"Tapi, aku ini membosankan, aku layak di benci dan tidak di sukai karena aku bukan orang yang asik, aku tidak punya masa depan pertemanan, aku berbeda dengan kalian," Xela kecewa pada dirinya sendiri.
"Ehehehmm... Pengetahuan lebih bisa di bilang masa depan dari pada menjadi sok caper, ehehehem," kata Chandrea seketika Xela yang mendengar itu menjadi terkejut kaku, itu tadi perkataan dan kalimat yang sangat bagus dari Chandrea. Kemudian hal itu membuatnya sadar, "mungkin memang benar, baiklah, aku ingin dekat dengan mu," tatap Xela membuat Chandrea tersenyum lebar.
"Ehehhemm…. Itu bagus, kalau begitu, bagaimana jika bermain hari ini? Ehehehemmm," kata Chandrea.
"Apa! Tidak, aku ingin belajar... Seharusnya kamu juga belajar, kemarilah untuk belajar, masuklah," kata Xela mengajak Chandrea masuk ke dalam perpustakaan itu tadi.
"Ehehehemmmm... Baiklah..." balas Chandrea lalu ia ikut berjalan masuk ke dalam perpustakaan kampus yang tampaknya sepi tersebut.
"Kamu bisa mengambil beberapa buku, aku juga harus menemukan beberapa buku, kita nanti bertemu di sini," kata Xela menunjuk meja belajar di tengah-tengah perpustakaan yang khusus untuk tempat duduk membaca.
"Eheheehem, baiklah," Chandrea langsung berpencar ke rak lain, Xela tampak tersenyum senang.
"(Bukankah ini pertama kalinya ada orang yang mau membaca buku di perpustakaan ini bersamaku, aku mungkin harus senang.)"
Tak lama kemudian ketika Xela membaca buku di meja sendirian di dalam perpustakaan yang sepi itu. Dia membaca serius hingga mendadak ada yang memegang bahunya dari belakang begitu saja membuatnya terkejut dan menoleh.
"Ehehehemm..." tawa Chandrea yang terdengar dan rupanya dia yang melakukan nya.
Xela menghela napas panjang. Dia pikir itu siapa yang rupanya hanya Chandrea. Tapi dia terdiam menatap kedua tangan Chandrea yang kosong tanpa memegang buku satupun.
"Dimana bukumu? Apa kamu tidak mau mempelajari pelajaran kampus?"
"Ehehehemm… Aku sudah tahu isi dari beberapa buku di sini, tak ada yang baru ehehehemm."
"Ha? Jadi maksudmu, kau memahami palajaran yang ada di beberapa buku di sini? Aku tidak percaya itu," Xela menatap curiga sekaligus meremehkan, bagaimana wanita seperti Chandrea bisa lebih pintar dari dia yang kutu buku.
"Ehehehemmm… Oh, ngomong-ngomong kau sedang belajar apa?" Chandrea menatap sebuah buku yang di baca Xela, di sana hanya ada tulisan matematika dan angka yang memusingkan sekali.
"Um... Ini... Kau juga tidak akan tahu bahasa apa ini," Xela meremehkan nya.
"Idih... Eheheemmmm... Kenapa kamu berpikir aku tidak tahu?" Chandrea menatap.
"Itu karena, kau seperti wanita yang aneh, seperti yang mereka bilang, kerjaan mu hanya tertawa tidak jelas dengan tatapan itu."
"Oh… Eheheemm… Jadi selama ini aku seperti orang bodoh?"
"E… Aku tidak mengatakan itu, tapi memang benar kan, aku yang kutu buku saja tidak tahu soal yang ini, aku benar-benar bingung," Xela menatap pusing dengan salah satu soal matematika yang ia tidak ketahui.
"Ehehehemm… Karena kamu sudah meremehkan ku, aku akan menunjukkan padamu saja, aku tak akan banyak bicara..." Chandrea mengambil pensil dan kertas. Dia membuat angka matematika, rumus, dan kuadrat masing masing. Itu adalah susunan matematika dari nol hingga 10.
Xela yang melihat itu menjadi langsung terkejut tak percaya. Lalu Chandrea memberikan kertas penuh itu. "Nih, silahkan di teliti... Ehehheemmm..."
"Ini... Ini semua cantik..." Xela menatap kagum dan Chandrea hanya tertawa khas nya.
"Dari mana kamu belajar?"
"Matematika adalah soal logika, ini terlalu mudah."
"Bagaimana bisa..."
"Yeah, ini hanyalah ibarat 2+2, 2-2, 2÷2, 2x2... Dan seterusnya..."
"Aku tidak mengerti... Soal bicaramu yang seperti itu," Xela masih tidak percaya lalu Chandrea tampak berpikir sesuatu dengan diam hingga ia menemukan ide.
". . . Kalau begitu, berikan aku soal yang paling sulit menurutmu dan kamu harus tahu jawaban nya," tatap Chandrea dengan percaya diri di susul tawa kecilnya. "Ehehehemmm…"
"Um, baiklah, tunggulah sebentar, akan ku buat," Xela menyetujuinya kemudian menulis sebuah soal yang panjang dan di berikan ke Chandrea yang menatap soal-soal yang kelihatan rumit itu.
"Baiklah, aku jelas bisa melakukannya, ehehemm," tatapnya hingga kemudian mengambil pena dan langsung menulis.
Xela terkejut dengan Langkah pengerjaan nya. "Dia menggunakan pena langsung, bahkan tidak menggunakan pensil duluan, apa dia tidak takut salah nantinya?"
Hingga tak berselang lama kemudian, Chandrea memberikan kertas itu untuk di teliti Xela, dan siapa sangka, Xela terkejut melihat itu. "Bagaimana bisa...?" dia tampak tak percaya karena semua cara maupun jawaban nya 100 persen benar dan masuk akal.
"I-ini tidak mungkin, kenapa kamu bisa mudah sekali mengerjakannya? Bagaimana dengan soal-soal mata pelajaran lain?!?!" Xela menatap tak percaya.
Hingga Chandrea menunjukan sebuah kertas penilaian membuat Xela langsung mengambilnya, tapi ia terkejut melihatnya. "I-ini kertas penilaian yang hanya didapatkan mahasiswa yang paling banyak mendapatkan nilai bagus dalam segala hal, semuanya A+?!"
"Hehehemm, seharusnya kamu sekelas denganku, eheheemm," Chandrea tertawa kecil membuat Xela tampak iri.
"Kenapa kamu bisa begitu pintar?" tatapnya.
Lalu Chandrea terdiam sebentar dengan bingung hingga akhirnya menjawab sesuatu. "Dulu, orang tuaku menganggapku sangat bodoh, pengetahuan ku kurang dan iq ku sangat rendah, tapi entah kenapa keajaiban datang… Eheheehemm," kata Chandrea membuat Xela menjadi terkejut mendengar itu tadi.
"Tunggu, apa?! Ceritakan padaku!" dia menatap.
Tapi Chandrea kembali terdiam dan menurunkan senyum nya, hingga ia menggeleng pelan tidak mau bercerita membuat Xela terdiam iba.
Hingga ia memohon. "Aku mohon, bukankah kamu ingin menjadi teman ku? Kamu ingin lebih dekat dengan ku? Karena itulah ceritakan padaku," dia menatap penasaran.
"Hanya kehidupan biasa, yang tidak pernah kuharapkan ada, aku bersikap bodoh, karena aku mencoba menutupi sisi sadar dalam diriku, karena aku sudah memiliki semuanya, aku memiliki uang, aku memiliki kemampuan yang bahkan tak banyak orang punya, aku bisa bertarung, aku bisa melawan, dan juga termasuk hal ini, tapi tetap saja, ada sesuatu yang kurang," kata Chandrea dengan wajah agak menunduk mengingat sesuatu.
Xela yang paham akan hal itu menjadi merasakan hal yang sama, kemudian dia memegang tangan Chandrea yang ada dimeja membuat Chandrea menatap ke arahnya.
"Kau, hebat," tatap Xela, mendengar itu membuat Chandrea menjadi tersenyum senang tak percaya dan mengangguk. "Eheheehmmm… Terima kasih."
"Sebenarnya aku tak suka kamu yang sedih, jadi, bisa kau bantu aku mengerjakan soal matematika yang tidak aku tahu?" Xela menatap memohon.
"Ehehehemmmm... Jadi teman dulu dong."
"Iya, karena kau sudah membantu ku juga."
"Ehehehemm, terima kasih..." Chandrea menatap senang. Akhirnya mereka menjalin pertemanan.
Tapi Xela menjadi terpikirkan sesuatu setelah mendengar itu tadi dari Chandrea.
"(Kenapa ini semua terasa sangat aneh, aku benar-benar baru tahu ada orang yang menggunakan sisi bodoh sebagai penutup bahwa dia 100 persen lebih dari sempurna, mungkin kenyataan yang membuatnya seperti itu dan mungkin aku harus lebih banyak mengenal penderitaan nya hingga dia menjadi sempurna sampai sekarang…)"
--
Hari berikutnya tampak Xela sedang berjalan di lorong dengan wajah yang sangat ceria sambil berpikir hari yang kemarin menyenangkan sekali bersama Chandrea apalagi mendengar cerita milik Chandrea yang begitu sedih, tapi hari ini dia harus bertekad bahwa dia harus lebih baik dan harus belajar demi bisa menjadi wanita sempurna seperti Chandrea.
"(Aku pastikan, aku tidak akan kalah, kemarin dia mengerjakan tugas matematika ku dengan begitu sangat mudah, tentunya hal itu bukan sesuatu yang bisa di bilang mudah, kali ini aku akan banyak belajar dengan nya, bukankah ini adalah suatu fakta yang hebat dia memiliki pengetahuan tinggi,)" ia tampak begitu senang sendiri hanya karena memikirkan Chandrea.
Tapi sesuatu tak terduga terjadi ketika dia akan masuk ke kelasnya tepatnya masih berada di lorong kampusnya ada beberapa wanita atau bisa disebut mahasiswi yang tengah berjalan di sana dan kebetulan akan berpapasan dengan Xela, ketika berpapasan dengannya, mereka tiba-tiba saja langsung berhenti berjalan dan salah satu di antara mereka langsung mendorong kerah Xela untuk memojokkan punggung nya ke dinding.
Dorongan itu membuat gadis culun Itu tampak sangat ketakutan, bahkan dia juga gemetar, yang hanya bisa dia dengar hanyalah kata-kata dari ketuanya tepatnya wanita tadi sebut saja wanita sok keras.
"Hey culun, kudengar kemarin dua orang dari anggotaku telah laporan padaku bahwa kamu ini di bela oleh wanita gila itu ya, tak hanya mereka tapi gerombolan mahasiswa berandalan itu juga dihabisi oleh wanita gila itu dan dipermalukan, apa kau tahu siapa aku, aku bisa bertarung dengan wanita manapun dan aku bisa memukul batu di wajah jelek mereka termasuk wajahmu yang menjengkelkan ini, kau pikir siapa kau bisa dibela-bela oleh wanita yang bahkan terlihat sangat bodoh di sini, katakan padaku!!!"
Xela yang tampaknya sangat gemetar itu menjadi tak bisa berkata-kata kecuali dia mencoba untuk menjawab pertanyaannya dengan nada yang gagap.
"A-a-a-Aku… aku hanya aku, aku, aku tidak tahu. Aku hanya sebatas ditolong saja. Tolong jangan tindas aku, aku akan melakukan apapun..." dia tampak memohon dengan sangat ketakutan sekali, bahkan wanita tadi tampak tidak merasa kasihan sama sekali, dia Justru malah menambah pukulan ke bahu Xela membuat punggungnya terpukul di tembok.
"Heh culun, emangnya kamu itu siapa, aku minta penjelasanmu bukan minta pasrahanmu seperti ini!!"
Tapi tiba-tiba di arah lain, Chandrea yang kebetulan ada di sana dan akan berjalan melewati lorong itu menjadi melihat hal itu, dia bahkan berwajah tidak percaya.
Tentu saja melihat temannya sendiri ditindas oleh wanita-wanita yang bahkan tidak merasa berdosa itu, seketika Chandrea langsung berjalan mendekat dengan tatapan yang sangat serius, bahkan dia langsung menarik tangan wanita itu membuat semuanya menjadi menatap ke arahnya.
"Sialan!! Siapa kau berani-beraninya!!" wanita itu terkejut sambil menarik kembali tangannya tapi ia terdiam ketika sadar bahwa yang menarik tangannya adalah Chandrea yang sekarang menatapnya dengan tatapan tajam. Yang dilihat hanyalah tatapan tajam dan yang didengar adalah perkataan yang mengerikan.
"Jangan sentuh dia, kau akan menerima akibatnya..."