"Lo suka sama Adam?"
Kalimat itu terus saja mengusik setiap langkah kaki pendek gadis yang kini tegas menyusuri trotoar jalanan untuk sampai ke bangunan halte bus tempatnya menanti dengan sejenak meluaskan sabar untuk bus kota datang menjemputnya.
Belum sempat Davira menjawab pertanyaan itu, Davina —si gadis sialan yang sudah mempermainkan perasaannya— menyela dengan tawa ringan sembari menepuk-nepuk pundak lawan bicaranya. Dalam akhir kalimatnya, gadis itu dengan penuh tawa dan kekonyolan di sela nada bicaranya mengatakan bahwa apa yang ditanyakannya barusan itu hanyalah sebuah candaan semata. Dengan keyakinan penuh, gadis yang sama mengatakan dan memungkaskan kalimatnya dengan sebuah kalimat bahwa Davira tak mungkin mencintai apalagi tertarik pada remaja brengsek yang suka 'bermain' bersama para gadis cantik.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com