Lalu kebetulan ada wanita pelayan yang lain mengantarkan pesanan pada meja penuh pria. "Ini pesanan kalian... Apa ada sesuatu lagi?" tatapnya.
"Ya, ada, rabaan haha..." salah satu pria langsung meraba punggung nya membuat wanita pelayan itu terkejut menjauh. Dia langsung berlari pergi ke dapur dan para pria itu hanya tertawa.
"Benar-benar buruk..." Chandrea menatap prihatin.
Lalu pelayan wanita yang tadi memarahinya karena salah paham menjadi mendekat. "Hei, kau bisa bertemu dengan nya di kantornya..." tatapnya dengan masih wajah yang datar.
Chandrea terdiam, lalu dia berjalan melewatinya, dia berjalan ke dalam hingga menemukan kantor manajer lalu membuka pintunya.
Manajer itu adalah seorang lelaki. "Masuk saja, teriaklah kekesalan mu di si—" dia awalnya sibuk menulis sesuatu, tapi ketika menoleh ke Chandrea, dia menjadi terdiam.
"Siapa kau? Oh tunggu, kau pasti yang ingin bertemu dengan ku, ada yang bilang ingin bertemu dengan ku, jadi masuk saja," tambahnya.
Lalu Chandrea mendekat dan melihat nama papan di meja manajer itu yang bernama Harsa.
"Maaf, kupikir kau salah satu karyawan ku karena hanya karyawan yang kesini dan meluapkan kekesalan mereka padaku, mereka ingin keluar tapi aku tidak mengizinkan nya, sebelum mereka keluar dari pekerjaan ini, hari ada penggantinya..." tambah Harsa yang menatap serius.
"Oh, jadi itu yang membuat mereka kesal Ehehehem," Chandrea hanya menggunakan nada senyuman gumam itu membuat Harsa terdiam bingung, lalu mengabaikan itu. "Baiklah, jadi, ada urusan apa kemari, Nona Cantik?"
"Aku ingin melamar pekerjaan di sini," Chandrea langsung mengatakan intinya.
"Ah begitu, apa kau yakin, nanti jika ada apa-apa, jangan katakan ingin keluar jika sudah masuk kemari loh... Nanti jika kau trauma, lalu ingin keluar, aku juga tidak bakal mengizinkan mu keluar..."
"Apa karena aku sudah menjadi pengganti mereka yang ingin keluar?"
"Yah begitulah."
"Baiklah, aku terima... Aku akan menjadi pelayan di sini... Dan keluarkan saja mereka yang tidak betah, aku akan bekerja dua kali lipat."
Harsa menjadi terdiam mendengar itu. "(Ada apa dengan nya, apa dia menganggap pekerjaan pelayan restoran adalah pekerjaan yang ringan, sudah jelas ini bukan pekerjaan yang mudah... Kau akan dihadapi neraka oleh mereka... Hei, tunggu sebentar, aku tidak bermaksud merugikan ku sendiri karena menolak mu, tapi aku memang harus mencari seorang pelayan yang seratus persen bisa di percaya dan bekerja tanpa trauma… Sebelumnya aku ingin menginformasikan bahwa tempat ini dijadikan neraka oleh para banyak pelanggan, mereka seenaknya berbuat, tapi meskipun seenaknya, mereka bisa membayar lebih... Tapi tetap saja, harga diri pelayan di sini sangat rendah...)"
"Hehehe... Kalau begitu, apa aku bisa menjadikan mereka ikut merasakan neraka juga?" Chandrea menatap.
"… Selagi mereka mau membayar, tidak menuntut tempat ini dan yang lain nya..."
"Ahaha... Jangan khawatir... Ehehemm... Aku bisa melakukan nya, jadi... Terima saja aku menjadi pelayan mu, jika kau tidak menerima ku, aku cari tempat lain saja..." tatap Chandrea.
"Baiklah kalau begitu..." Harsa memberikan seragam cafe itu, lalu Chandrea langsung mengambil nya dan membuka bajunya.
"Akh!!!" Harsa terkejut berteriak mencoba menutupi pandangan membuat Chandrea berhenti membuka baju.
"Apa yang kau lakukan jalang! Apa kau mencoba mengganti baju di sini?!!" Harsa menatap kesal.
"Ehehemm, Kupikir semua menyukai itu, ehehemm."
". . . Hm... Baiklah kalau begitu, lanjutkan saja di sini,"
Tak lama kemudian. Di luar kantor, tepatnya di dalam kafe itu. Ada salah satu meja pelanggan yang berisi pria pria. "Hei, dimana pesanan kami ini!" mereka tampak menagih dari tempat mereka.
Lalu, Chandrea keluar dari kantor manajer tadi dan berjalan dengan sepatu hak tingginya, berjalan mengambil nampan berisi pesanan dan mengantar minuman itu pada pria-pria di meja lain itu. "Baiklah, ini untuk mu," dia meletakan nya dengan senyuman khas nya.
Pelayan itu adalah wanita seksi yang memakai pakaian seragam ketatnya dan apron yang menambah kesan seksi.
Bahkan semua orang menatapnya, pelayan wanita maupun lelaki di sana juga menatapnya dengan diam dan terpelongoh tak percaya.
"Apa kalian ingin menambah sesuatu?" kata Chandrea sambil mengeluarkan catatan pemesanan.
Tapi pria yang dekat dengan nya mengatakan sesuatu ketika dia bertanya umum.
"Bagaimana dengan burger dan nomor mu," tatap pria itu.
Chandrea menjadi tertawa kecil sambil membalas. "Ehehem... Maaf, aku tak punya ponsel," dia mencoba beralasan.
"Itu tak apa..." pria itu langsung membalas dan siapa sangka, tangan nya memegang pantat Chandrea membuat Chandrea terpaku merasakan itu.
"Jangan paksa aku…"
"Haha... Kan aku bilang tak apa-apa, aku mengatakan burger... Dan nomor ponsel... Haha..." tambah pria itu, teman-temannya pun juga tertawa dengan hal itu.
Chandrea mencoba menahan dirinya. "Singkirkan tangan mu itu," dia awalnya tampak tenang dan hanya mengatakan kalimat itu tanpa memberontak. Tapi siapa sangka, pria itu terus meraba bagian belakang nya itu.
"Sudah berapa lama kau menjadi pelacur huh, haha... Pelacur yang punya tubuh seksi, ujung-ujung nya jika kau diperkosa pun kau tidak akan bisa melawan..." tatap pria itu yang benar-benar meremehkan dan masih saja melecehkan Chandrea.
Lalu Chandrea menatap nya dengan tatapan masih tenang. "Apakah itu keren?" ia menatap tajam.
"Tentu saja," pria itu langsung membalas dengan tatapan tanpa berdosa nya.
"Aku harap kau akan mengatakan itu nanti," tatap Chandrea.
"Hm... Kenapa?" pria itu masih terus meraba hingga Chandrea bergerak, menarik tangan nya dan langsung memukul kepala pria itu membentur meja.
"Ugh!!" pria itu terkejut kesakitan. Lalu tambahan tamparan keras di bibir membuat pria itu terpaku terkejut memegang bibirnya.
Hal itu membuat pria itu kesakitan dan melepas Chandrea. Bahkan semua nya maupun teman nya menjadi terdiam menatap itu.
Lalu Chandrea menekan ujung bolpen dari saku yang ia keluarkan sambil mengatakan. "Burger agak familiar."
"Sialan kau!! Jalang!!" pria itu kesal dan akan berdiri, tapi siapa sangka, Chandrea mengepal tangan dan kembali memukul nya membuat Pria itu jatuh dan langsung tertampar di kursinya.
Teman nya terdiam menatap itu lalu Chandrea pergi, tak hanya rekan pria itu, tapi semua yang ada di sana juga melihat sehingga pria tersebut akan merasakan malu.
"Wah, Wah, pelanggan yang seenak nya kini dipermalukan..." kata mereka.
"Sialan... Aku akan membalas..."
Malamnya, kafe tampak sepi dan di sana Chandrea membersihkan kafe. Lalu Harsa datang dari kantornya.
"Chandrea, aku butuh penjelasan mu soal tadi," tatapnya dengan menyilang tangan. Seperti nya semua karyawan juga sudah pulang.
"Ehehemm... Aku sudah membuat nya merasakan neraka," Chandrea membalas dengan nada yang polos dan bodohnya.
Harsa menjadi menghela napas panjang. "Bagaimana jika dia kembali lagi? Apa yang akan kau lakukan?" tatapnya.
Chandrea terdiam sebentar sambil berpikir dengan wajah yang tenang. "Hm, mungkin aku akan melakukan hal yang sama ehehehemmm,"
"Astaga…" Harsa hanya bisa menghela napas panjang sambil menggeleng kepalanya.
"Kenapa manajer? Apakah kau mengkhawatirkan ku hm?" Chandrea menatap menngoda membuat Harsa terdiam ragu bahkan mulai berkeringat dingin juga menelan ludahnya.
"Ehem, maaf, tapi aku bicara seperti ini karena aku juga mengkhawatirkan kondisi kafe ku, kau benar-benar menjadi penghancur tadi pagi, sepertinya aku salah karena menerima mu bekerja di sini dan membuat semua pelayan yang sebelumnya keluar hanya karena kau bilang kau bisa memegang tugas mereka secara bersamaan,"
"Ehehehhem, bukankah aku memang melakukan itu, lihat, aku melayani, mencuci, membersihkan dan yang lain nya, ehehemm," sekali lagi Chandrea membalas dengan sangat tenang. Harsa hanya bisa Kembali menggeleng putus asa.
Namun tiba-tiba saja, pintu terbuka di antara malam yang gelap itu membuat mereka berdua menoleh.
Dan ada beberapa orang datang, yakni pria-pria tadi, salah satu pria tadi yang hidungnya tertutup penutup luka membuat Harsa terkejut karena mereka datang. Tapi Chandrea hanya tersenyum bodoh.
"Hei jalang!! Berani sekali mempermalukan ku di sini... Kau harus membayarnya..." dia menatap.
Lalu Chandrea berjalan mendekat. "Ehehemmm… Kamu mau lagi!?" dia mengepal tangan dan langsung memukul lagi membuat pria itu langsung terjatuh membuat suasana terdiam.
Rekan nya yang melihat itu akan menyerang, tapi mendadak mereka berhenti dan terpaku. Begitu ketika mereka melihat mata Chandrea itu yang menggambarkan pukulan maut. Seketika mereka lebih memilih membawa pria tadi dan langsung berlari pergi dari sana. Harsa yang melihat itu menjadi terdiam kaku.
Lalu Chandrea menoleh padanya. "Ehehemm… Aku akan kembali minggu lagi, Aku akan bekerja lagi ketika hari minggu... Ehehemmm... dadah..." dia langsung berjalan pergi.
"Wanita itu... Gila..." Harsa terdiam tak percaya.
Sementara itu Chandrea berjalan dengan sangat tenang di jalanan yang begitu gelap. "Hm..hm... Apakah aku harus makan malam?" pikirnya dengan tenang, bahkan dia melewati banyak orang-orang yang nongkrong dan akan membegal korban, mereka terlihat menyeramkan seperti preman dan Chandrea hanya lewat tenang begitu saja.
Tapi mendadak, dari mereka mencegah Chandrea. "Nona... Kau sangat cantik ya?" dia mulai menggoda membuat Chandrea berhenti berjalan dengan senyum khas nya.
"Ehehehmm... Terima kasih... Dan kau jelek..." dia langsung mengatakan itu membuat pria itu terkejut.
"Apa, sialan, cepat berikan barang berhargamu?" dia kesal dan langsung mengancam chandrea yang hanya tertawa.
"Ehehehmmm."
"Sial, kau meremehkan ku?!!" tiba-tiba pria itu akan menyerang tapi Chandrea langsung memukul perutnya dan melakukan smackdown membuat pria itu langsung terjatuh dan kesakitan. Beberapa orang yang sama dengan nya pun menjadi terkejut dengan kekuatan Chandrea.
"Pergi, dia wanita gila..."
"Bagaimana wanita bisa se gila itu kekuatan nya?!"
"Dia di besarkan oleh apa, sial, gila..."
Mereka bahkan menjadi lari dan meninggalkan Chandrea yang masih tertawa kecil. "Ehehehemm... Kenapa ya aku begitu..." ia tampak tenang lalu berjalan pergi melanjutkan kepulangan nya. Mungkin masa lalu akan menentukan bagaimana Chandrea bisa menjadi sosok yang seperti itu, dia pasti dilahirkan untuk menjadi kuat, hanya saja, kegilaan dan keanehan nya membuat nya semakin aneh, memang aneh sekali.
"Ehehehmm... Aku memang aneh..."