Selesai makan, Elena Zhang mengambil ponselnya di atas nakas dan menyalakanya. Dia mencari kontak Leony Fu, dan menghubuginya untuk mengajak bertemu.
Dihubungi oleh teman baiknya, mana mungkin Leony Fu tidak senang. Hati berbunga-bunga, segera mengusap terima panggilan telepon dari Elena Zhang.
Dalam percakapan telepon mereka berdua telah mencapai kesepakatan untuk bertemu di Kafe Hotel Hillton Hills; tempat di mana orang kaya menghabiskan sebagian kekayan mereka.
Elena Zhang pergi bersiap-siap. Dia mandi kemudian berganti pakaian cantik menyesuaikan dengan tempat tujuan mereka.
Leony Fu tidak sabaran ingin melihat Elena Zhang Zhang sudah berubah seperti apa, datang lebih awal dibandingkan Elena Zhang.
"Elena, di sini!" Leony Fu melambaikan tanganya ke arah Elena, sedang berjalan memasuki Kafé Hillton Hills.
Elena Zhang tersenyum melangkahkan kakinya menghampiri Leony Fu. Begitu tiba, Leony Fu berdiri memeluk Elena Zhang, menepuk punggungnya mencurahkan seluruh rasa rindu selama ini.
"Elena, kau sangat cantik!" puji Leony Fu sangat jujur. Leony Fu baru melepaskan pelukanya setelah puas melepas rasa rindunya kepada Elena Zhang.
"Terima kasih, kau juga sangat cantik, Nona Fu." Elena tersenyum lembut, lanjut bertanya hal lainnya. "Bagaimana kabarmu dan perusahaan?"
Sudah lama Elena Zhang tidak bercengkrama dengan Leony Fu. Selain itu, selama meninggalkan Negara Bei, Elena Zhang tidak pernah mengurus perusahan miliknya. Semua urusan perusahaan diserahkan semua kepada Leony Fu. Hal itu dimaksudkan agar Elena Zhang fokus dengan pengobatannya di Korea. Leony Fu pun memakluminya. Dia bahkan sangat bersemangat bekerja. Sekali pun tidak pernah menganggu Elena Zhang mau bagaimanapun susahnya masalah yang dihadapi olehnya saat menjabat sebagai CEO, menggantikan Elena Zhang sementara waktu. Meskipun Elena Zhang tidak mengirim pesan, Leony Fu terus memberinya motivasi agar Elena Zhang bersemangat menjaani hari-harinya di Korea.
"Semua baik-baik saja. Kau cepatlah kembali. Aku butuh liburan untuk menenagkan pikiran. Menjadi atasan sangatlah tidak enak!" keluh Leony bercemberut muka. Dia butuh liburan secepat mungkin. Selama setahun ini, dia kelelahan berkutat dengan tumpukan dokumen di atas meja kerjanya. Dia mulai muak melihat tumpukan kertas di atas meja. Jangan biarkan dia membenci kertas, huruf juga angka lantaran terus dihadapkan hal yang sama setiap harinya. Ketika Elena Zhang masih di Korea, Leony tidak pernah membicarakan hal itu agar Elena Zhang tetap fokus dengan pengobatannya. Setelah Elena Zhang pulang dan melihat tampilan baru Elena Zhang, dia baru berani mengatakannya keluar di hadapan Elena Zhang secara nyata.
"Kau baru tahu?" cibir Elena Zhang setengah bercanda.
Sedang asik mengobrol, Leony Fu melihat sekelompok pria sedang asik bermain 'kebenaran atau tantangan'. Salah satu diantara pria itu, ada Rayyan Wang. Leony Fu buru-buru memberitahukan ini kepada Elena Zhang. "Elena bukankah itu suamimu?" Leony menggunakan gerakan mulut dan matanya menunjukan posisi Rayyan Wang saat ini.
"Suami apa? Aku tidak memiliki suami!"
Elena menolak perkataan Leony Fu barusan. Lagi pula, dia mengnggap Rayyan Wang sudah mati. Dia adalah wanita lajang dan bebas, tidak memiliki keterikatan apapun dengan orang lain. Segera setelah ini, dia akan pergi ke pengadilan untuk membuat surat perceraian dengan Rayyan Wang. Dia berharap pria itu menyetujinya, dan dia bisa bebas dengan kehidupan baru tanpa terikat dengan Rayyan Wang.
"Lihatlah, dia berjalan ke arah kita!" seru Leony Fu melirik ke arah datangnya Rayyan Wang. Dia sangat bersemangat mau tahu apa yang ingin dilakukan oleh Rayyan Wang datang menghampiri mereka.
Elena Zhang diam saja menyesap jus miliknya, yang sudah dipesankan oleh Leony Fu saat dirinya masih di perjalanan.
"Hai, Cantik, boleh duduk di sini?" Rayyan Wang sangat percaya diri menunjuk sofa kosong di samping Elena Zhang.
Elena Zhang bergeming menggunakan ekor matanya melirik Rayyan Wang sebentar, kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain.
Terhadap apa yang dilakukan oleh Elena Zhang saat ini, Leony Fu hanya bisa menahan senyum. Dia mau menertawakan Rayyan Wang, tapi takut membongkar identitas Elena Zhang kepada Rayyan Wang. Pada akhirnya, dia hanya diam duduk di sofanya melihat raut wajah Rayyan Wang sudah berubah masam.
Selama hidupnya, Rayyan Wang belum pernah merasakan diacuhkan oleh orang lain, terutama seorang wanita.
Menarik! Dalam hati Rayyan Wang berseru, dia merasa tertantang untuk mendekati Elena Zhang dan mendapatkan posisi di hatinya.
Mengesampingkan semua rasa malu, dia duduk saja di atas sofa di samping Elena Zhang.
Sekali lagi, Rayyan Wang mencoba peruntungan, dia mengulurkan tanganya mau bersalaman dengan Elena Zhang. Dia tidak bisa kalau melihat wanita cantik dan memesona seperti Elena Zhang tidak mengetahui identitasnya sama sekali. Minimal dia harus tahu nama dan nomor kontaknya agar mudah menjalin komunikasi ke depannya.
"Nona Cantik, bolehkah mengetahui siapa namamu?"
"Karina Zhang!" Elena Zhang berbohong. Mana mungkin dia memberitahu identitas aslinya. Lebih baik dia menutup rapat identitasnya agar proses perceraiannya dengan Rayyan Wang berjalan lancar.
"Maaf, aku mysophobia!" lanjut Elena Zhang tidak mau menyambut uluran tangan Rayyan Wang sedang duduk di sampingnya.
Perkatan Elena Zhang barusan memang terdengar sopan, namun Rayyan Wang sangat tahu maksud dari perkataan Elena Zhang barusan. Elena Zhang tidak lain sedang mengatainya pria kotor!
Elena Zhang memakai kata mysophobia untuk mengkiaskan bahwa Rayyan Wang adalah pria menjijikan, tidak boleh sembarangan bersentuhan dengannya.
Dalam hitungan detik, wajah Rayyan Wang sudah berubah merah padam. Dia sangat marah atas penghinaan yang dilakukan oleh Elena Zhang barusan. Kemudian, dia pun menarik tanganya yang menggantung di atas udara. Seketika, senyumanya yang sebelumnya merekah ikut padam.
Elena Zhang pun berseru dalam hati, 'Ini belum seberapa dibandingkan kata hinaan yang pernah kau torehkan untukku!'
Meskipun sikap Elena Zhang kurang bersahabat, Rayyan Wang tetap menyebutkan namanya sangat percaya diri, "Aku Rayyan Wang, tolong Nona Cantik mengingat namaku, ya."
"Daya ingatku sangat buruk. Terutama menginggat nama seorang pria tidak tahu malu sepertimu!" kata Elena sambil melerik sinis Rayyan Wang, didetik berikutnya membuang muka ke arah lain.
Rayyan Wang tidak juga menyerah, dia kembali berkata, "Bolehkah mengetahui kontak, Nona Zhang?"
Elena Zhang menyibakan anak rambut ke balik telinganya berkata, "Maaf, tidak punya telepon!"
Rayyan Wang menelan air liurnya, dia benar-benar dipermalukan oleh Elena Zhang ini. Zaman ini sudah zaman apa? Bohong bila seseorang tinggal di perkotaan tidak memiliki telepon gengam di sisinya.
"Tuan ini, kalau tidak ada urusan tolong segera pergi. Aku sedang mengobrol bersama temanku. Jangan mengacaukan acara kami berdua," kata Elena kembali menatap sinis Rayyan Wang.
Rayyan Wang tersenyum lembut. Akan tetapi, dibalik semua itu, dia mengepalkan tangan dan menggertakan giginya. Pandangan matanya sangat tajam menatap ke arah Elena Zhang seakan ingin membelah dua tubuh Elena Zhang.
Sudah diusir begitu, Rayyan Wang tidak mungkin tetap tinggal. Yang ada dia akan mempermalukan diri sendiri bila memaksa tetap berdiam di sana. Dia pun kembali ke tempat semula dengaan awan mendung menyelimuti seluruh wajahnya.
Rayyan sedang mendapatkan hukuman dari teman-temanya saat bermain 'kebenaran atau tantangan'. Dia kalah memilih tantangan. Temanya menyuruh Rayyan Wang mendaptkan hati Elena, sedang berada tidak jauh dari meja mereka.
Teman-temannya mengetahui arti dari raut wajah Rayyan Wang saat kembali ke meja. Mereka menebak bahwa Rayyan Wang telah gagal melakukan misi.
Sampai di meja, Rayan Wang melemparkan kunci mobil miliknya ke arah temannya. Mobil sport edisi terbatas baru dibeli beberapa hari yang lalu hilang begitu saja karena sikap pongahnya barusan sangat yakin bahwa bisa menaklukan hati Elena Zhang seperti wanita lain. Semua ini adalah salahnya sendiri mengapa menambahkan mobil sebagai alat taruhan untuk menunjukan eksestensinya sebagai seorang pria tidak pernah ditolak oleh seorang wanita di hadapan teman-temanya.
"Rayyan, tidak tahu kau ada masanya ditolak oleh seorang wanita!" ejek teman-temanya sangat puas.
Semua teman-temanya sangat senang, tertawa terbahak menertawakan kekalahan Rayyan Wang. Ketika itu, Rayyan Wang kembali menatap ke arah Elena Zhang dan Leony Fu. Benih dendam telah tumbuh subur di dalam dadanya saat ini. Pokoknya dia harus bisa menaklukan hati seorang Elena Zhang. Rayyan Wang pantang menyerah ketika menghendaki sesuatu. Jika dia gagal, dia akan melepaskan marga di belakang namanya menjadi "Pecundang'.
Sepeningal Rayyan Wang, meja Elena Zhang dan Leony Fu kembali tenang.
"Elena, sikapmu barusan sangat keren!" Leony Fu mengacungkan dua jempol tanganya memuji cara Elena Zhang memberi Rayyan Wang pelajaran.
Sesekali, pria playboy seperti Rayyan Wang memang harus diberi pelajaran agar bertobat bermain wanita.
"Bukan apa-apa. Menghadapi pria brengsek sepertinya memang harus seperti itu," kata Elena Zhang, sangat percaya diri. Kalau itu dulu, dia tentu tidak akan berani berkata demikian. Dia tidak berani menatap Rayyan Wang dengan penampilan buruk sebelumnya.
"Besok siang, aku akan kembali ke perusahan," lanjut Elena tidak mau membahas Rayyan Wang lagi.
"Kau masih lelah, istirahat saja dulu beberapa hari. Aku bisa menagani semuanya." Tentang keluhan sebelumnya sepenuhnya tidaklah benar. Leony Fu masih mampu menjalankan pekerjaan dalam beberapa hari ke depan.
"Aku sudah lama bersantai. Besok kita serah terima pekerjaan. Pagi hari tolong beritahu semua departemen agar tidak melewatkan pertemuan ketika aku datang ke perusahaan."
"Oke, sesuai perintah Bos saja." Leony Fu menyetujui permintaan Elena Zhang, selaku pemilik perusahaan EZ Cosmetics.