Langit sangat gelap tak ada setitik cahayapun sejauh mata memandang. Hari ini tepat hari kamis wage malam jum'at kliwon. Di wilayah kerajaan Mandiraja kamis wage malam Jum'at kliwon merupakan hari dan malam yang sakral.
Dimana tepat hari ini sebagian warga kerajaan Mandiraja mempercayai sebagai hari munculnya para jin dan iblis dari dunia kegelapan.
Blarr...!!!
Kilauan putih muncul dari gelapnya malam bagaikan jari jemari iblis yang keluar dari kegelapan mencari mangsa.
Kilat menyambar tiada henti dari langit yang sangat kelam, angin dingin seketika berhembus dengan sangat kencang menggoyangkan pepohonan di lereng gunung Maha Meru.
Gunung Maha Meru merupakan salah satu gunung yang sangat sakral dan di penuhi aura mistis. Iblis dan Siluman banyak bercokol di dalamnya membuat warga sangat takut untuk mendekati puncak gunung, bahkan untuk berada di lerengnyapun tiada warga sekitar yang berani.
Puncak gunung di kelilingi hutan purba dengan pohon-pohon setinggi seratus meter menjulang ke langit. Hewan buas bercampur dengan iblis serta siluman bersarang di rimbunnya hutan purba.
Hujan badai tiba-tiba turun dari langit membasahi seluruh kerajaan Mandiraja, dari segala penjuru tanpa terkecuali. Jalanan sangatlah sepi, tak ada satu orangpun manusia yang terlihat berjalan di derasnya hujan.
Saat ini dari sebuah lorong gelap yang terpencil terlihat sesosok tubuh yang sedang berlari sambil memegangi perutnya yang membuncit. Kepalanya sesakali menoleh ke belakang, seakan takut dengan sesuatu yang mengejarnya.
Manusia yang sedang berlari di gelapnya malam di tengah hujan badai dan petir ternyata adalah seorang wanita muda.
Paras wanita ini sangatlah cantik, akan tetapi bajunya terlihat sangat lusuh dan banyak bagian yang sudah sobek.
Perut wanita ini membuncit dan sedang di pegangi dengan kedua tangannya sambil terus berlari. Ternyata wanita ini sedang hamil besar yang membuatnya selalu menjaga janin di perutnya.
Wanita ini bernama Larasaty yang merupakan seorang selir dari Kaisar Ronggowarsito, seorang Raja yang memimpin negara Mandiraja dengan adil dan bijaksana.
Sebagai selir yang sangat di sayang oleh Kaisar, tentu saja membuat iri serta cemburu permaisuri serta selir yang lainnya. Sebuah konspirasi yang di atur oleh permaisuri membuat Larasaty di culik oleh pembunuh bayaran dan di sekap di sebuah gudang tua jauh dari kota raja.
Satu minggu berlalu sejak Larasaty di sekap sekelompok pembunuh bayaran. Meskipun para pembunuh bayaran di perintahkan untuk menghabisi Larasaty, akan tetapi mereka tidak berani melakukannya.
Yang membuat para pembunuh bayaran tidak berani langsung membunuhnya di karenakan, selir ini sedang mengandung anak Raja. Meskipun mereka adalah sekelompok tentara bayaran akan tetapi masih menghargai keturunan dari Raja mereka.
Karena hal inilah yang membuat nyawa Larasaty masih bisa di pertahankan. Andai saja dia tidak sedang mengandung, maka jangan harap para tentara bayaran menahan niat mereka untuk menghabisinya.
Gudang tua terbengkelai tempat Larasaty di sekap berada tak jauh dari lereng gunung Maha Meru yang sangat mistis dan angker. Jarak antara Kota Raja dengan gunung Maha Meru cukup jauh, yang di tempuh menggunakan mobil selama dua hari satu malam.
Malam ini, di karenakan sedang turun hujan badai sehingga para tentara bayaran tidak terlalu mengawasi keberadaan Larasaty dengan ketat. Mereka terlihat tiduran di ruangan khusus dan ada juga yang berjaga di pintu gudang, akan tetapi di antara mereka tidak ada yang sedang membuka matanya.
Sebelum melarikan diri dari sekapan mereka, Larasaty sudah mengintai para tentara bayaran yang menyekapnya di kamar tersendiri. Beruntungnya mereka sama sekali tidak mengikat tangan dan kakinya sehingga Larasaty bisa bergerak dengan bebas.
Dengan hati-hati Larasaty kabur dari gudang tua ini melalui jendela toilet yang sudah tidak ada daun jendelanya. Hingga sekarang terlihat di tengah hujan lebat sedang berlari tanpa berhenti.
Sebelumnya Larasaty sudah mengawasi lingkungan gudang tua tempat dia di sekap melalui ventilasi udara yang ada di kamarnya. Hingga saat ini dia berhasil keluar dari tempatnya di sekap dengan pertolongan cuaca yang sangat buruk.
Hanya satu tujuan Larasaty untuk melarikan diri yaitu hutan yang ada di gunung Maha Meru.
Larasaty sama sekali tidak tahu keangkeran dan kesakralan gunung Maha Meru ini. Di karenakan dia sama sekali tidak tahu, sehingga di hatinya tidak muncul rasa takut sedikitpun.
Andai dia tahupun, mungkin Larasaty tetap memberanikan diri untuk mendatangi gunung Maha Meru untuk menyelamatkan diri dari cengkeraman tentara bayaran yang menculiknya.
Tanpa mengenal lelah sedikitpun Larasaty lari dengan cepat menerobos derasnya hujan dengan satu tujuan, yaitu hutan gunung Maha Meru. Satu jam kemudian kakinya menginjak tanah lereng gunung, tanpa beristirahat dia terus berlari ke puncak gunung.
Saat sedang berlari, tiba-tiba perutnya terasa sakit yang teramat sangat. Padahal dia baru berlari setengah perjalanan dari puncak gunung Maha Meru.
"Sayang, bersabar sebentar. Jangan dulu keluar ya?"
Larasaty mengusap perutnya yang bergerak-gerak sambil menghibur anaknya yang ada di dalam perut, terlihat kalau bayi yang ada di dalam kandungannya sedang meronta ingin segera keluar dan menghirup udara bumi.
Nampaknya si jabang bayi sama sekali tidak mau memperdulikan ucapan ibunya, dia terus meronta ingin segera keluar dari perutnya. Tentu saja Larasaty sangat panik, di karenakan saat ini langit sedang mengamuk dan menjatuhkan air hujan yang sangat lebat.
Sambil tertatih-tatih Larasty terus berlari menuju puncak gunung, sesekali kepalanya menabrak ranting pohon dan akar yang menghadang di depannya. Maklumlah cuaca sangat gelap sehingga dia sama sekali tidak bisa melihat dengan jelas sekelilingnya.
Brakkk...!!
"Aaaa....!!"
Tiba-tiba Larasaty terperosok ke sebuah lubang alam dan membuat tubuhnya meluncur ke dalam lubang yang ada di lereng gunung Maha Meru.
Jeritan Larasaty teredam oleh dalamnya lubang tempat dia terjatuh. Ternyata lubang di mana dia jatuh adalah sebuah sumur alam yang sangat dalam, sumur ini berdiameter satu meter persegi dan tertutup rumput ilalang sehingga Larasaty terjatuh tanpa menyadarinya.
Kedua tangan Larasaty berusaha memegangi akar serta tumbuhan yang ada di dalam lubang ini, akan tetapi dia sama sekali tidak bisa menahan grativasi dari pusat gunung yang membuatnya meluncur semakin cepat.
Byur...!!
Akhirnya tubuh Larasaty terhenti setelah meluncur selama tiga puluh menit dalam kepanikan.
Larasaty nampak gelagapan saat tubuhnya masuk kedalam air yang ada di dalam inti gunung, anehnya meskipun dia masuk kedalam air gunung harusnya tubuhnya akan membeku karena dingin.
"Dimana ini?"
Larasaty bergumam sambil berusaha keluar dari kolam yang ada di dalam gunung ini.
"Aneh, kenapa air di dalam gunung begitu hangat?"
Tanda tanya besar menghantui kepala Larasaty, beruntungnya kolam atau danau air panas tempat dia terjatuh tidak terlalu dalam. Hanya sebatas lehernya saja, sehingga Larasaty tidak sampai tenggelam.
Setelah mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, akhirnya Larasaty terbiasa dengan suasana kegelapan di dalam gua yang ada di inti gunung Maha Meru.
Tak jauh dari tempatnya berada terlihat ada tanah yang kering, tentu saja ini bukan tanah akan tetapi batu gunung yang ada di perut gunung.
Baru juga sampai di tepi batu gunung yang ada di pinggir danau air panas, perutnya seketika terasa sakit yang amat sangat. Dengan tubuh lemas, Larasaty mencoba berbaring di tepi danau.
"Heeeghhh..."
Larasaty menjerit sekuat tenaga sambil menahan sakit untuk mengeluarkan jabang bayi yang sudah tak sabar untuk menghirup udara alam fana ini.
Blarr....!!
"Oaaa... Oaaaa... Oaaa...!!
Sebuah cahaya putih yang menyilaukan terlihat muncul dari lorong gua tempat dia terjatuh dan menyambar bayi yang baru saja dia lahirkan, di ikuti suara tangisan bayi yang melengking.
....