Tadi magrib Azmya diantar pulang kerumahnya setelah hujan reda. Awalnya Azmya mengajak Jun untuk masuk ke rumah tapi Jun menolak karena dia harus segera pulang, ibunya pasti sudah menunggunya. Azmya pun mengerti alasan Jun. Dia pun melepas kepergian Jun dengan perasaan yang campur aduk.
Malam harinya Azmya mencoba meminta nomor ponsel Yan dari Febri. Dia pun mendapatkannya dan langsung menghubunginya dan meminta Yan untuk bisa datang ke rumahnya.
Ternyata Yan beneran datang sendiri ke rumahnya setelah Azmya memberi alamat rumahnya.
Azmya pun mengajak Yan duduk di ruang kursi tamu di teras rumahnya.
"Ternyata rumah kamu adem ya banyak pohonnya," kata Yan basa basi sebagai pembuka obrolan.
"Iya makasih. Rumah ini biasa dipake papih kalau sedang ada urusan bisnis disini,"ungkap Azmya.
"Oh gitu," respon Yan mengangguk angguk.
"Gue sengaja ngundang kesini. Ada hal penting yang harus gue sampaikan sama loe," ungkap Azmya.
"Ohh, tapi iya sebelum loe ngomong. Gue mau balikin ini," ucap Yan sambil menyerahkan kartu ATM ke Azmya.
"Kenapa dibalikin?" tanya Azmya.
"Apa saldonya kurang. Gue masih punya kartu ATM yang saldonya lebih dari kartu itu," kata Azmya dengan sungguh sungguh.
"Azmya!"
"Ya."
"Gue nggak butuh ATM. Bisa nggak kita ngomong jangan bawa bawa ATM atau jangan terlalu gitu sama gue, gue bukan cowok matre," kata Yan dengan nada kesal.
"Kalau bukan cowok matre, terus loe cowok apa?" tanya Azmya sinis.
"Gue nggak mau dinilai seperti itu, memang dari awal gue sudah salah tapi sejak loe mulai melindungi Jun dan sampai loe mau berantem sama kita sama Jun. Dari situ gue sudah merasa kalau loe orangnya baik dan suka melindungi orang tentu saja itu buat gue sedikit demi sedikit menyukai loe," kata Yan memberi penjelasan.
"Kalau loe emang suka sama gue, harusnya loe tunjukkin ke gue, bukan dengan menyakiti Jun lagi," bentak Azmya.
Muka Yan merah padam mendengarnya.
"Gue suka sama Jun. Gue nggak peduli jika itu gue harus berhadapan dengan cowok macam kamu, gue akan melindungi Jun dengan cara apa pun dari loe!" ancam Azmya.
"Loe nggak tahu orang seperti apa Jun itu, karena loe baru sebulan lebih pindah kesini, loe nggak tahu latar belakang Jun bagaimana? kalau loe tahu, masih kah loe mau melindunginya?" tanya Yan dengan nada sinis.
Tentu saja pernyataan Yan sedikit mengejutkannya. Memang benar dia tidak tahu banyak tentang Jun.
"Bokapnya dipenjara karena kasus jadi pengedar Narkoba, loe tahu kenapa Jun beberapa hari nggak sekolah, dia kan jenguk bokapnya yang dipenjara di Jakarta, dan apa loe masih mau melindunginya?" tanya Yan tertawa setelah melihat Azmya yang shock.
"Loe cuma mau mengalihkan aja supaya gue bisa percaya dengan kata kata loe," jawab Azmya.
"Apa yang loe lihat.dari Jun belum tentu itu benar dan baik," kata Yan.
"Itu mungkin bapaknya yang sudah berbuat tindak kejahatan. Tapi Jun kan nggak ada kaitannya dan.tidak...."
"Loe tahu kan pepatah buah tak jatuh jauh dari pohonnya," kata Yan memotong ucapan Azmya.
"Oke, cukup, gue rasa gue udah mengantuk, lebih baik loe pulang!"kata Azmya sambil meninggalkan.Yan dan masuk ke dalam rumah.
Yan hanya tersenyum penuh.kemenangan. Dia merasa sudah berhasil membuat Azmya percaya dengan ucapannya. Dia pun pergi meninggalkan rumah Azmya.
****
Dari semalam Azmya mencoba menelepon nomor Jun. Tapi tidak aktif nomor ponselnya.
Azmya semakin dibuat resah dengan perkataan Yan semalam. Sedikit dia merasa terpengaruhi Yan. Tapi Azmya pikir ini karena Azmya belum tahu banyak tentang kehidupan Jun. Karena selama ini Azmya hanya melihat sosok Jun adalah sosok pelajar yang rajin belajar, pendiam dan cenderung menyendiri. Hanya itu yang dia ketahui. Dia.tidak tahu orang seperti apa Jun di luar lingkungan sekolah.
Azmya sampai di kelas dengan wajah yang kurang tidur, pucat nyaris seperti orang yang mau pingsan. Ternyata di kelas sudah ramai banyak yang sudah datang. Tapi Azmya tidak melihat Jun, dia hanya melihat tasnya saja yang sudah di mejanya. Azmya pun duduk dan langsung menelungkupkan kepalanya di meja. Dia lelah dan kurang tidur. Tiba tiba Febri dan Dea datang ke mejanya dengan mengagetkannya loe udah denger nggak beritanya Jun?"tanya Febri. Azmya langsung terbangun dan bertanya.
"Berita apa?"Azmya langsung kuatir dengan berita yang akan mengejutkannya.
"Minggu depan Jun berangkat ke Korea pertukaran pelajar. Yeeeay nanti ada pelajar Korea juga yang akan ke sekolah kita!" kata Febri bersemangat.
"Jun ke Korea, kok bisa?" tanya Azmya tidak percaya. Soalnya kemarin kemarin dia tidak cerita apa pun masalah dia mau ke Korea.
"Dia kan yang paling pinter disini, prestasi dia kan banyak, jadi nggak heran kalau dipilih" jawab Dea.
"Sebenarnya gue juga mau sih kalau kepilih,"sambung Febri.
"Yaaa kita nggak bakalan bisa ketemu Jun satu semester ke depan dong, ketemu ketemu kalau pas Ujian Akhir kelas 12," kata Dea kehilangan.
"Jun sekarang kemana?" tanya Azmya.
"Tadi sih dia sama Opick"jawab Febri. Azmya semakin tertekan itu artinya rencana kemarin yang dia dengar sudah mereka lakukan.
"Ke kantin yu, gue lapar!" ajak Febri.
"Kalian aja gih, gue nggak enak badan, karena semalam kurang tidur"jawab Azmya kembali menelungkupkan kepalanya di meja. Febri dan Dea pun pergi ke kantin.
Setelah mereka pergi, Azmya memandangi tas Jun dengan ragu. Apakah barang yang dimaksud dengan Yan sudah berada di tas Jun. Barang atau benda apa yang akan dimasukkan ke dalam tas Jun.
Dan bagaimana caranya supaya dia bisa memeriksa tas Jun. Azmya memperhatikan keadaan. Tidak ada yang akan memperhatikan dia kalau dia memeriksa tas Jun.
Setelah dirasa aman Azmya pun perlahan membuka tas Jun. Yang dia pikirkan adalah mungkin saja barang yang dimaksud Yan adalah senjata tajam, rokok atau uang untuk menjebak Jun. Tapi Azmya tidak menemukan benda apa pun yang mencurigakan di tasnya Jun. Azmya bahkan sudah membongkar semua isi tas Jun.
"Apa barang yang mau dimasukkan ke dalam tas Jun belum dimasukkan?" tanya Azmya dalam hati.
Kemudian Azmya pun memasukkan kembali barang barang Jun ke dalam tas nya semula. Buku tulis, novel, tempat pensil dan botol deodorantnya. Saat hendak memasukkan tempat pensil. Azmya penasaran tempat pensil itu belum dia periksa. Dan ketika dia membuka hanya ada beberapa pulpen dan selembar foto ukuran 4x6.
Dia kaget ada foto dirinya sedang memakai kebaya sedang di meja makan. Kenapa ada foto dirinya di tempat pensil. Dan kalau tidak salah foto itu adalah ketika dia sedang menghadiri undangan Bapak Mendikbud seluruh siswa berprestasi di Gedung Kemendikbud di Hardiknas setahun yang lalu. Kenapa Jun punya foto dirinya saat itu. Belum sempat hilang rasa kaget dan penasaraannya. Dia menjatuhkan novel The Ones Who Walk Away From Omelas –Ursula K.Le Guin punya Jun ke lantai. Azmya pun mengambil buku Jun dan saat itulah dia melihat sesuatu terjatuh dalam buku Jun.
Sebuah bungkusan kecil yang berisi beberapa tablet berwarna putih. Azmya bertanya kenapa Jun menyimpan banyak tablet sakit kepala tanpa menyadari benda itu apa. Kemudian Azmya kembali memasukkan tablet itu ke dalam novelnya Jun. Tapi kemudian dia melihat Jun masuk ke kelas.
Tapi banyak teman teman sekelas yang bersalaman dengannya mengucapkan selamat kalau dia akan ke Korea. Dia dengan cepat.memasukkan semuanya ke dalam tas Jun dan meletakkan kembali tas Jun di tempat semula.
Tapi saat Jun semakin dekat ke mejanya Azmya tersadar kalau novel klasiknya Jun tadi masih berada di meja. Azmya langsung gerak cepat memasukkan buku Jun ke dalam tasnya. Sambil nanti menunggu situasi aman dia akan mengembalikannya ke Jun.
"Pagi,"sapa Azmya.
"Pagi juga"jawab Jun memaksakan untuk tersenyum. Raut sedihnya kembali menghiasi wajahnya.
"Selamat ya, katanya kamu mau ke Korea, tapi kemarin kenapa nggak cerita?"tanya Azmya terbata bata menahan rasa kecewanya.
"Maaf!"kata Jun pendek.
"Jadi kamu bakal ninggalin aku dong,"ungkap Azmya sedih. Jun tak bergeming. Dia hanya terdiam tak mampu menjawab. Hanya sikap dingin yang dia tunjukkan.
Apa perasaan Azmya yang salah kalau Jun hari ini terlihat dingin kepadanya. Azmya ingin sekali bertanya kenapa Jun punya foto dirinya saat dia diundang Bapak Menteri.
Tapi dia takut kalau dia ketahuan sudah berani membuka tas orang. Azmya merasa sedih, ternyata memang dia tidak tahu menahu tentang Jun seperti apa. Perlakuannya hari ini seratus delapan puluh derajat bertolak belakang dengan Jun yang kemarin di danau.
"Jun..nanti pulang sekolah kita jalan ya, sebagai perayaan kamu mau ke Korea!"kata Azmya.
Tapi belum sempat Jun menjawab. Ada beberapa guru masuk termasuk Bapak Kepala Sekolah Pak Bondan, Pak Tito wali kelasnya dan beberapa guru juga datang.
Azmya heran kenapa banyak guru yang datang.
"Anak-anak hari ini, pihak sekolah mau mengadakan razia rutin, jadi semuanya silahkan berdiri di samping mejanya masing masing!"pinta Pak Tito.
Sepersekian detik Azmya baru sadar akan sesuatu. Dia tahu rencana Yan adalah menjebak Jun dengan memasukkan barang misterius ke dalam tas Jun untuk membuat Jun seperti seorang penjahat.
Dan Azmya baru sadar juga kalau bungkusan obat tablet putih yang dia lihat sebelumnya adalah obat terlarang, sejenis NARKOBA. Dan barang itu sekarang ada di dalam tas....
Beberapa guru memeriksa semua tas murid di kelasnya. Dan Pak Tito giliran memeriksa tas Jun. Azmya hendak menangis tapi dia tidak bisa. Ternyata Pak Tito tidak menemukan benda apapun yang dilarang. Dan saat Pak Tito membongkar tas Azmya. Pak Tito menemukan sebuah novel dan dia menemukan benda itu. Benda laknat itu.
Jun awalnya kaget melihat novelnya ada di tas Azmya. Dan tambah mengejutkannya lagi ada bungkusan obat di dalamnya.
"Ini apa Azmya?"tanya Pak Tito.
"Itu-itu-?"Azmya bingung entah harus bagaimana menjawabnya.
"Ini punya kamu bukan?"tanya Pak Bondan bapak Kepala Sekolah dengan membentak.
Semua seisi kelas ribut berbisik bisik melihat Azmya pucat . Jun hendak mengatakan sesuatu tapi Azmya dengan cepat menjawab.
"Iya pak" jawab Azmya membuat semua kelas bergemuruh. Azmya melihat tatapan Jun yang tak percaya Azmya berbohong. Azmya hanya terduduk menangis kalau seandainya barang itu ditemukan di dalam tas Jun. Masa depan Jun akan hancur. Dia baru saja akan ke Korea sebagai siswa perwakilan sekolah. Kalau saja Jun yang terjebak sudah pasti dia akan gagal dan predikatnya sebagai siswa berprestasi akan tercoreng ditambah kalau omongan Yan benar. Dia akan di cap sebagai anak yang mewarisi bakat pengedar NARKOBA dari ayahnya.
Azmya menangisi itu semua, menangisi kalau andai benda itu berada di tas Jun. Itu akan menghancurkannya. Azmya tidak mau itu. Tapi tangisan Azmya hanya terlihat seperti seseorang penjahat yang.ketahuan. Tapi tidak dengan Jun. Dia terlihat menahan amarah.
"Sekarang ikut ke.kantor Bapak!"ucap Pak Bondan. Pak.Tito pun mengambil bungkusan obat itu dan menyuruh Azmya segera pergi ke ruangan kepala sekolah. Seluruh isi kelas gempar dengan penemuan itu. Mereka mungkin tidak percaya kalau seorang siswa pindahan membawa NARKOBA ke sekolah.
Azmya pun tanpa mengucapkansepatah kata apapun. Dia melihat ke arah Jun yang sedang berusaha keras menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia terlihat emosional dan menahan amarah. Azmya tahu Jun percaya padanya kalau dia dijebak. Karena dia sempat melihat Jun memberi kode dengan mengucapkan Yan dengan pelan kepadanya. Azmya sempat mengangguk. Jun pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya seperti menangis.
Azmya pun tak kuasa menahan rasanya. Dengan berlinang airmata dia meninggalkan kelas dan Jun. Dia melihat Jun terlihat marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Dan hari itu adalah hari dimana dia terakhir kali melihat Jun.
***