"(Baiklah, aku hanya harus tenang dulu di sini, tak ada yang bisa aku lakukan di sini kecuali berpikir dulu…. Tingkah mereka itu seperti zombie, sikapnya sama tapi dari mana asalnya, ini adalah bagian dari Kyoto dan pastinya, kota Kyoto lah tempat virus ini menyebar.. Ya.. Ini adalah semacam virus yang membuatku kehilangan sesuatu yang berharga,)" pikirnya dengan putus asa.
Ia masih memikirkan pasangannya yang mati karena gigitan dari nenek-nenek aneh itu. Ia bahkan masih tidak rela sama sekali pasangannya pergi begitu saja, padahal dua hari lagi mereka menikah, tapi jika mereka menikah, apakah mereka akan menikah di saat wabah itu menyebar?
Rafid kemudian menemukan banyak kandang kuda di sana yang tertutup pintu pagarnya. Banyak sekali ia melihat jerami di sana dan juga tempat yang layak untuk kuda, bukan manusia sepertinya.
Tapi ada hal yang membuat lelaki satu ini bingung, yakni di mana semua kuda di sana, tak ada satu pun kuda tersisa di sepanjang dia melihat kandang satu per satu, lorong di sana besar dan hanya diisi oleh banyaknya pagar kandang yang tak terhitung jumlahnya.
"(Kemana orang yang ada di sini, apa jangan-jangan mereka semua yang ada di sini sudah tahu soal kabar ini dan langsung membawa pergi semua kudanya?... Kupikir mereka melakukan hal yang benar, jika tidak begitu pastinya kuda-kuda itu akan berisik dan menarik perhatian para orang-orang aneh itu,)" pikir Rafid dengan diam, hingga ia menemukan satu kantor di antara lorong itu, bertuliskan kantor penjaga gudang.
"(Aku harus melihat, semoga tak ada apa-apa di sini yang membuatku bahaya,)" ia perlahan membuka pintu dengan waspada dan ternyata di sana juga tak ada orang, tapi ada perlengkapan berantakan seperti sofa untuk tidur, televisi kecil untuk melihat berita, dan serta banyaknya kertas berserakan di sana. Membuat Rafid terdiam melihatnya, ia menutup pintu dan melihat sekitar tapi tak ada tanda keberadaan makhluk itu.
Lalu memilih untuk keluar dari kantor itu dulu dan melihat sekitar. Karena ia belum selesai melihat lorong-lorong di sana hingga ia sampai di kandang paling pojok di gudang kandang itu.
Sampai sana ia menghentikan langkahnya sebelum melihat ke dalam kandang itu karena dia mendengar sesuatu yang tidak wajar, jika dia melihat itu pasti ia mengira adalah makhluk itu.
Tapi jika dia tidak melihat, dia akan penasaran seumur hidup pastinya.
Rafid memberanikan diri dengan cepat masuk melihat dan rupanya hanya ada kuda putih yang cantik di sana.
Rafid terdiam. "Hai, apa kau ditinggal sendirian di sini?" tatap Rafid. Lalu ia melihat di atas rak kuda itu ada makanan kuda.
"(Sepertinya dia ingin makan,)" pikirnya, lalu Rafid mengambil karung makanan itu dan menuangkannya di depan kuda itu yang langsung mengendus dan memakannya.
"Baiklah, sepertinya hanya kita berdua yang ada di sini.... (Aku tidak mengerti kenapa kuda ini ditinggal sendiri begitu saja,)" kata Rafid, ia lalu berjalan keluar dari kandang itu, meninggalkan kandang, dan kembali ke kantor tadi. Ia mencoba membuka televisi dan di saat itu juga ada berita siaran langsung.
"Ada bencana terjadi di Kyoto, di mana semua orang benar-benar menggila, ada yang menggila, memakan sesama, menggigit, menyerang, dan hanya berdiam diri layaknya orang aneh. Pihak militer hampir disiapkan untuk menembak tapi belum ada perintah sama sekali, jadi kami masih harus memberi batas Kyoto ke kota lain di Jepang, hal.... Halo... Pihak militer menjawab, apa yang terjadi, tolong kami," kata siaran itu yang akhirnya berakhir tanpa sinyal, itu adalah berita pertama yang disiarkan secara langsung dari Kyoto sendiri.
"(Kyoto? Itu berarti memang benar, aku sepertinya harus pergi dari sini, ya.... Ke Osaka, harus kulakukan,)" pikirnya, tapi ia tak sengaja mendengar ponsel telepon berbunyi dari ruangan itu membuatnya terdiam dan menoleh ke tumpukan kertas berbunyi, sepertinya tumpukan itu menutupi teleponnya. Rafid menyingkirkan tumpukan kertas itu dan benar saja, ada telepon yang ada di sana, dan itu terus berbunyi.
Ia memberanikan diri mengangkatnya dan mengatakan kalimat pertama. "Halo?"
"Halo, ada orang, apa kau masih hidup?" kata orang itu yang bicara dari telepon itu.
"Ya, ada apa?" Rafid bertanya.
"Kawan, aku sudah menghubungi banyak orang dengan nomor yang acak dan hanya kau saja yang bisa mengangkat ponselku, di mana kau sekarang, aku harap kau bisa kemari dan menemani aku di sini, di sini banyak persediaan, air, makanan, dan tempat yang luas, aku harap kau tidak jauh."
"Aku.... Ada di kompleks kecil di kota Kyoto."
"Apa?! Astaga itu sangat jauh, kawan, bagaimana jika kau ke Osaka, aku akan menunggumu," kata orang yang bicara itu lalu ia menutup teleponnya.
Rafid terdiam, ia lalu melihat sekitar dan menemukan cat.
"(Tapi setidaknya aku harus melihat dulu,)" ia melihat dan mengambilnya sembari menutup panggilan. Ia membawanya ke pintu kawat di mana dia masuk tadi lalu membuka gemboknya.
Dengan cepat keluar melihat sekitar tak menemukan bahaya, dengan cepat dia berlari dan memanjat ke atas gudang itu. Setelah sampai di sana, dia mulai menyiapkan catnya dan menulis tanda minta bantuan di sana, berharap ada helikopter yang kebetulan lewat melihat tanda itu.
Setelah selesai, ia lalu segera masuk ke pintu kawat itu dan tak siapa sangka, bahwa ia lupa mengunci gembok pintu itu. Entah apa yang akan terjadi nantinya.
Rafid kembali ke kantor itu dan dari sana Rafid menemukan sebuah senjata yang ia temukan di dalam kantor itu. Ia menemukannya ketika ia benar-benar akan melihat apa yang ada di dalam kantor itu dan isinya, dan yang jelas saja dia benar-benar menemukan senjata senapan yang berjenis ringan sedang berada di tumpukan itu, kertas-kertas seperti koran dan majalah lama yang telah buruk.
"(Apakah ini benar-benar senjata asli, aku benar-benar melakukan ini karena ini benar-benar terlihat sangat aneh, harusnya pemilik senjata ini mengambil senjata ini dan tidak meletakkannya di sini sembarangan saja, karena ini bisa berguna untuk menyelamatkan dirinya nanti. Tapi ya sudahlah, ini mungkin juga suatu keberuntungan ku dia meninggalkannya untukku,)" Rafid mengecek peluru di sana dan ternyata itu masih ada dan komplit untuk melindungi dirinya nanti.
Ia lalu bersiap tidur dan menyelimuti dirinya di sofa nyaman seperti tak ada apa-apa yang akan mengganggu nantinya. Tapi tiba-tiba saja ia mendengar suara yang sangat aneh di depan pintu kawat tadi. Perasaannya benar-benar tidak enak membuatnya bangun dari sofa dan langsung keluar di lorong dingin dan gelap tanpa lampu itu. Hari itu sudah malam dan menunjukkan pukul yang sangat tengah malam.
Ia berjalan keluar menggunakan lampu lentera dan pistol tadi yang ia bawa. Dengan senapan dan melihat ke sekitar dengan menodongkan senjatanya mendengar suara seperti gerak-gerik yang sangat pelan.
Hingga ia dengan cepat menyalakan lampu dan langsung memasang kewaspadaan nyaman dengan senjatanya, tapi tak ada tanda-tanda makhluk itu sama sekali. Tapi tetap saja ia harus waspada dan dia kembali mendengar suara dari salah satu kandang di sana yang tak jauh dari tempatnya berada.
"Halo, apa ada seseorang di sana?! Aku tahu kamu di sana, cepatlah keluar, aku tidak takut dan aku sedang membawa senjata di sini...." panggilnya tanpa takut dan berjalan perlahan ke kandang itu, ia langsung memberanikan diri menunjukkan tubuhnya dan langsung menodongkan senjata itu ke salah satu kandang yang bersuara tadi. Tapi yang ia lihat adalah seekor kucing yang mencoba keluar dari pagar itu.
Kucing itu menoleh padanya dan langsung pergi. Hal itu membuat Rafid menghela nafas panjang dan dari tadi sudah terbawa oleh jantungnya yang berdegup kencang.
Setelah itu kembali ke kantor tapi yang ia temukan adalah, ia melihat sesuatu seperti jejak kaki yang kotor di depannya. Jejak kaki itu muncul dari satu kandang yang dilewati tadi dan sekarang mengarah di belakangnya.
Ia mencoba menoleh perlahan dan benar saja ada satu makhluk itu yang tubuhnya sangat kotor, menjijikkan, dan mengerikan langsung menyerangnya.
Rafid terdorong ke tanah dan ia terus mendorong leher makhluk itu agar makhluk itu tidak menyerang maupun menggigitnya dan membuat pistolnya jatuh ke bawah lantai yang lain.
"Lepaskan aku!!!" ia langsung mendorong makhluk itu dan langsung berlari pergi dari sana. Masuk ke salah satu gudang dan menemukan tangga naik ke loteng atas. Ia lalu naik ke sana langsung dan berdiri di sana diam sementara makhluk itu bangun dan mengejarnya. Makhluk itu sekarang ada di dalam gudang yang sama yang dilewati oleh Rafid tadi. Makhluk itu terdiam ketika ia tidak menemukan Rafid yang sedang ada di loteng, ia terdiam berdiri tak menimbulkan suara apapun. Ia menyadari bahwa senjatanya itu masih ada di luar gudang dan ia harus mengambilnya untuk mengalahkan makhluk itu.
Alhasil ia berjalan dan berjalan untuk tidak menimbulkan suara, ini berjalan sangat pelan tapi pada akhirnya langkah kakinya tetap menimbulkan suara membuat zombie itu melihat ke arahnya. Dia mengaum dan mengejarnya.
Rafid langsung berlari di loteng itu dan melihat telah turun. Ia langsung melompat dari sana dan mengira bahwa zombie tadi ikut memanjat ke loteng mengejarnya.
Dia sudah turun dan menemukan senjatanya dan langsung dengan posisi terbaringnya ia memasukkan peluru dan melihat di atas loteng, tapi zombie tidak muncul dari loteng, dia malah muncul dari bawahnya. Berlari ke arahnya di lorong itu.
Rafid membidik dan menembak tiga kali tapi tidak kena karena terlalu panik.
"Ayolah!" dia mulai membidik lagi dan seketika peluru yang ia pastikan itu telah mengenai kepala zombie itu hingga zombie itu jatuh ke tubuhnya dengan kepala yang berdarah sangat banyak. Ia akhirnya berhasil selamat dari pertarungan itu, ia berlari ke pintu kamar dan langsung mengunci gemboknya dan berpikir sesuatu.
"(Baiklah, aku akan pergi saja ke Osaka.)"
(Hingga saat itu, ia pergi ke Osaka dengan menunggangi kudanya dan menemukan mobil van yang ia naiki di saat kekacauan Osaka dan bertemu dengan Kachi yang langsung masuk membuatnya terkejut)
[End Flasback Rafid]