webnovel

Part 25-Lilin Lavender

"Umika! Umika.....Umika bangun, hei Umika.....!"

"Tidak, tidak.....Sakura! Hah...hah." Seru Umika yang sontak terbangun dengan suara yang separuh berteriak, langsung mengundang mata para pejalan kaki yang memandanginya dengan heran. Sementara kedua temannya Toma dan Kairi yang kala itu sedang berdiri di dekatnya hanya bisa menutup muka.

"Yaampun....kau membuat kami malu saja." Ledek Kairi.

"Huh! Di mana aku?" Tanya Umika yang masih setengah sadar dengan pandangannya yang masih berbayang.

"Kita ada di taman." Jawab Toma yang langsung berpindah kehadapan gadis itu.

"Toma? Hah.....apa-apa yang terjadi? Kemana gangler, para sandra dan para Patranger apa mereka baik-baik saja?" Ujarnya yang langsung beranjak dari tempat duduk setelah melemparkan banyak pertanyaan karna kaget ketika menatap seluruh bagian taman yang kembali normal dengan beberapa orang yang tengah duduk dan berjalan di sekitar mereka.

"Apa yang terjadi?" Gumamnya bingung. Sementara di sisi lain tanpa ia sadari Toma yang sejak tadi berdiri di dekat mereka terus memperhatikannya.

Kairi berjalan kearah gadis itu, sembari menepuk pelan kepala mungilnya dengan telapak tangannya yang lebar. "Kau baik-baik saja, pasti sulit ya? Tenang saja lain kali pasti ada kesempatan." Ujar Kairi yang membuat Umika memandanginya dengan heran sebelum pemuda itu mengarahkan ponsel miliknya yang masih menyala.

Umika menatap diam kearah benda kecil itu yang menampakkan dengan jelas, bekas kiriman pesan dari Sakuya yang membuatnya teringat kejadian tadi pagi saat ia sedang menunggu pemuda itu di tempat ini. Sebelum pesan itu muncul yang berisikan permohonan maaf Sakuya padanya karna tidak bisa menemuinya pagi ini.

Iya aku sedang menunggunya, aku sudah menunggunya dari tadi pagi di tempat ini. Tapi bukankah setelah itu....Umika tidak melanjutkannya tatkala bayangan serangan gangler itu kembali terbayang di pikirannya dan juga ucapan Sakura. Apa-apa yang sebenarnya terjadi, apa itu semua hanya mimpi burukku. Batin Umika yang berberapa kali melirik kebagian taman yang masih terlihat sama.

"Ini sudah larut, sebaiknya kita pulang sekarang." Ujar Toma pada mereka berdua. Kairi yang mendengar itu hanya mengangguk sambil memasukkan kedua tangannya pada saku jacket sebelum mengikuti pria itu dari belakang.

"Cepatlah Umika, kau mau tidur di luar malam ini?" Sahut Kairi sambil tersenyum yang langsung menarik perhatian gadis itu dengan wajah kesal.

"Iya aku mengerti!" Tukasnya yang langsung menyusul kedua temannya itu.

-----

Di tempat lain, Sukasa yang tengah tertidur juga di kejutkan dengan suara panggilan yang tiba-tiba membangunkannya. "Hah! Bahaya semuanya menghindar!" Jeritnya yang tiba-tiba langsung menodongkan Vs Changer ke depan. Melihat itu langsung membuat kedua rekannya, Keichiro dan Sakuya benar-benar kaget. Hingga membuat Sakuya yang waktu itu sedang mengeluarkan mobil dari parkiran menginjak rem secara mendadak.

BRUK!

Bunyi benturan terdengar dari dalam mobil di susul oleh suara ringisan ketiga Patranger itu yang kembali memperbaiki posisi duduk mereka sembari mengusap bagian wajah dan tubuh yang sempat terbentur.

"Aduh....wajahku. Apa-apaan ini Sakuya kau ingin membuat kita celaka!" Ucap Keichiro dengan kesal sambil memegangi jidatnya yang sempat membentur kaca depan mobil polisi.

"Maaf! Aku terkejud karna Sukasa menodongkan Vs Changernya tadi." Ujar pemuda itu dengan kepala yang tertunduk.

"Benar juga, Sukasa apa yang terjadi? Berbahaya menodongkan senjata seperti itu di dalam mobil, kau sadar apa yang kau lakukan?" Tanya Keichiro saat berbalik pada Patren Sangou itu yang langsung mengangguk ketika mendengarnya bicara.

Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa berada di dalam mobil kemana perginya gangler juga para Lupin dan....para sandra kemana mereka? Batin Sukasa yang masih bingung dengan apa yang baru saja mereka alami.

"Kita ada di mana?" Tanyanya pada Keichiro dan Sakuya.

"Huh! Pertanyaanmu aneh sekali, kau tidak lihat kita ada di dalam mobil." Ujar Keichiro yang menarik tawa Sakuya hingga membuatnya tidak berkonsentrasi pada mobil yang sedang ia kendalikan.

"Mungkin Sukasa, lupa karna sempat tertidur di mobil." Ucap pemuda itu.

"Aku....tertidur?" Tanya Sukasa yang kembali mengulang kalimatnya. Keichiro yang dengan ekspresi biasa hanya mengangguki kalimat Sakuya.

"Kau tertidur saat kita sampai di rumah sakit, saat kubangunkan kau malah mengigau yang aneh-aneh jadi kami meninggalkanmu di...."

TRAK!

Kalimat Keichiro terpotong, tepat saat ketiganya merasakan getaran dari roda belakang mobil bersamaan dengan bunyi remukan benda dari luar.

"Apa itu?" Tanya Keichiro.

"Gawat, sepertinya aku tidak sengaja melindas sesuatu." Ujar Sakuya sambil memasang ekspresi kaget bercampur takut saat melihat kearah stir mobilnya.

"Coba kuperiksa." Ucap Keichiro sebelum beranjak keluar.

"Aku juga ikut." Tambah Sukasa yang akhirnya memaksa pemuda itu untuk turut serta mengikuti mereka.

Keichiro berjalan menghampiri bagian belakang mobil semuanya tampak mulus, tidak terlihat adanya goresan atau penyok pada bagian itu yang membuatnya berpikir mungkin mereka salah dengar. Namun anggapan itu berubah ketika matanya menatap pecahan benda kecil berwarna ungu bertabur di bawah roda kanan bagian belakang.

"Benda apa ini?" Gumamnya ketika memungut satu pecahan kecil. Sukasa yang melihat itu juga ikut memungutnya dan langsung menekan benda itu di tangannya hingga membuatnya hancur.

"Lilin, ini sebuah lilin." Ujarnya.

"Apa, kenapa ada lilin di tempat parkir rumah sakit? Wah, baunya wangi." Tambah Sakuya yang diam-diam mencium potongan kecil lilin yang ada di tangannya.

"Wangi lavender, sepertinya ini lilin aroma terapi. Bagaimana bisa ada di sini?" Tanya Sukasa pada Keichiro yang menghampirinya.

"Lavender, setelah mendengarmu aku jadi merasa mencium wangi itu di sekitar...."

"Maaf!" Tiba-tiba kalimat Patren Ichigou itu kembali terpotong tepat saat Sakuya meneriakkan kata maaf yang juga mengalihkan Sukasa dari pikirannya.

"Ada apa Sakuya?" Tanya Sukasa padanya, yang terlihat sedang membungkukkan badan kearah sesuatu yang sebenarnya adalah tempat kosong.

"Maaf Umika, maaf karna aku tidak bisa menepati janjiku!"

"Apa?"

"Gangler! Ada gangler di sini, aku akan mengalahkanmu gangler!" Sahut Keichiro yang kembali menarik perhatian Sukasa karna tingkahnya yang terlihat menodongkan Vs Changer kearah mobil yang terparkir di dekat mereka sambil menirukan suara tembakan.

"Keichiro juga, apa yang terjadi dengan kalian berdua? Ah....itu lilin aroma terapi." Ujar Sukasa ketika melihat beberapa lilin tergeletak menyala di sekitar tempat parkir itu. "Tunggu, apa aroma lilin ini yang membuat mereka seperti itu?" Pikir Sukasa yang buru-buru menutup hidungnya.

"Maaf, maaf, maaf.....!"

"Aku akan mengalahkanmu, bersiaplah gangler....!"

"Kalian berdua hentikkan! Oh, tidak....apa yang harus kulakukan dengan mereka sekarang?"

Di waktu yang sama Jem yang baru saja memasuki kantor mendapati Noel sedang tidur dalam posisi duduk di sofa tamu. Dengan panic ia buru-buru menghampiri pria berambut karamel itu sambil berusaha membangunkannya yang tampak terlelap.

"A-apa Noel, kenapa? Bagaimana? Bangun.....kenapa kau malah tidur di sofa?" Tanya Jem separuh berteriak, ketika berusaha mengguncang tubuhnya yang benar-benar dalam posisi duduk seperti biasa. Tapi anehnya sambil terpejam.

Beberapa saat melakukan itu akhirnya Noel terbangun, dengan pandangan heran menatap Jem yang sudah berdiri di depannya dengan panik. "Jem itu kau, apa bagaimana kau bisa berada di sini?" Tanya Noel yang malah membuat robot akuntan itu heran.

"Apa? Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa kau tertidur di dalam kantor seperti itu?"

"Aku, tidur? Benarkah?"

"Iya, aku sendiri bingung. Karna....kau tidur sambil duduk tadi." Lanjut Jem memberi penjelasan singkat.

"Oh la la, terimakasih karna sudah membangunkanku. Aku sendiri bingung bagaimana aku bisa tertidur, ini sungguh aneh." Ujar Noel sembari menggaruki kepalanya.

Tidak selang lama dari arah pintu masuk Komandan Hiltof yang tampak membawa tas kopernya seperti biasa, lalu tersenyum saat mendapati Noel dan Jem yang sedang berada di dalam ruangan. "Ah....akhirnya selesai juga rapat hari ini sungguh melelahkan. Noel, Jem kalian di sini?" Ujarnya sembari menghampiri mereka.

"Komandan."

"Bagaimana dengan rapatnya?"

"Baru saja selesai, mereka banyak membicarakan kasus para gangler yang bermunculan termasuk Lupin Black dan itu terus saja di ulangi beberapa kali. Sangat membingungkan." Ujar Komandan berpendapat. Noel yang mendengar itu hanya tersenyum padanya.

"Oui, sebaikanya anda beristirahat."

"Tentu, aku cukup lega karna tidak ada masalah hari ini. Apa ada kabar dari Keichiro dan....Oh, kue! Siapa yang menyiapkan ini di sini pas sekali aku memang sedang lapar." Ucap Komandan Hiltof yang langsung menghampiri meja.

Sementara itu Noel dan Jem yang melihatnya hanya berbalas pandang dengan heran. Karna melihat tingkah komandan yang aneh, sudah jelas tidak ada apapun di meja tapi ia malah mengira ada setumpuk kue di atas tempat itu.

"Umm....Komandan, anda baik-baik saja?" Tanya Noel dengan nada lembut.

"Apa lagi yang lebih baik? Berikan salamku pada.....siapapun yang membelikannya, dorayaki ini enak sekali. Oh, kau mau Noel?" Tanya Komandan sembari menyodorkan kue yang sama sekali tidak ada dan pastinya tidak bisa di lihat oleh Noel.

"Ada apa dengannya? Dia baik-baik saja kan?" Bisik Jem di telinga Noel.

"Sepertinya komandan lelah, bersikap saja seperti biasa." Balas Noel berbisik. "Oui tentu, aku juga sangat suka dengan dorayaki."

"Apa maksudmu?"

"Ah....?"

"Ini kue Manju, apa kau tidak suka kalau begitu biar aku ambilkan dorayaki juga ya. Masih ada beberapa di atas sini."

"Ah, tidak bukan begitu maksudku...." Noel tidak melanjutkan kalimatnya , setelah pria kulit hitam itu beralih lagi kemeja untuk memilihkan dorayaki yang ada di sana. Kini Noel yang melihat itu hanya bisa menepuk pelan wajahnya sembari menghelah nafas.

"Noel!" Panggil Jem mendadak langsung mengalihkan perhatiannya.

"Kau tahu apa ini? Aku menemukannya di bawah meja tadi." Ucap Jem yang langsung menyodorkan lilin berwarna ungu yang baru di matikan olehnya.

Aroma terapi, siapa yang meletakkannya di sini? Batin Noel yang langsung mengenali bau dari lilin itu. Ada yang aneh di sini, pertama aku mengingat kami sedang bertarung melawan gangler di taman lalu tiba-tiba Jem membangunkanku yang ternyata sedang tidur di sofa lalu Komandan Hiltof....sepertinya berhalusinasi. Apa semua ini...

"Hmm? Apa ini, apa yang kulakukan di sini?" Tanya Komandan yang bingung mendaparti dirinya yang sedang berdiri di dekat meja.

"Komandan, anda baik-baik saja?" Tanya Noel lagi padanya.

"Iya, tentu aku baik. Hanya....heran, apa terjadi sesuatu barusan?"

"Itu..."

"Darurat! Darurat! Ada panggilan dari Sukasa, sepertinya Keichiro dan Sakuya juga bertingkah aneh!"

"Apa?"

-----

"Akhirnya....kita sampai juga." Ujar Kairi sembari meregangkan tangannya yang agak kaku langsung mendahului Toma dan Umika masuk kedalam.

Umika berdiri di ambang pintu, beberapa kali ia sempat berbalik kebelakang memastikan yang barusan ia lihat benar-benar hanya mimpi yang ia bayangkan dalam pikirannya. Sampai tidak menyadari hal itu malah membuatnya termenung hingga mematung di depan pintu dan di lihat langsung oleh Toma yang sejak awal sudah mengawasinya.

"Umika, kau tidak ingin masuk?" Tanya pria itu dengan wajah datar, meski dari pertanyaannya sudah jelas ia terlihat mengkhawatirkan gadis berambut pendek di depannya itu.

Umika tertegun lalu menatap kearah Toma sebentar. "Ah, maaf sepertinya aku tadi melamun." Ucap gadis itu merasa tidak enak.

"Kau memikirkannya juga, apa menurutmu yang baru saja terjadi?"

"Hah! A-apa?"

Toma terdiam sejenak sebelum membetulkan lagi kalimatnya agar mudah di pahami gadis itu. "Labirin cermin." Ucapnya yang sengaja di perlambat.

"Toma kau juga...."

"Memimpikan hal yang sama? Kurasa tidak." Tutur Toma melengkapi kalimat Umika yang ia sela, sembari merogoh sakunya dan langsung menyodorkan sesuatu pada gadis itu. "Aku rasa kau mengingatnya?"

"Ini....lilin dari Ryokan! Dari mana kau mendapatkannya?"

"Hah....jujur saja, sebenarnya pagi ini kami mengikutimu ke taman untuk mengawasi pertemuanmu dan Sakuya. Itu aku temukan tidak jauh dari tempat Kairi membangunkanku yang juga sedang tertidur dan aku juga melihat yang lainnya di bawah bangku taman tempat kami menemukanmu tertidur."

"Tunggu dulu, apa? Jadi maksudmu semua ini ulah gangler yang waktu itu, bukankah kita sudah lebih dulu mengalahkannya?" Toma menghelah nafas sejenak sebelum mengalihkan lagi pandangannya pada Umika yang masih belum paham dengan penjelasannya.

"Umika, kau masih ingat dengan ucapan Sakura kemari saat kalian bertemu di sini?" Tanya Toma yang lagi-lagi membuat gadis itu terkejut.

"Iya, aku mengingatnya. Tapi kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini Toma?"

"Ini hanya pendapatku tapi, aku rasa Sakura adalah orang di balik lilin-lilin ini."

"Jika di pikirkan lagi, dari semua kejadian hari ini. Tidak ada yang bertemu dengan gadis itu setelah kau yang artinya kau adalah orang terakhir yang benar-benar terlihat bersama Sakura Umika, selain itu semuanya hanya ilusi."

"Hentikkan ini! Aku tidak percaya, bagaimana mungkin Sakura menjebak kita sudah jelas lilin itu milik gangler lalu bagaimana dia bisa mendapatkan benda itu? Tidak! Itu tidak benar! Toma....kita sudah berjanji untuk mempercayainya!!! Kau ingat dia menyelamatkan Aya, apa kau masih ingin mencurigainya seperti ini?"

"Kau sendiri? Kauyang paling mengenalinya Umika, apa kau percaya padanya?"

Percakapan itu terhenti beberapa saat. Meski berusaha untuk menjawab aku tidak yakin apa ini benar, apa ini jawaban yang tepat? Pendapat Toma meyakinkan. Tapi apa aku tidak boleh, apa aku tidak bisa mempercayaimu, Sakura? Batin Umika mulai bimbang. "Karna kita adalah teman, benar bukan?"

Kalimat itu.....iya kau gadis aneh yang muncul di Rooftop tidak mungkin aku melupakanmu.

"Iya, aku percaya pada Sakura."

-----

TAP! TAP! TAP!

Langkah kaki seseorang terdengar sayup, namun cukup keras untuk memecahkan kesunyian di tempat tersembunyi itu. Di antara deretan dinding-dinding dari lorong gelap itu bayangan sosoknya masih tampak hanya dengan sekilas cahaya dari lampu tua yang berkedip di atasnya, sosok itu terlihat besar sebelum bayangannya mulai mengecil di susul dengan suara langkah kakinya yang kini terdengar lebih lembut.

Berhenti di depan sebuah ruangan dengan dua pintu yang tertutup, dengan sebuah papan peringatan yang separuhnya terpotong bertuliskan "Danger, the substance present could cause permanent injury."

Sudah jelas mengatakan tempat itu tidak bisa di masuki oleh orang biasa, namun dengan mudahnya orang ini tersenyum sambil memutar gagang, membuka pintu sebelum akhirnya menutupnya kembali tanpa menghiraukan tulisan yang baru saja di lihatnya.

Tepat setelah pintu menutup dari bawahnya cahaya hijau redup itu menerangi sebuah potongan dari papan peringatan yang tergeletak di lantai bertuliskan "Dangerous for humans !!!" dengan separuh bagian yang tampak hangus terbakar.

"Ternyata lebih cepat dari yang kubayangkan, apa ini sesuatu yang baik atau malah jadi lebih buruk." Ujar sosok itu yang baru saja memasuki ruangan tadi. Di mana ia langsung menatap kearah tabung-tabung berukuran besar yang memancarkan cahaya berwarna hijau di depannya.

"Oh...kasar sekali padahal aku sungguh berharap akan mendapatkan pujian untuk pekerjaanku hari ini." Tutur Empusa dengan nada kecewa.

"Tidak ada yang perlu di puji untuk pekerjaanmu, gangler itu bahkan tidak berkutik saat serangan koleksi itu hampir membunuhnya."

"Ayolah, setidaknya Jinaraga sudah berhasil melukainya bukan! Paling tidak racunku sudah ada di tubuhnya, itu yang terpenting."

"Racun ya? Aku yakin benda itu tidak akan berguna, jika tahu akan mati seharusnya dia menyerah sejak awal kenapa harus repot-repot mengalahkan gangler itu sendirian bahkan dalam keadaan sekarat. Lagi pula, Nona memintaku membawanya hidup-hidup jika dia tahu apa yang kau lakukan menurutmu apa yang akan terjadi?"

"Ya....benar sih! Tapi setidaknya, aku bukan satu-satunya orang yang akan di salahkan di sini bukan begitu, Zanjio Delma?" Ujar Empusa yang dengan santainya mengusap lembut punggung belakang pria itu sembari berlalu.

Zanjio yang mendengarnya langsung melempar pandangan kerah Empusa yang sepertinya sudah menduga hal itu dan hanya menyumbingkan senyum ketika tatapan tajam dari pria itu sudah berpindah padanya.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

"Hmm....kurasa tidak, kalau benar kau tidak akan mengarahkan tatapan manis itu padaku Zanjio. Ha....ha....ha lihat dirimu, dari wajahmu saja sudah memperlihatkan kau terkejut karna aku bisa mengetahui rahasia kecilmu. Apa yang kau bicarakan dengannya?"

"Kupikir gadis itu akan menjadi kelinci percobaanmu, lalu kenapa kau malah mengajaknya bicara setelah pertarungannya dengan Jinaraga? Kau bisa mengatakannya, mungkin aku akan pertimbangkan lagi jika alasanmu memuaskan karna aku punya saksi dan bukti."

Zanjio terdiam dalam sesaat tatapannya pada wanita itu langsung beralih dengan pandangan biasa, selagi menyadari keheningan yang terjadi adalah akibat dari rasa penasaran Empusa yang diam-diam menjadi hiburan tersendiri untuknya. Sebelum akhirnya melontarkan jawaban.

"Tawaran."

"Apa?"

"Aku, menawarkan sesuatu padanya." Ucap Zanjio mengulangi kata-katanya.

"Hah! Kau sungguh berpikir aku akan percaya? Memangnya tawaran apa yang bisa gadis itu terima dari seorang gangler sepertimu?" Tanya Empusa lagi. Zanjio yang berdiri di sana hanya mendesah sebelum mengalihkan lagi pandangannya pada wanita itu sembari tersenyum sinis.

"Tawaran yang menarik, kau bahkan tidak akan percaya jika aku mengatakannya sekarang." Ujar Zanjio, yang tanpa sengaja terdengar oleh Rhinson yang kala itu sudah berdiri di balik pintu tempat kedua gangler itu sedang bicara.

"Tawaran? Apa ini, apa terjadi sesuatu pada kakak?"

Halo semuanya!!! Udah lama gak ngobrol di webnovel ya....^^

Maaf atas keterlambatannya, sebenarnya saya berencana mengirimkan cerita ini kamis malam tapi saya malah ketiduran T-T jadi.....mohon di maklumi.

Terimakasih untuk kesetiaannya membaca cerita saya, jujur ini cerita fantasi pertama yang benar-benar saya tulis untuk orang-orang dan insyaallah bakalan jadi yang pertama saya tamatin semoga rasa sayang saya sebagai fens Lupat tidak pudar di tengah jalan ;D Amin.....

Dari Author, sekian dan Adieu....!!!

Ulya_Ramadhancreators' thoughts