webnovel

Part 3-Penyesalan di Masa Lalu

Sementara itu di kantor GSPO cabang Jepang. Tampak para Patranger sedang membicarakan sesuatu yang penting. Mereka sedang membahas kasus yang sedang mereka selidiki, yaitu tentang penyerangan gangler dan Kemunculan Lupin Black.

"Jadi bagaimana?" Tanya Sukasa saat melihat Keichiro yang baru selesai menelpon.

"Tidak, bukan mereka." Sembari meletakkan hp nya di atas meja.

"Begitu ya, jadi...mereka juga tidak tahu?" Tanya Suasa yang dibalas dengan anggukan Keichiro.

"Lihat Sukasa, sudah kubilang kau terlalu cepat mengambil kesimpulan." Ujar Sakuya.

"Iya aku minta maaf, aku hanya ingin mencari petunjuk dari kasus ini." Sahut Sukasa.

"Sudahlah jangan bertengkar....Jem bagaimana statusmu?" Tanya Komandan Hiltof pada Jem.

"Hah....ini cukup sulit!" Seru Jem, sembari beralih pada para Patranger.

"Ada apa Jem?" Tanya Keichiro, menghampirinya.

"Sepertinya hampir semua CCTV di lokasi kejadian tidak merekam kejadian tadi malam." Ucap Jem.

"Kenapa begitu?" Tanya Sukasa.

"Selain karna terkena serangan rudal gangler, beberapa sepertinya sengaja dirusak oleh seseorang."

BUKK!

Keichiro tiba-tiba memukul meja dengan keras, wajahnya tampak merah seperti ingin meledak. Jelas sekali ia sangat marah, Sukasa dan Sakuya yang melihat itu lekas berusaha menenangkannya.

"Gangler itu....bisa-bisanya ia merusak kamera CCTV untuk menghilangkan petunjuk." Ujar Keichiro kesal.

"Tenang Keichiro, pasti ada jalan lain..." Ucap komandan Hiltof yang langsung bangun dari kursinya karna kaget.

"Benar Keichiro." Tambah Sukasa.

"Iya pak, ini teh agar kau lebih tenang." Sembari menyodorkan secangkir teh.

"Baiklah....sebenaranya ada satu hal yang membuatu penasaran, siapa mereka yang dari tadi kalian bicarakan?" Tanya Komandan Hiltof.

"Benar, aku juga ingin tahu!" Sahut Jem penasaran.

"Ehem...bukan apa-apa." Ucap Keichiro, lalu kembali duduk di meja kerjanya.

Setelah mendengar Keichiro berkata demikian pandangan Sukasa dan Sakuya tertuju padanya, sebelum akhirnya mereka juga kembali ke tempat duduk masing-masing. Sementara Komandan Hiltof dan Jem yang melihat itu hanya saling berpandangan.

-----

"Hah....akhirnya kita sampai, aku benar-benar lelah." Ucap Nana sembari memasuki rumahnya.

"Hehe, iya benar." Ucap Sakura setuju.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk muncul di layar hp Sakura, yang langsung ia sadari. Setelah membaca isi pesan itu ia kemudian mengalihkan pandangannya kepada Nana yang ada di hadapannya.

"Nana, aku harus pergi menemui seseorang sekarang."

"Apa Sekarang, siapa?"

"Kenalanku dari Prancis, dia sedang ada di Jepang dan mengajakku untuk bertemu. Apa... aku boleh..."

"Ah, ya tentu saja pergilah." Ucap Nana sambil tersenyum. Sakura yang mendengar itu langsung bergegas menuju kearah pintu rumah.

"Tunggu, Sakura!"

"Jangan....pulang terlalu larut." Ujar Nana dengan wajah khawatir. Sakura mengangguk, lalu menutup pintu.

-----

TAP! TAP! TAP!

Suara langkah sepatu wanita terdengar dari kejuhan. Ya, itu Sakura yang sudah sampai di tempat pertemuan. Sesekali ia mengecek kearah layar hp yang ia pegang, memastian bahwa ia tidak terlambat.

"Lama tidak bertemu, Black." Terdengar suara seseorang dari arah belakangnya.

Sakura berbalik dan melihat pria tua yang berdiri di depannya. "Halo juga, Kogurei." Ucapnya.

"Jadi...ada apa memanggilku?" Tanya Sakura.

"Seharusnya kau sudah tau. Kenapa kau tiba-tiba ke Jepang?" Sembari melempar pandangan pada Sakura.

"Apa aku....harus mengatakannya padamu?"

"Aku mengerti, kau memiliki kesepakatan sendiri dengan Tuan Arsen, tapi kemunculanmu disaat seperti ini bukankah akan menarik perhatian polisi."

"Mungkin saja. Tapi, kau tidak perlu khawatir apapun yang mereka lakukan mereka tidak akan menemukan petunjuk lain selain rekaman reporter wanita itu." Ujar Sakura.

"Hah....tetap saja. Orang sepertimu yang bahkan tidak suka melakukan tugas lapangan secara langsung. Apakah alasanmu datang adalah, karna dia?" Tanya Kogure. Mendengar itu Sakura langsung beralih dan mengangguk kecil padanya.

"Baiklah, alasanmu bisa diterima. Tapi ku ingatkan Black, jangan terlalu memaksakan dirimu." Ucap Kogurei sembari beranjak pergi.

"Tenang saja Kogurei, lagi pula tujuan kita berbeda bukan!"

Kogurei berhenti sejenak. "Terserah padamu saja." Lalu melanjutkan jalannya lagi.

Sakura termenung menatap kearah pantulan bayangannya pada hp nya. Saat ia menyalahkannya tampak tanggal yang tertera di sana.

"Sudah 5 tahun ya, sejak kejadian itu." Tuturnya

-----

Ini sudah 3 bulan sejak keluargaku pindah ke Prancis. Dan sebentar lagi adalah musim semi di Jepang, sebentar lagi bunga sakura juga akan mekar bersamaan dengan hari ulang tahunku. Ayah berjanji padaku tahun ini aku akan tetap menikmatinya seperti tahun-tahun sebelumnya, aku benar-benar tidak sabar. Pikirku sambil tersenyum menatap keluar jendela kelas.

"Sakura....sakura....hmm...hmm." Aku bahkan sempat bernyanyi tentangnya dalam perjalanan pulang.

Kumasuki pekarangan rumahku sambil tersenyum dan langsung berlari cepat kearah pintu sambil menirukan pesawat terbang, lalu mendarat tepat di gagang pintu. Disaat yang sama saat aku mendengar percakapan kedua orang tuaku.

"Tidak bisa begini Daniel, kau sudah berjanji pada Sakura!"

"Tapi ini penting Saki....aku benar-benar harus menemuinya sekarang. Kita harus menunda perjalanannya."

"Lalu bagaimana dengan Sakura? Dia sudah sangat bersabar ketika kau memaksa kita untuk pindah ke sini? Dia sudah bersabar menunggu hari ini? Menunggumu?"

"Maafkan aku Saki, aku terpaksa melakukan ini....tidak ada pilihan lain."

"Jangan katakan itu padaku, katakan itu pada Sakura."

"Sa-sakura..." Ucap ibu yang kaget saat melihatku sudah berdiri di depan pintu.

Aku menatap mereka dengan perasaan kecewa, sambil menahan air mataku yang mulai tumpah. Ibu mendekatiku berusaha untuk menenangkanku, tapi aku menolak aku berlari menjauhinya dan rumah kami sambil menangis.

-----

SRRKH!

Angin bertiup kencang, melepaskan iktan rambut Sakura yang sudah tertata rapih saat ia berjalan menyusuri jalan pulang ke rumah Nana. Perlahan ia mengalihkan pandangannya pada langit malam yang mulai diselimuti oleh awan mendung. Seolah mengingatkannya akan hari yang akan selalu menjadi penyesalan terdalam dalam hidupnya.

-----

Aku kembali kerumah malam itu, kususuri jalanan yang tadi siang kulewati dengan bahagia, siapa yang menyangka pada akhirnya aku sama sekali tidak bisa tersenyum saat kembali melewatinya. Ku masuki pekarangan rumahku dengan lesu sampai sebuah suara benda jatuh mengagetkanku.

"Hmm! Apa itu?" Pikirku.

Dengan cepat aku menarik gagang pintu depan dan tampak suasana rumah yang gelap dan kacau. Aku berjalan masuk, saat sebuah batu bundar tiba-tiba mengegelinding ke arahku. Bahkan dengan keadaan sekitarku yang gelap aku pun masih bisa melihat batu yang ada di depanku itu adalah kepala manusia.

"Pa-pa...." Ucapku saat mengenali wajah itu. Perlahan ketakutan mulai merasuki tubuhku saat menyadari seseorang sedang berjalan kearahku.

"Wah, wah lihat siapa yang datang. Sepertinya kau baru saja bertemu dengan karya seni yang baru saja kubuat ya."

Perlahan aku mulai bisa melihat rupa dari suara yang baru saja bicara pada ku. Seorang wanita dengan rambut ular yang terus mendesisi kearahku dengan mata hijaunya yang mengerikan. Hal yang membuatku enggan menatapnya adalah saat aku menyadari ia bukan manusia.

"Gadis yang cantik, kenapa kau mengalihkan pandanganmu hah! Tatap mataku! Tatap!" Pekiknya sembari menaikkan wajahku.

"JANGAN TATAP MATANYA!"

GRAP!

Tiba-tiba sesuatu menarik pergelangan tanganku, membawaku menjauh dari rumah, perlahan kuberanikan diri untuk membuka mata. Dan kulihat ibu ada disana menggenggam tanganku sambil menariknya, sementara aku mengikutinya dari belakang sampai kami memasuki hutan.

"Ibu! Ada apa ini....apa yang sebenarnya terjadi....makhluk apa itu dan ayah....ayah telah..." Tanyaku dalam kedaan panik.

"Tidak ada waktu Sakura kita harus cepat, sebelum Medusa...Akh!" Ibu tersungkur kebawah, tangannya mulai meraba-raba luka pada kakinya yang terus mengeluarkan darah.

"IBU!"

"Sakura! Dengarkan aku, bawa ini!" Sembari menarik tanganku dan meletakkan Black Dial Fighter disana.

"Apa, bagaimana dengan Ibu?"

"Pergi dari sini, secepatnya cari Arsen Lupin dan bawa ini padanya beritahu dia tentang Medusa, hanya dia yang bisa membantumu!"

"TIDAK! Hiks...hiks....tidak, aku tidak bisa.....tolong jangan lakukan ini ibu....aku tidak bisa....hiks, maaf karna aku keras kepala, hiks maaf karna aku telah egois....hukum saja aku...tapi jangan paksa aku melakukan ini...hiks." Ucapku yang tak sanggup lagi membendung air mata.

"Sakura! Sakura dengar, kau anak yang baik...maaf karna kami tidak bisa menjadi orang tua yang baik untukmu, membuatmu terlibat dalam semua ini. Berjanjilah pada ibu, apapun kesulitan yang akan kau hadapi nanti....jangan korbankan orang lain. Cukup! Cukup sampai disini, mengerti?" Sembari menggenggam tanganku denga erat. Meski berusaha tegar, aku masih bisa melihat ibu yang menahan tangisnya untukku.

"Iya....aku mengerti ibu."

TRUK! TRUK! Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah belakang.

"PERGI! CEPAT PERGI!" Pekik ibu sembari mendorong tubuhku.

Aku berlari, lari sejauh mungkin meninggalkan ibu yang terluka disana, tidak ada pilihan lain. Dengan cepat aku menembus pepohonan hutan yang lebat hingga tanganku tergores oleh gesekan ranting-ranting pohon yang kulewati.

TRUK! TRUK! TRUK!

"Lihat siapa yang ada disini." Ucap Medusa.

"Dimana koleksi itu?" Sembari menarik wajah Sakiko.

"Kau, tidak akan pernah mendapatkannya..."

"Bagus....akan kubuat orang lain tidak akan pernah mendapatkan jasadmu....!"

"AAAKKKHHH!!!"

Aku berlari secepat yang aku bisa menembus diantara rimbunan pepohonan hutan. Dan saat kudengar teriakan itu dari arah belakang, kurasakan mataku yang mulai kembali basah. Ketika tau kenyataan yang harus kuterima, saat kedua orang yang kusayangi pergi meninggalkanku secara bersamaan.

BUKK

Tiba-tiba kakiku menyandung sebuah akar pohon membuatku tak sempat berhenti saat kulihat sebuah jurang yang sudah ada tepat di depanku. Tubuhku terjatuh dengan keras ketanah. Kurasakan kepalaku yang membentur sesuatu yang keras, perlahan pandanganku mulai kabur, namun sesaat sebelum kesadaranku hilang kurasakan seseorang sedang mendekat kearahku.

"Siapa....dia...?"