"Hahaha, sialan sekali berani seperti itu... Kamu kan yang namanya Chandrea, wanita blo'on sekaligus tidak masuk akal di sini dengan tawa gila mu, kau pikir kau siapa, kau hanyalah wanita biasa, di pandanganku kamu terlihat seperti orang bodoh yang sedang buta arah, apa kau tidak pernah diajari oleh orang tuamu soal bagaimana cara mengatur wajahmu itu, dasar orang aneh Hahaha...." wanita itu menggunakan Chandrea sebagai bahan bercandaan dan semua temannya itu ikut menertawakan Chandrea, tapi Chandrea hanya terdiam melihat Xela yang tidak mau menatap ke arah manapun karena dia sedang ketakutan sekarang.
"Hei, kenapa diam saja huh?! Apa kau sekarang mengakui bahwa kau memang gila?" dia menambah mengejek Chandrea yang hanya terdiam dengan wajah seriusnya.
"Lihatlah, kau hanya berani membela si culun yang sangat lemah di sini, andai saja kau dulu bergabung dengan kami, kami yang menguasai tempat ini dan akan terus menindas yang lemah, kita juga tak perlu capek capek melindungi mereka yang lemah karena itu urusan mereka dan kita sama sekali tak harus peduli... Jika saja kau bergabung dengan salah satu di antara kita, kau juga tidak akan berakhir di remehkan seperti ini" tambahnya.
Xela yang ikut mendengar itu menjadi terdiam dan berpikir bahwa itu benar. "(Itu memang benar... Chandrea tentu saja di berikan sikap yang gampang bersosialisasi apalagi penampilan nya sangat menarik dan terlihat gampang berteman.... Tapi kenapa dia malah memilih berteman dengan ku yang tidak berguna....)" sesaat setelah dia berpikir begitu.
Chandra membalas. "Aku memiliki keputusan tersendiri, aku memiliki kebebasan dalam kehidupan yang tiada tara, terserah padaku jika aku mencoba hal yang baru.... Dan juga, terserah pada ku jika harus diremehkan seperti ini, paling tidak, orang seperti kalian tidak akan ada di dekat ku" tatapnya.
Kalimat yang seharusnya bagus malah di buat tertawa oleh mereka.
"Hahha.... Benar benar deh, dia bicara seperti itu layaknya dia itu pemimpin para preman... Memang nya kau bisa melawan semua orang di sini dan membuktikan bahwa yang kau bicarakan benar?" mereka menatap.
Mendadak saja Chandrea langsung mengajukan pertarungan. "Jika kau berani, lawan aku sekarang dengan banyaknya orang yang kamu punya... Karena, kau yang akan membuat ku seperti monster..." tatapannya sangat berani tapi perkataan itu membuat Xela terkejut
"(Apa yang dilakukan si bodoh ini kenapa dia bisa-bisanya melakukan penawaran seperti itu, apakah dia tidak tahu bahwa wanita itu memiliki banyak geng di sini...)"
"Oke, baiklah aku akan menerimanya, jika kamu kalah aku bisa membunuhmu, jangan heran ya jika nanti kau mati berita akan mengangkat kejadian ini dan mereka akan menganggap ini hal yang sudah biasa dan kami akan menyebutnya ini karena pembullyan yang sudah biasa terjadi di sini, jadi kematianmu tidak akan ada harganya..." kata wanita itu, kemudian dia berjalan pergi bersama teman-teman nya meninggalkan Chandrea juga Xela.
Tapi mendadak, Xela langsung memegang kedua tangan Chandrea. "Apa yang kamu lakukan! Kenapa kamu gegabah!" dia menatap sangat panik tapi Chandrea hanya tersenyum kecil.
--
"Hoi… Ada yang berkelahi!! Mereka berkelahi!!" terdengar beberapa mahasiswa yang berteriak untuk menyebarkan informasi dan semua mahasiswa lain nya tampak berbondong-bondong untuk mengintip dari pintu maupun kaca gedung, tepatnya dihalaman sekolah kampus itu, halaman yang ditinggalkan dan berlumpur, ada perkelahian yang tampak kotor karena lumpur dan yang paling besar di antara mereka semuanya adalah wanita, tak ada lelaki karena mahasiswa di sana memang suka sekali mencolok dengan wanita maupun lelaki yang suka menindas, intinya, di dunia ini, seorang iblis penindas, tak peduli gender mereka apa.
Dan fakta yang menariknya adalah, wanita-wanita berandal itu sebagian sudah jatuh kesakitan tertidur di genangan lumpur, tapi beberapa masih bisa bertarung, jika dilihat dari jendela lantai atas, mereka seperti sedang mengepung satu wanita yang rupanya Chandrea, dia bertarung memukul terus menerus meskipun dia juga banyak sekali terpukul, apalagi dia hanya mengincar bertarung dengan ketua geng itu.
Mereka tak peduli tubuh mereka kotor, mereka hanya memiliki tujuan yakni menghabisi Chandrea yang bahkan tidak akan tumbang ketika di pukul beberapa kali, bahkan rambutnya tertarik pun dia bisa mengatasinya dengan menelintir tangan yang menarik rambutnya dan hal yang paling mengaggumkan, dia hanya bisa memasang wajah dendam, tak ada lagi senyuman khas nya melainkan wajah penuh haus darah yang bisa di kendalikan jika dilihat dari dekat.
"Sialan!!" mereka terus di dorong oleh Chandrea yang berjalan ke ketua geng itu yang memegang silet tajam dan mengarahkan nya ke Chandrea dengan begitu arogan. "Kau pikir aku takut huh, kau hanya wanita bodoh…"
Di sisi salah satu dari mereka, wanita tersebut terlempar oleh dorongan Chandrea, dia lalu menatap batu di bawahnya.
"Matilah!!" dia langsung mengambil batu itu dan siapa sangka, tepat ketika kedua lengan Chandrea di tahan kedua wanita itu, dan dengan sangat keras, batu besar itu terpukulkan di wajahnya membuat semuanya terdiam.
Chandrea menjadi membuang wajahnya dengan darah jatuh di bawah juga di wajahnya, luka itu ada di kening samping nya, mengalir deras dengan darah yang melewati mata, pipi hingga menetes dari dagu.
Seharusnya orang yang melihat itu langsung bisa merasakan kepalanya pecah begitu, harusnya itu bisa membuat Chandrea berhenti, tapi siapa sangka, dia seperti tidak kesakitan dan bahkan seperti menutupi kesakitan nya dengan wajah yang tidak berubah sama sekali, apalagi dia langsung memukul wanita-wanita yang menghalangi tadi.
Dengan suara terengah engah, berjalan ke ketua wanita itu tadi yang tampak nya tengah terdiam, lebih tepatnya dia tercengang dengan pertahanan tubuh Chandrea.
"Mu-mundur…" dia hanya bisa menodongkan siletnya itu tapi Chandrea terus berjalan mendekat.
"Aku bilang mundur…!!" dia malah mengayunkan siletnya membuat semua yang melihat terkejut karena wajah Chandrea terkena sayatan itu, tepatnya di bagian pipi bawahnya, kini tambah darah yang mengalir tapi tatapan nya tetap tajam dan berjalan terus saja mendekat.
Wanita itu yang menyadari menjadi langsung terjatuh berlutut tak percaya. "Ka-kau… Siapa kau sebenarnya…" tatapan nya sungguh ketakutan, tapi ia mendadak melihat ke belakang, rupanya ada salah satu wanita memegang tongkat kayu akan memukul kepala Chandrea dari belakang dan siapa sangka, tongkat itu terpukul keras di bagian kepala belakang Chandrea, seharusnya kepalanya langsung hancur, tapi tongkat kayu itu yang malah patah membuat semuanya tercengang, tapi tetap saja Chandrea merasakan pusing dalam pandangan nya dan dia mencoba menahan hal itu dengan mengambil sebuah batu di bawah, ia mengangkat batu itu tinggi-tinggi akan membunuh wanita itu yang ada di bawahnya.
Di saat terakhirnya, dia malah memohon. "Tidak, jangan, jangan bunuh aku… Kamu monster!!" teriaknya.
Tapi seketika, Chandrea menjadi terpaku mendengar kalimatnya hingga dia mengulanginya.
"Monster?" sambil teringat memori yang telah lama hilang dalam pikirannya. Pandangan nya menjadi berubah, dimana dia benar benar melihat sebuah kegelapan, menandakan matanya yang buta akan sekitar, dan juga tak bisa mendengar apapun, dia tak sadar dengan apa yang dia lakukan dan dia hanya bisa membiarkan sikap gila seperti monster tak terkendali menguasai tubuhnya. Dia membiarkan nya karena dia suka dan pandangan masa lalu yang bahkan sama sekali tidak ia ingat membuat nya hanya bisa membiarkan itu berlalu tanpa ada rasa yang bersalah.
Tapi ia mendadak tersenyum. "Haha… Ehehemmm… Aku memang monster…" tatapan nya begitu membunuh dan akan menjatuhkan batu itu pada wanita tersebut.
Namun ada teriakan. "Hentikan!" hal itu membuat semuanya langsung menatap ke arahnya tapi yang paling lambat menoleh adalah Chandrea, dia menoleh dengan tatapan datar dan sudah begitu tak sabar ingin pingsan dari sakitnya.
"Chandrea, hentikan semua ini…." yang rupanya adalah Xela dengan wajah memohon, dia bahkan berjalan mendekat langsung mengulurkan handuk putih kecil menutupi luka di kepala Chandrea.
"Aku mohon, hentikan, ini baik-baik saja… Kau sudah cukup banyak membantuku, aku mohon berhentilah…" dia menatap sangat ketakutan.
Chandrea menjadi terdiam, lalu dia memegang tangan Xela membuat Xela menengadah menatapnya.
"Apa kau, masih mau, berteman, dengan ku?" tanya Chandrea, bisa bisanya dia mengatakan itu membuat Xela kesal tapi dia juga harus menangis. "Iya…. Iya… Hiks… Jangan lakukan ini…"
Mendengar rintihan itu membuat Chandrea menoleh ke wanita tadi yang tampaknya ketakutan, tapi bukan nya dia minta maaf, wanita tadi malah berdiri dan beranjak pergi dengan teman-teman nya, mereka malah seperti pengecut.
"Chandrea…" Xela menatap khawatir pada kondisi Chandrea, lalu dia terdengar mengatakan sesuatu.
"Kita masih berteman … kan..."
--
"(Aku.... Tidak tahu, kenapa wanita sepertinya bisa bersikap layaknya dia tengah menunjukan sesuatu yang tidak pernah kita ketahui jika harus melihat dari penampilan.... Dia begitu aneh, sangat aneh... Semua sikap buruk bahkan ada padanya, dia tidak misterius, dia juga tidak mencolok.... Apa itu hanya sebuah takdir sampah? Aku tak mengerti, kenapa aku bisa bertemu dengan sosok yang sangat aneh seperti ini.... Aku tak tahu lagi bagaimana cara untuk memahami nya.... Atau.... Aku tak perlu memahami nya, melainkan dia yang harus memahami ku untuk mempelajari kehidupan yang keluar dari lingkaran sekitarnya)"
Kehidupan yang memiliki fakta, yang bahkan bisa menjelaskan bagaimana sikap yang begitu aneh, sangat mudah berubah dan kondisi hati yang tidak stabil membuat kesadaran tinggi bagaimana Chandrea bisa menghadapi sikap nya sendiri.
Dia tidak bisa berpikir dengan benar dan yang paling penting, dia memiliki kehidupan sendiri di otak nya. Dia bukan wanita yang terlalu mudah untuk menyukai sesuatu, hanya tawa kecil yang menggambarkan bagaimana dia menerima sesuatu dengan terpaksa, semuanya tak bisa memahami sikap yang begitu aneh, bagaimana kehidupan nya di bentuk juga apa kesukaan nya sebenarnya.
Dia hanyalah sesosok makhluk yang tidak bisa di gambarkan dengan bentuk yang baik, bentuk yang sangat buruk dalam tawa gila nya dan dia akan tetap selalu menjadi sosok Chandrea.