webnovel

Terpaksa Nikah Siri Part 1

Saiful yang melihat Rahel tiba-tiba pinsan dia menjadi hawatir, dia melihat ke kanan dan ke kiri tidak melihat seseorang pun, tanpa pikir panjang dia langsung membopongnya dan membawanya ke dalam rumah.

Saiful menjadi bingung Rahel tidak siuman juga hingga ada 15 menit, dia mencoba mengambil Hpnya Rahel lalu mencari nomor-nomor yang bisa di hubungin, ternyata pulsanya habis maka tidak bisa mengabari Kakaknya.

Tanpa berpikir panjang dia membopong lafi dibawa keluar rumah dan ingin di larikan ke rumah sakit.

Saat mereka berada di depan pintu rumah, tiba-tiba ada beberapa warga yang melihatnya, tanpa bertanya terlebih dahulu mereka berteriak-teriak bahwa mereka habis melakukan hubungan terlarang.

Tanpa butuh waktu lama tiba-tiba warga sudah berkumpul dan saling bertanya-tanya akan adanya pemandangan semacam itu.

Saiful yang tidak bisa berbuat apa-apa apalagi saat di dia membopong Rahel keluar dengan keadaan lemas.

Salah satu warga sangat berani berkata didepan mereka, "Hai pemuda ... siapa kamu ini berani-beraninya kamu berbuat begitu, lihat itu dia hingga terlihat lemas, kamu harus bertanggung jawab, kami tidak terima daerah kami kamu kotori, sekarang juga kamu harus ikut kami ke Kepala desa untuk meluruskan permasalahan ini."

"Maaf ini tidak seperti yang kalian bayangkan, saya tidak tahu tiba-tiba dia pinsan dan saya membawanya ke dalam rumah," terang Saiful yang masih terlihat mengangkat tubuh Rahel.

Salah satu warga sebut saja Bapak Tamam, dia memotong ucapan Saiful dengan mengatakan, "Benarkan kamu bawa dia ke dalam rumah, tidak ada seseorang pun pasti kamu sudah berbuat macam-macam dengannya, maka pendapat saya lebih baik mereka dinikahkan saja, dari pada nanti perutnya keburu membesar, desa kita ini akan menjadi apa?"

"Beneran Bapak-bapak Ibu-Ibu saya tidak melakukan perbuatan senonoh seperti apa yang kalian tuduhkan," terang Saiful yang mulai lelah menggendong Rahel yang sedang pinsan.

Tiba-tiba Rahel sadarkan diri dengan kagetnya dia seperti di sengat kalajengking seratus, wajah yang semula putih berubah menjadi kemerah-merahan sontak berkata kepada Saiful, "Kamu! ... Apa yang telah terjadi mengapa saya kamu gendong seperti ini, lepaskan!"

Saiful pun melepaskannya dia bertambah menjadi kebingungan dan tidak bisa berkata apa lagi.

"Dan mengapa para warga berkumpul disini, sepertinya ada hal yang tidak saya ketahui, ada apa ini?" tanya Rahel pada Saiful yang masih terlihat bengong, di dalam fikirannya bercampur tidak karuan.

Bapak Tamam yang tidak srantan, berkata, "Mbak tadi saya melihat mbak pinsan lalu Mbak di bawa kedalam rumah beberapa waktu sekitar dua puluh menit Mbak dibawa keluar dengan di gendong seperti itu, emang Mbak tidak curiga sudah diapa-apakan, kami yang menyaksikan itu."

"Benar Kak If, kamu bawa aku ke dalam rumah dalam keadaan pinsan? Lalu apa yang kamu lakukan padaku," tanya Rahel yang penasaran terhadap apa yang telah terjadi.

"Iya, tadi kamu tiba-tiba pinsan lalu saya bawa kamu ke dalam rumah, karena kamu tidak sadar-sadar dan tidak ada orang maka terpaksan kamu saya bawa ke luar lagi, eh ternyata para warga sudah berkumpul di luar rumah seperti ini, beneran saya tidak melakukan apa-apa," terang Saiful.

"Jangan percaya Mbak, pasti dia sudah melakukan hal itu, mumpung ada kesempatan, pokoknya kalian harus menikah secepatnya sebelum sesuatu hal yang tidak di inginkan terjadi, sudah sekarang mari warga kita bawa saja ke kantor kepala desa untuk meluruskan permasalahan ini," terang Bapak Hamdan yang juga salah satu warga yang ikut menyaksikan.

"Hah, saya tidak mau menikah dulu, saya masih ingin sekolah, Kak If bagaimana ini, tega kamu jika benar melakukannya pokoknya kamu harus bertanggung jawab, saya juga tidak mau kalau harus melahirkan tanpa kehadiran seorang Ayah," terang Rahel yang terlihat menangis tersedu-sedu.

Maka mereka dibawa ke kantor desa, seperti diarak akan di akad nikah.

Tak lama mereka pun sampai di kantor desa, dengan memanggil orang tua mereka berdua, permasalahan menjadi panjang dan tidak bisa lagi di luruskan karena ada beberapa warga yang sangat ngotot untuk tetap mejodohkan mereka burdua, ditambah lagi Kakak Rahel yang tidak menahu permasalannya dan dia takut terjadi apa-apa maka juga bersih kukuh agar Saiful menikahi Rahel.

Rahel yang terlihat belum siap menikah menangis, Saiful yang sudah tertangkap basah dan tidak bisa bisa menolaknya terpaksa dia mengokuti alur itu, dia tidak tega melihat Rahel menangis dengan cepat dia memeluk Rahel mencium keningnya lalu berkata kepadanya, "Tenang saya akan bertanggung jawab, saya akan mencoba membahagiakan kamu, entah apa yang terjadi sehingga diriku terseret ke permasalahan ini, tenang beneran saya tidak melakukan hal-hal yang tidak senonoh kepadamu, toh saya juga pertama kali melihatmu sepertinya sudah jatuh cinta." nada pelan yang di lontarkannya membuat hati Rahel tersenyum.

"Maafkan saya Kak, gara-gara saya Kakak Saiful terseret ke permasalahan ini sehingga harus menikahi saya dalam keadaan seperti ini," terang Rahel.

"Tenang saja, mungkin ini jalan Tuhan kita tidak bisa menolaknya," terang Saiful yang masih memeluk Rahel.

"Sudah, jangan beradegan mesrah seperti itu di sini, kamu harus menikah dulu," terang Bapak Tamam.

"Baik bagaimana kedua orang tua dari pihak mereka berdua," terang Bapak Kepala Desa.

"Hmm ... bagaimana kalau satu bulan lagi, kami kan juga butuh persiapan," terang Ibunya Saiful yang terlihat kebingungan maklum hanya seorabg diri.

Kakak Rahel yang mendengar itu, sontak berkata, "Oh ... ini harus secepatnya kalau bisa hari ini juga, kita akad secara siri dulu kemudian baru akad secara sah di mata negara."

Saiful dan Rahel yang mendengar itu hatinya seperti di sambar halilintar dahsyat, sontak Rahel berkata pada Saiful, "Kak If, Bagaimana ini ceritanya tiba-tiba hari ini kita Akad Nikah, Terus Bagaimana nanti kabarnya di Sekolah ... oh ... saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka mengetahui, mengapa tiba-tiba kita menikah."

"Biarlah, jangan risau nanti ada saya yang akan membela kamu, jangan takut saya akan selalu ada di sampingku," kata Saiful pada Rahel.

Rahel yang mendengar janji manis itu, hatinya mulai tenang dia mulai nyaman di dekat Saiful, sosok laki-laki yang memang di idam-idamkan sejak pertama kali melihatnya.

Maka dengan keputusan semua itu maka mereka pada hari itu juga langsung pergi ke kantor KUA untuk melangsungkan akad pernikahan itu.

Terlihat dengan pakaian seadanya, mereka duduk di suatu ruangan yang penuh dengan beranekaragam gambar bunga-bunga, mereka menunggu kedatangan Mudin dan pengulu karena masih ada acara di luar.

Tidak lama mereka menunggu barulah acara akan segera di mulai, pengisian data juga pengecekan telah di laksanakan.

Rahel yang mengalami hal yang tidak terduga ini menjadi menangis hinga Saiful menenangkan kembali, dengan berkata, "Tenang Rahel, setelah akad ini saya sudah miliknya kamu, saya sudah pasrah apa yang kamu minta akan saya penuhi, jangan menangis lagi kita buat saja ini acara yang memang diberikan Tuhan untuk kita."

Nah Bagaimana kisah lanjutnya.

Akankah pernikahan ini berlanjut?

saksikan kelanjutannya ...