webnovel

Bab 2 BAYI AJAIB

Cahaya putih menyilaukan yang muncul dari lorong gua menyambar bayi merah yang baru di lahirkan Larasaty. Seketika sebuah aliran listrik yang sangat besar menyengat Larasaty dan bayinya yang baru saja di lahirkan.

Tubuh Larasaty yang masih lemah saketika terpental masuk kedalam kolam air panas yang ada di sampingnya begitu arus listrik dari petir yang masuk ke dalam gua inti gunung menyambar bayi merah miliknya.

Sedangkan bayi merah yang tak tahu apa-apa, tiba-tiba melayang setinggi dua meter dari atas lantai. Seluruh tubuhnya berwarna putih menyilaukan, tubuh bayi yang bersinar seketika menerangi seluruh gua inti gunung Maha Meru.

Tangisan bayi terhenti setelah cahaya putih menyelimutinya, sekujur tubuhnya yang masih di balut darah dan cairan ketubanpun menghilang dalam sekejap.

Ternyata cahaya putih yang mengandung energi listrik super tinggi secara otomatis ternyata juga membersihkan darah serta kotoran yang melekat di tubuhnya.

Bayi yang terlahir dari rahim Larasaty seketika di selimuti kekuatan listrik yang sangat besar, membuat seluruh panca inderanya menjadi lebih kuat daripada manusia pada umumnya.

Sedangkan aliran darah dan meridiannya juga menjadi lebih baik serta kuat.

Dua jam kemudian cahaya putih yang menyelimuti bayi merah ini perlahan meredup dan menghilang. Seketika suasana di dalam gua menjadi gelap gulita kembali, sedangkan Larasty yang pingsan saat terkena aliran listrik tubuhnya juga masih mengapung di atas air kolam.

Keajaiban seketika terjadi pada bayi merah ini setelah cahaya putih yang menyelimutinya menghilang. Seakan bayi ini bukanlah bayi yang baru beberapa menit yang lalu di lahirkan.

Perlahan tubuh bayi ini membesar dengan sangat mengejutkan, perkembangan tubuhnya sangatlah ajaib.

Bayi ini secara ajaib tubuhnya mekar dan berubah dengan sangat jelas, andai saja ada orang yang melihat hal ini tentu mereka akan sangat terkejut.

Sementara itu Larasaty yang mengambang di air kolam perlahan membuka matanya setelah pingsan selama dua jam. Matanya mengerjap beberapa kali, seakan kesadarannya belum pulih seratus persen.

Apalagi suasana dalam gua sangatlah gelap sehingga Larasaty perlu waktu beberapa saat untuk beradaptasi dengan suasana gelap ini.

Setelah matanya bisa beradaptasi dengan kegelapan di dalam gua, perlahan matanya tanpa sengaja menatap keatas kolam yang tak jauh dari tempatnya berada.

Mata indahnya seakan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Dia melihat ada sesosok tubuh kecil yang mengambang di atas kolam air panas. Tubuh ini benar-benar melayang dan sedikitpun tidak menyentuh lantai atau benda apapun.

"Apakah itu anakku..?'

Larasaty bergumam dalam hati, dia mengerjap-ngerjapkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

"Benar, itu anakku. Apa yang terjadi dengannya?"

Dengan gugup Larasaty berusaha berdiri, untungnya dia jatuh di kolam yang dangkal sebelumnya. Sehingga tubuhnya tidak tenggelam ketika terlempar, saat terkena efek kejut dari aliran petir yang menyambar bayinya.

Sebenarnya kalau kekuatan petir ini adalah petir yang biasa muncul di luar sana tentu ibu dan anak ini dapat di pastikan akan mati terbakar setelah tersengat aliran petir yang sangat kuat.

Akan tetapi petir ini berbeda, karena petir ini berasal dari alam dewa yang sengaja turun ke bumi untuk mencari manusia beruntung yang akan menjadi tangannya dalam menjaga ketertiban di bumi yang fana ini.

Larasaty sama sekali tidak tahu akan hal ini, padahal petir yang menyambar tubuh anaknya merupakan kekuatan dewa yang memberi keajaiban kepada anaknya sebagai manusia terpilih.

Larasaty berusaha untuk berdiri dari genangan air kolam, anehnya dia merasa kalau tubuhnya menjadi ringan saat berusaha berdiri.

Larasaty menatap anggota tubuhnya dia semakin terheran-heran karena luka sobek dan memar di tubuhnya juga sudah menghilang.

Padahal dia tahu dengan jelas, kalau sebelumnya seluruh tubuhnya penuh dengan luka goresan dan memar saat masuk kedalam hutan yang ada di lereng gunung Maha Meru ini.

Apalagi setelah jatuh kedalam sumur gua inti gunung Maha Meru ini, beberapa kali tubuhnya menghantam dinding sumur yang hanya cukup di lalui tubuh manusia.

Sudah jelas kalau seluruh tubuhnya di penuhi banyak luka robek dan memar, bahkan baju yang di pakainya juga sudah compang-camping efek dari gesekan dengan dinding sumur.

"Aneh, kenapa tubuhku sangat ringan?"

"Luka di tubuhku juga menghilang?"

Seribu tanya menghantui pikiran Larasaty, akan tetapi tanda tanya ini hanya sebentar saja karena dia langsung teringat akan bayinya.

Dengan gugup Larasaty segera berlari menuju bayinya, setelah dekat dia berusaha merengkuh bayinya yang sedang melayang di udara.

Akan tetapi ketika tangannya terulur untuk merengkuh bayinya dalam pelukan, sebuah energi pembatas membuatnya terpental.

"Aaa.. apa ini...?"

Jeritan penuh dengan rasa keterkejutan, tubuh Larasaty kembali terjatuh kedalam kolam air panas.

Beruntungnya air panas di kolam ini hanya mencapai empat puluh derajat celcius saja sehingga tidak sampai membuat tubuhnya melepuh. Di tambah dengan suhu udara gunung yang dingin membuat suhu empat puluh derajat dari air panas ini membuatnya sangat nyaman, alih-alih kepanasan.

Sebenarnya suhu air panas ini lebih dari empat puluh derajat celcius, akan tetapi karena suhu udara di gunung begitu dingin sehingga secara otomatis menurunkan suhu panasnya.

Larasaty berusaha bangun dan mencoba merengkuh bayinya yang sedang melayang di udara. Meskipun puluhan kali dia berusaha mengambil bayinya, puluhan kali pula tubuhnya terpental jatuh ke kolam air panas.

Akhirnya Larasaty hanya bisa terdiam memandangi anaknya yang melayang di udara. Dengan tatapan takjub, Larasaty melihat perubahan yang terjadi pada tubuh anaknya.

Tubuh mungil itu perlahan membesar secara bertahap, terlihat dengan jelas oleh mata Larasaty.

Bayinya yang awalnya hanya sebesar anak bayi pada umumnya seberat tiga kilogram, perlahan membesar terlihat secara kasat mata menjadi anak seumuran satu tahun. Kemudian masih terus membesar hingga seumuran anak lima tahun.

Larasaty hampir tak percaya dengan apa yang terjadi di depannya. Akan tetapi dia melihat sendiri setiap perubahan ini, membuatnya harus percaya dengan keajaiban yang ada di depannya.

Setelah anaknya berubah menjadi sebesar anak usia sepuluh tahun, perlahan energi pelindung yang mengelilingi tubuhnya mulai berkurang dan tubuh anaknya pun mulai turun ke bawah hingga menyentuh kolam air panas.

Anaknya masih memejamkan mata seakan sedang tertidur lelap meskipun tubuhnya sudah menyentuh air kolam.

Keanehan terjadi lagi, karena tubuh anaknya sama sekali tidak bisa tenggelam masuk kedalam air kolam, punggungnya mengambang di atas air dengan mata terpejam.

Segera saja Larasaty berlari mendekati anaknya, ketika dia mendekat tubuhnya bisa dengan mudah menyentuh anaknya.

Dengan lembut Larasaty membelai wajah anaknya yang masih tertidur, dia segera mengangkat anaknya dan menaruh ke pinggir kolam yang kering.

Saat melihat tubuh anaknya, Larasaty nampak kebingungan. Karena dia tidak punya pakaian untuk menutupi tubuh anaknya. Dengan terpaksa dia menyobek lengan bajunya dan merangkai menjadi celana untuk di pakaikan anak bayinya yang sudah tumbuh menjadi anak usia sepuluh tahun.

....