Setelah mengalahkan banyak sekali bawahan mafia kriminal itu, Chandrea kecil langsung melarikan diri dari sana, berlari tanpa arah dan terus terengah engah sambil berpikir bahwa tak peduli ia telah membunuh sangat banyak sekali orang-orang, bahkan jumlah pembunuhan nya lebih buruk dari pada kejadian kemarin yang hanya menumbangkan satu orang.
Ketika tak tahu arah untuk berlari, dia mendadak langsung ke tengah jalan dan di saat itu juga kebetulan ada cahaya terang dari sebuah motor yang melaju.
Yang mengendarainya itu sangat terkejut apalagi Chandrea yang berhenti berjalan menatap kematian nya sebentar lagi di antara cahaya motor yang berhenti sangat cepat.
Untungnya, motor tersebut berhasil berhenti tepat pada waktunya, tepatnya motor speed yang begitu banyak dimodifikasi sehingga sangat kelihatan keren dan juga rupawan, yang mengendarainya adalah seorang pria.
"Hei, kau baik-baik saja?" tatapnya tanpa turun dan hanya menyangga motornya dengan satu kakinya.
Chandrea tak bisa melihat dengan jelas karena cahaya terang motor di antara kegelapan jalan malam itu masih menyala, menyadari hal itu membuat pria tersebut mematikan motornya.
"Kau baik-baik saja? Kau dari mana?" dia tampak menatap peduli setelah melihat sangat lama kelopak mata milik Chandrea.
"Aku… aku," Chandrea tampak tak bisa menjawab. Namun dia mendadak menoleh ke dimana dia muncul tadi. "Aku di kejar beberapa orang yang ingin menculik ku." tambahnya langsung.
"Oh astaga, kasihan sekali… Dimana rumah mu?"
"Aku--- tidak memilikinya…"
"Sepertinya akan ada cerita sedih… Kalau begitu naiklah, ikutlah dengan ku," tawar pria itu dengan sangat baik membuat Chandrea terkejut, tapi ia juga menggeleng cepat membuat pria itu terdiam bingung.
"Kenapa? Jangan khawatir, aku ini tidak jahat, aku juga punya gadis kecil soalnya," tatapnya dengan sangat lembut membuat Chandrea terdiam dan akhirnya dia menyetujuinya, kemudian dia naik ke bangku belakang dan mendekat memegang erat.
"Baiklah, jaga baik-baik dirimu," pesan pria itu sebelum benar-benar melaju sangat cepat di jalanan.
Hingga ketika sampai di sebuah tempat yang sangat cerah, rumah kecil yang tidak terlalu luas, pria itu memarkirkan motornya tepat di garasi motor yang cukup, kemudian mengajak Chandrea untuk masuk. "Masuklah,"
Ketika pintu terbuka, mendadak ada suara. "Selamat datang!!" suara riang yang sangat bahagia, langsung muncul dan melompat ke pelukan pria itu yang juga tertawa senang, tepatnya seorang gadis kecil yang bahkan hampir seusia Chandrea.
"Hup, kamu sudah lama menunggu ya," pria itu menatap sangat lembut dan gadis kecil itu tampak ceria.
Hal itu membuat Chandrea terdiam untuk berpikir sejenak. "Kenapa, aku tak pernah merasakan hal itu?"
Namun tiba-tiba pria itu menatap. "Hei, siapa nama mu?" tatapnya menurunkan gadis kecil itu yang juga menatap Chandrea dengan wajah polos.
"Ak-aku..." Chandrea tampak ragu, tapi gadis kecil itu memegang tangan Chandrea dan berjabat tangan. "Aku Jangmi, aku hanya tinggal bersama Ayah yang suka sekali jalan-jalan menggunakan motor epiknya, suatu hari, aku juga ingin menjadi sepertinya!!" dia gadis yang sangat energik sekali membuat Chandrea tersenyum kecil.
"Aku, Chandrea…"
"Chandrea, nama yang sangat bagus sekali, mulai sekarang kamu bisa bergabung di keluarga ini, anggap saja Jangmi sebagai adik mu," kata pria tadi.
Chandrea berwajah tak percaya tapi Jangmi tampak senang dan langsung memeluk Chandrea.
"Akhirnya aku punya kakak yang cantik!!"
Awalnya ini terdengar sangatlah baik, aku akhirnya bisa merasakan senyuman dari seseorang yang ramah, aku terlalu enggan untuk terbiasa di sana, itu sesuatu yang sangat bagus, hingga aku memutuskan, bahwa, aku tidak berhak mendapatkan hal ini. "(Aku hanya melihat sesuatu yang membuatku berpikir dua kali tentang kehidupan yang berbeda.)"
"Ayah, aku ingin terbang!!" Jangmi tampak mencoba menarik perhatian pria tersebut membuat nya tertawa dan langsung menggendong Jangmi juga mengangkatnya ke atas.
"Lihat! Kamu bisa terbang tinggi!!"
Sementara Chandrea hanya menatap dari arah jauh. "(Aku berpikir, aku tak pernah memiliki kehidupan yang seperti itu, apakah itu yang bisa dikatakan bahwa mereka itu lebih dari bahagia, kenapa aku tidak pernah mendapatkan hal yang seperti itu, apakah tak ada satu pun seseorang di dunia ini yang bahkan bisa mencintai ku, menyayangiku layaknya aku percaya pada salah satu di antara mereka… Hingga aku berpikir sesuatu, bahwa takdir tidak membiarkan ku mendapatkan kehidupan yang baik, dia memberikan ku kehidupan yang terus menekan ku ke bawah, membuatku menjadi sosok yang paling lemah dan mudah sekali mendapatkan kebencian dunia, mereka yang berpikir begitu, belum tentu bisa melihat kemampuan ku, mungkin takdir memang sengaja, membuat neraka untuk ku…)"
"Chandrea, kamu ingin sekolah?" tawar pria itu dengan Jangmi yang juga menatap antusias.
"Ya Ayah, sekolahkan dia, aku ingin memamerkannya ke teman-teman ku, dia sangat cantik!"
"(Untuk kali pertama aku mendengar itu, aku tidak pernah merasakan sekolah dengan sangat lama, kecuali, aku pernah masuk di hari pertama kemudian putus begitu saja karena alasan yang tidak terlalu sederhana, orang tuaku tak bisa membayar biaya sekolah dan meragukan ku untuk mendapatkan beasiswa…)"
Chandrea terdiam sebentar dengan mengepal kedua tangan kemudian menggeleng. "Aku tidak mau, sekolah… Aku hanya ingin belajar sendiri," jawab Chandrea dan siapa sangka, jawaban itu membuat keheningan panjang.
"(Aku tak bermaksud mengatakan apapun yang membuat kita semakin canggung, maksudku, aku hanya ingin mencoba untuk sadar diri karena aku baru sebentar ada di tempat ini, aku belum sepenuhnya mengenal mereka, juga mereka yang sepenuhnya tidak mengenalku, aku tahu, bahwa takdir menolakku untuk menggunakan hal yang di sebut biasa dalam kehidupan, mungkin takdir lebih menginginkan ku menjadi sosok yang lebih berbeda, sosok yang lebih baik dalam menjalani kehidupan yang cepat atau lambat, akan menjadi keras dan kejam.)"
"(Jadi aku memutuskan, untuk mengasingkan diri….)"
"Ayah!! Dimana Chandrea!!" teriak Jangmi mencari di sekitar rumah, mereka mencari dengan panik.
"Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa dia pergi? Padahal belum ada seharian penuh dia di sini, bukankah ini aneh sekali," tatap pria tersebut dengan heran, tapi dia kebetulan menemukan kertas dengan uang yang begitu banyak di meja, sepertinya itu pesan dari Chandrea.
"Jangmi, sepertinya dia memiliki pemikiran yang matang untuk memutuskan, karena dia terlihat sekali ingin hidup sendirian dan melakukan semuanya secara mandiri," tatap Ayahnya yang menjelaskan kertas itu.
"Tapi, dia hanya seorang gadis…" Jangmi menjadi kecewa. "Kupikir kita akan menjadi saudara…"
"Siapa tahu, dia pasti bisa menjadi wanita hebat."
Dan begitulah, aku bisa belajar di siksa oleh neraka dunia dan menjadi wanita yang sekarang, aku memang sudah di tawari dengan kehidupan baik, tapi aku lebih memilih menolaknya.
***
"Ah, Jadi kamu sekarang benar-benar menjalani kehidupan biasa?!" Jangmi tampak mengobrol dengan Chandrea di sofa apartemen Chandrea sendiri.
"Iya, aku mencoba memutuskan hal ini... Karena aku sudah bosan dengan kehidupan yah... Kamu tahu lah... Ehehehehem," Chandrea menatap asik juga. Mereka memang seorang kenalan dan pertemuan mereka bisa di bilang cukup menarik dan unik.
"Oh iya, ceritakan padaku dong, soal kampus nya... Oh dan juga, aku ingin cerita soal perjalanan ku dengan motor ku!" tatap Jangmi.
"Eheheheeemmm, boleh, cerita saja…"
Obrolan mereka benar-benar asik seperti wanita pada umumnya, tapi tentunya tak ada yang tahu. Bisa saja masa lalu Jangmi lebih mengerikan dari Chandrea.
"Oh, eheheehem, bisa aku tahu dimana Ayah mu? Kita sudah berpisah sangat lama dan keajaiban datang dengan aku bisa mengenali wajah cantikmu," kata Chandrea.
"Ahaha terima kasih, kamu juga cantik sekali… dan, soal Ayahku, aku cukup sedih mengatakan nya, dia mati kecelakaan dengan motornya, dia tertabrak truk container dan meninggalkan ku saat usiaku sudah 15 tahun, dari sana aku memutuskan untuk menjadi sama sepertimu sekarang, ketika kamu lihat aku sangat kuat, kamu akan memujiku, Chandrea," tatap Jangmi dengan penuh tekad membuat Chandrea menyukai semangatnya.
Lalu Jangmi kembali bicara. "Apakah aku benar-benar di bolehkan menginap dan tinggal di sini bersama mu?" dia menatap antusias.
"Ehehehem, ya," Chandrea mengangguk dengan senang juga.
"Ah, terima kasih, kamu dari awal memang bersikap baik ya, ups, tidak, tidak, Chandrea akan selalu jahat bagi mereka yang jahat, dan baik bagi mereka yang baik, benar kan?" Jangmi Kembali menatap.
"Ehehem, aku suka kalimat mu, ehehem,"
"Ngomong-ngomong, bagaimana kondisimu? Aku benar-benar ingin kamu menjawab dengan jujur, Chandrea," mendadak Jangmi menatap tajam membuat Chandrea menurunkan senyum nya, bahkan ia menyenderkan tubuhnya di sofa dan menghela napas panjang.
"Jangan khawatir, aku hanya melakukan keseharian yang aku inginkan. Sekali lagi, yang aku inginkan."
--
Terlihat pagi ini, Jangmi terbangun dari tidurnya, dia menguap lebar di ranjang yang empuk dan melihat ke samping nya yang rupanya ada Chandrea tertidur semalaman dengan nya dan sekarang tampak terbaring pulas tertidur.
Jangmi kemudian mendekat dan memeluknya. "Bangun Chandrea... Kamu tak ingin ke kampus kah?" tatapnya.
Lalu Chandrea membuka mata pelan dan tersenyum kecil. "Heehehemm, aku akan bangun," balasnya setengah ngantuk.
Tak lama kemudian, terlihat Chandrea memakan roti selai di meja dapur sambil menatap ke ponselnya sementara Jangmi baru saja keluar dari kamar mandi.
"Hei, Jangmi, lihatlah ini," Chandrea memanggil membuat Jangmi bingung dan berjalan mendekat.
"Lihat ini," Chandrea menunjukan berita yang baru-baru ini jadi perbincangan di media sosial.
"Di sini tertulis kan sudah ada banyak sekali wanita di temukan meninggal di kolong jembatan dengan bekas luka cekikan tali di lehernya dan mereka di perkosa sesudah mati. Hal ini sudah terjadi banyak sekali, kira-kira apakah itu akan terus berlanjut?" tatap Chandrea.
"Hm... Seharusnya kasus seperti ini hanyalah biasa saja karena pastinya dunia ini tak luput dari bahaya termasuk untuk wanita.... Jika itu memang benar, memang nya urusan kita apa," Jangmi tampak tak peduli sambil berjalan pergi untuk memakai bajunya karena tadi dia masih memakai handuk mandi.
Komentar Jangmi tadi membuat Chandrea terdiam berpikir. "Hm, tidak mungkin yang melakukan nya mereka kan?" ia tampak berpikir tentang pelaku itu, tentunya jika ada kasus seperti itu, pastinya berhubungan dengan gangster-gangster di jalanan Sang Ratu miliknya, tapi kenapa kasus itu mengatakan terjadi di kolong jembatan, tentu saja kolong jembatan tidak termasuk ke dalam Jalanan Sang Ratu.
"Tidak mungkin mereka," dia masih berpikir serius dan tak sengaja melihat jam di ponselnya yang rupanya menunjukan waktu untuk ke kampus.
"Ups... Jangmi!! Aku akan pergi sekarang, aku akan pulang malam, jika ingin makan, bisa hubungi aku!!" kata Chandrea yang berjalan pergi lalu di susul suara Jangmi.
"Iya!!! Hati hati!"