"maafkan aku prayoga.. aku terpaksa." suara thio ketakutan. prayoga hanya diam menatapnya.
"ceritakanlah. ceritakan apa yang terjadi? apa yang membuatmu terpaksa itu?.." kata prayoga dan dengan gerakan tangannya dia mempersilahkan thio duduk, sambil dengan lembut dia membimbing tiya filia untuk duduk juga. Setelah hening sejenak, akhirnya thio memulai ceritanya.
"aku nggak punya identitas. waktu aku kecil ku pikir itu bukan masalah, tapi setelah tumbuh besar dan pemilik asli identitas yang kupakai itu datang, aku mulai khawatir dan takut. Dia datang saat akan perekaman E-KTP, dia merekam data dirinya dan memberikan semua informasi tentang dia, tapi kemudian dia tetap mempersilahkan aku menggunakan identitasnya. awalnya kupikir dia baik, tapi lama kelamaan dia mulai menyebalkan. aku sebenarnya ingin lepas dari orang itu, tapi bagaimana dengan identitasku? ijasah-ijasahku? aku bingung.. sampai ivan datang menawarkan identitas baru buat aku, dia juga menawarkan pekerjaan. aku senang, tapi kemudian dia memintaku menjebakmu." thio berhenti sejenak dan melihat prayoga dengan takut.
"lanjutkan ceritamu.." kata prayoga kalem, tiya filia yang sejak tadi memeluk tangan prayoga jadi mencium pipinya, dan dengan lembut prayoga membalas mencium kening tiya filia.
thio yang agak takut memulai kembali ceritanya.
"ivan itu kupikir temanmu, kupikir semua yang ditawarkan itu perintahmu, tapi kemudian dia memintaku melakukan hal yang aneh itu."
"hal aneh apa?" tanya tiya filia penasaran. thio terhenti sebentar melihat reaksi prayoga dan melanjutkan ceritanya.
"dia memintaku untuk memberikan prayoga bir, bir kesukaan prayoga yang didalamnya telah tercampur sejenis narkoba yang juga sejenis obat tidur, itu obat yang masih dalam proses percobaan. kemudian dia menyuruhku melompat ke dalam laut, berpura-pura jatuh padahal dilaut ada yang menungguku. aku sebenarnya takut, tapi dia membujukku dengan hal-hal yang bagus dan dia juga mengatakan kalau aku akan bebas dari prayoga karena aku akan pergi jauh dan prayoga tak akan pernah tahu dimana.
sebelumnya.. aku memang sedikit kesal dengan prayoga, dia memang sangat baik tapi dia selalu mengatakan kalau dia menyukaiku, padahal akukan normal, aku menyukai perempuan secara normal, kalau saja tak takut dengan identitas palsuku, mungkin aku sudah pacaran dengan teman perempuan dikampusku. sedangkan prayoga dia selalu datang dan mengatakan kalau dia menyukaiku, seakan untuk menegaskan padaku, juga pada dirinya.."
"bagaimana dengan temanmu pemilik identitas asli itu? bagaimana dia bisa?" tanya tiya filia lagi.
"sebenarnya dia tidak termasuk dalam cerita kami, tapi dasar manusia brengsek.." kata thio sedikit marah.