, Noel yang baru tiba di Jepang sedang dalam perjalanan menuju kekantor kepolisian Global.

"Hah...rasanya baru kemarin aku kembali ke Prancis dan meninggalkan kota ini, tidak disangka aku sudah berada di sini lagi. Ha ha ha, sepertinya kita memang berjodoh." Tuturnya sambil tersenyum.

TRING! TRING! TRING!

Tiba-tiba hp nya berdering, lalu dilihatnya nomer yang tertera disana.

"Oh, ini Kairi."

"Bonjour Kairi, apa kabar?"

"Apa...maaf aku tidak tidak bisa mendengarnya, kenapa berisik sekali di sana?"

"Black? Ah, baiklah aku akan mengurusnya jangan khawatir."

-----

"Jadi Begitu, maaf sudah merepotkan kalian semua." Ucap Sakura setelah mendengarkan cerita dari Noel.

"Kau tau ini bisa menjadi lebih buruk, bagaimana jika Keichiro dan lainnya mengetahui identitasmu saat disana."

"Benarkah! Kenapa kau tidak katakan itu pada temanmu? Siapa yang menyuruhnya sangat ceroboh, sampai bisa ditangkap oleh para gangler?" Balas Sakura dengan tatapan tajam.

"Maaf, dan terimakasih karna sudah menyelamatkan GoodStriker." Ucap Noel.

"Para Patranger akan menemuimu nanti, mereka akan menanyaimu beberapa pertanyaan mengenai kejadian ini."

"Baiklah aku mengerti. Jangan khawatir, aku tau apa yang harus aku lakukan." Ucap Sakura sembari mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Baiklah aku mempercayakannya padamu." Sambil mengangguk.

KRIET!

Pintu terbuka dan masuk para Patranger dengan seorang dokter dan wanita paruh baya yang ada di belakang mereka. Dengan cepat wanita itu mendekat kearah Sakura dan langsung memeluknya, denga mata yang berair.

"Nana?"

"Nona Mitsurugi?" Tanya Dokter sambil menghampiri Sakura.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Dokter itu.

"Jauh lebih baik."

"Baguslah, aku akan memeriksamu sebentar lagi, setelah para anggota Kepolisian global selesai menanyaimu."

"Baiklah, aku mengerti."

Mendengar itu Nana langsung melihat kearah Sakura, sambil memegang erat tangannya. Tampak matanya yang sudah mulai berkaca-kaca. Melihat itu Sakura langsung menarik tangan Nana dan mengusapnya sambil membalas tatapannya, lalu tersenyum.

"Semua akan baik-baik saja." Bisik Sakura.

Nana Mengangguk sebelum akhirnya meninggalkan Sakura dan pergi ke luar ruangan bersama Dokter, dan meninggalkan Sakura bersama Keichiro, Sukasa, Sakuya dan Noel.

"Noel, Komandan sudah menunggumu kau harus segera ke markas sekarang!" Ucap Keichiro.

"Baiklah aku akan pergi." Sambil berjalan kearah pintu, lalu mengalihkan pandangannya pada Sakura. Sakura membalasnya sambil mengangguk kecil. Setelahnya Noel pergi.

Akhirnya hanya tinggal Sakura dan para Patranger di ruangan itu, sesaat suasana terasa agak hening dan sedikit canggung. Hingga akhirnya Sakura membuka pembicaraan.

"Jadi....apa yang bisa kubantu?

Sementara itu para Trio Jurer terlihat sedang menunggu sesuatu di ruang tunggu rumah sakit. Dengan Umika yang membawa sekeranjang buah dan Kairi yang tampak sedang memainkan sebuah kotak kado persegi panjang.

"Hah, bagaimana ini? Apa semuanya akan baik-baik saja?" Tanya Umika dengan wajah yang sangat khawatir.

"Tenanglah Umika." Ucap Toma.

"Hah, kenapa lama sekali. Aku kelelahan menunggu disini." Sahut Kairi.

"Tidak ada cara lain, jika kita tidak ingin bertemu dengan mereka kita harus menunggu." Jelas Toma.

"Ya, kau benar."

Sesaat kemudian mereka melihat Noel yang keluar dari lift rumah sakit. Beberapa saat ia tampak melempar pandangan kearah mereka, sebelum akhirnya berjalan ke pintu keluar utama Rumah sakit.

"Sepertinya mereka sedang menanyainya." Ujar Toma.

"Semoga semuanya baik-baik saja." Pikir Umika.

"Itu mereka!" Sahut Kairi saat melihat para Patranger yang keluar dari rumah sakit. Tampak Keichiro berjalan dengan cepat kearah pintu keluar, disusul oleh Sukasa dan Sakuya yang mencoba mengejarnya.

"Ada apa dengan Kei Chan?" Tanya Kairi.

"Kelihatannya dia sangat kesal." Tambah Toma. Bersamaan dengan Umika yang memiringkan kepalanya.

"Aku merasa tidak enak. Apa kita benar-benar harus menemuinya sekarang?" Tanya Umika pada kedua temannya itu.

"Mau bagaimana lagi." Sahut Kairi.

"Jika hanya dia yang bisa membantu kita. Maka kita harus menemuinya, suka atau tidak." Jelas Toma.

"Kau ingin kita menjadi pemburu harta karun selamanya?" Tanya Kairi.

"Kau benar, baik ayo kita temui dia!" Jelas Umika. Bersamaan denga langkah kaki mereka yang bergerak menuju lift.

Sakura terdiam dikamarnya sambil menutup matanya, perlahan pikirannya mulai terhanyut dalam melodi musik yang sedang ia dengarkan lewat Earphone Hp nya. Sesekali di liriknya salah satu gorden jendelanya yang terus bergoyang tertiup angin dari luar.

"Setidaknya mereka akan menjauh untuk beberapa saat."