Minggu pagi yang cerah, secerah harapan keluarga Dinda dan Andi akan lancarnya tasyakuran aqiqah si bungsu Giian. Si bungsu? Mereka memang menyebutnya si bungsu karena Dinda sudah disarankan untuk tidak hamil lagi mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi.
Anak-anak tidak diperbolehkan oleh Astri ke ruang tamu karena di sana sudah rapi untuk acara bada dzuhur nanti. Namun, sebelum itu keluarga besar mereka juga akan melaksanakan makan bersama di teras belakang yang sudah digelari karpet yang memanjang mengikuti bentuk ubin yang di pasang di teras sementara bangku-banhku kayu yang biasanya diletakan di sana sudah digotong Andi dan dan Eed ke halaman.
Nasi bogana permintaan Bagas sudah matang, nasi berwarna kuning karena bumbu rempah dan kelapa yang dicampur dengan suwiran ayam membuat nasi bogana sedap dan gurih.
"Wah enak, banget ini nasi kuningnya. Eh bukan ding, apa tuh namanya?" tanya Ghita pada Juliana yang duduk di sampingnya.
"Nasi Bogana, Ghit."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com