"mommy ,., daddy ... !"
"Hans kamu sedang ngapain !" teriak Mei Chan yang melihat Hans melamun. Hans terkejut.
"tidak apa-apa, hanya memoriku sebagian datang terlihat tadi ketika melihat interior rumah ini mengigatkanku pada masa lalu ku di negeri Belanda dulu !" jelas Hans.
"Oh ... !" jawab Mei chan.
"maaf nek ini beneran atau hanya ilusi ?" tanya Hans pada si nenek.
"terserah padamu ! bagi kita ini nyata, bagi manusia ini khayalan ! aku merubah rumah ini karena kita membutuhkan tempat tinggal dan rumah ini cocok buat kita ! aku akan memberi pagar pelindung dulu agar para mahluk astral lain tidak datang menggangu kita lagi !" jelas sang nenek.
Si nenek memukulkan tongkat nya ke lantai. selarik sinar cahaya menyebar dan membentuk selubung setengah lingkaran yang mengelilingi rumah tua itu.
"siapa pun yang akan masuk ke rumah ini aku akan tahu, jahat atau tidak ! bukan hanya mahluk astral tapi juga manusia !" ujar si mbok Iyem. yang lain hanya terdiam, mereka tahu ada mahluk astral yang suka memakan menghisap energi arwah yang lemah seperti mereka.
"hmm aku mencium ada mahluk lain disini, ayo kita periksa ! jangan khawatir mereka seperti kalian kita ke lantai atas !" ajak si nenek. mereka pun menuju lantai atas disana ada 3 kamar lain.
"yang di sana sama sepertimu Hans dia seorang tentara tapi hati-hati dia membencimu karena kamu orang Belanda !" si nenek menunjuk sebuah kamar.
Tiba-tiba terdengar sebuah tembang yang merdu dari sebuah kamar yang lain, ketiganya terdiam setelah itu berubah menjadi tangisan yang meyayat hati membikin bulu kuduk berdiri.
"Dasar londo kurang ajar !" terdengar teriakan dari seseorang dia membawa bambu runcing dan kapalanya di ikat kain merah putih.
Bambu itu menusuk tubuh Hans tapi tidak mengeluarkan darah, dia hanya melihat bambu itu menembus tubuhnya. Hans melirik lelaki yang melakukan itu seorang pemuda tampan memakai kemeja putih dan celana yang juga putih penuh darah ada 5 luka tembak di tubuhnya.
Pemuda itu tertegun melihat itu, akhirnya menarik kembali bambu yang menusuk Hans, dia menunduk dan bambu runcing terjatuh dia pun menangis. Hans mendekat dan memeluk pemuda itu, dia diam saja.
"Waduh, romantis sekali, berpelukan seperti itu !" terdengar suara lembut seorang perempuan, lelaki yang di dipeluk Hans mendorong tubuhnya. disana mereka melihat seorang perempuan di konde, memakai kebaya cantik tapi ada darah di tubuhnya.
"Siapa kalian !" pemuda tadi bertanya.
"Iya, karena sebelumnya aku teh takut ada siluman monyet, siluman ular dan yang paling mengerikan si kunti baju merah !" lanjut si perempuan kebaya.
"namaku Hans ! dan ini Mei Chan sementara ini nenek kami ! dan sekarang rumah ini tempat tinggal kami !" Han menjelaskan tentang mereka.
"Kalian boleh bergabung, kalian sama energi kalian masih lemah !" jawab si nenek. keduanya terdiam mereka merasakan aura yang membuat mereka tak bisa berkata apapun.
"Namaku Arman yang aku tahu, ketika itu kami sedang menyerang markas tentars Belanda setelah itu aku tak ingat !" jawab si pemuda bernama Arman.
"Kenalkan namaku Mayang aku seorang sinden, aku mati karena di bunuh temanku yang iri karena kecantikanku dan suaraku yang merdu !" jawabnya dengan gaya feminim.
"oh iya ada satu lagi gadis kecil di kamar ujung itu !" Mayang menunjuk ke sebuah kamar. Mei chan memutuskan untuk kesana.
"mama ... hiks ... hiks ... !" suara tangis terdengar dari dalam kamar, ketika di lihat Mei chan. seorang anak perempuan duduk di lantai sambil memeluk sebuah boneka, kepalanya menunduk ke bawah.
"hallo sayang, ini mama !" Mei chan mengulurkan tangannya. kemudian wajah gadis kecil mengangkat terlihat dahinya berdarah, begitupun tangan dan kakinya, dia menatap Mei Chan.
"hi .. hi ... ! benarkah ?" gadis kecil itu tertawa. Mei chan mengangguk. Gadis kecil itu bangun dan langsung memeluk Mei chan.
-----------
Sejak saat itu mereka menjadi keluarga di rumah tua itu, sesekali mbo Siyem merubah mereka menjadi manusia sementara di malam bulan purnama saja setelah itu mereka kembali menjadi mahluk astral.
Ketika menjadi manusia hanya bisa di lingkungan rumah saja tak bisa kemana-mana, jadi kalau ada yang memperhatikan rumah itu seperti ada penghuninya. Ramai penuh tawa dan canda setelah itu sepi ! dalam wujud manusia sebenarnya tidak sempurna, luka mereka hilang, mukanya pucat dan sedikit agak kaku. Tapi itu sudah cukup bagi mereka.
Waktu terus berlalu tak terasa hari berganti minggu, bulan dan tahun silih berganti. sedikit demi sedikit mereka kini mempunyai kekuatan tapi level memang belum tinggi, mbo Siyem mengajari beberapa ilmu untuk menjaga diri mereka.
Suatu hari, mereka sedang berkumpul di ruang tengah. mungkin kalian bertanya-tanya apa mereka makan ketika menjadi mahluk astral ? tentu saja yang memberikan adalah mbo Siyem, entah dari mana si mbo selalu beberapa dupa dan juga bunga-bumga khusus untuk memberikan energi buat mereka.
"mbo, aduh pusing deh aku teh ! banyak tulisan yang tak senonoh di dinding rumah !" ujar Mayang sebal karena banyak orang iseng masuk ke rumah dan mencoret-coret dinding dengan kata-kata vulgar.
"Iya betui kemarin, aku melihat anu ... " muka Arman memerah.
"Melihat apa aayang, kok aku enggak di ajak nonton sih ! hi ..hi .. !" Mayang cekikikan.
"Tidak apa-apa, mereka tak akan mengganggu kita mahluk astra ! tapi memberi mereka pelajaran sih silahkan saja !" jawab mbo Siyem dan setelah itu pergi.
"Manusia sekarang berani-berani dan tidak takut !" ujar Mei Chan.
"Aduh, mami Cici mereka belum melihat kita jadi enggak takut ! di kiranya rumah ini kosong padahal ada kita loh !" jawab Mayang, "kalau begitu, aku bagian lelaki ya soalnya suka tuh !".
"Terserah kamu deh !" Mei Chan tersenyum. mereka sepakat untuk memberi pelajaran pada siapa pun yang berbuat iseng.
-------
Rupanya siang itu ada 4 remaja SMP yang datang ke sana tapi lewat belakang karena ada tembok yang bolong selain itu ada kebon kosong. mereka sepertinya habis tawuran, baju mereka kotor dan berantakan.
"anj*ing mereka, beraninya main keroyokan !"
"iya untung aja kita bisa kabur kalau ada apa-apa kita bisa mati !"
"eh bro, punya rokok engga !"
"nih !"
"gila ini gambar SMP 6 !"
"eh, ada pilok engga ?"
"nih !" seseorang mengeluaran pilok cat untuk corat coret. salah seorang dari mereka mulai menggambar dan menulis seuatu. dan mereka tertawa.
"PLUK ... !" mereka terkejut seperti ada yang melempar mereka dengan batu, untuk sesaat semua terdiam. dan mendongak ke atas mana tau ada yang jatuh dari atas.
"kresek .. !" terdengar bunyi orang berjalan tapi tidak ada wujud.
"Woi siapa itu, kalau berani keluar !" teriak salah satu dari mereka.
"hi ..hi .. !" terdengar suara tawa lirih.
Bersambung ...