webnovel

Ibu dan adik tiri Kana

Dengan berat hati Damian menjawab, " Kalau lagi ada masalah wilayah atau perebutan kekuasaan bisa sayang"

"Tapi, keluarga Ganendra gak akan pernah goyah. Jadi gak ada yang namanya perang perebutan dalam hal apapun" sambungnya.

" Tapi kalau gitu, tetap aja bisa jadi ada yang dendam sama kamu kan?" celetuk Kana. Damian lagi-lagi diam, gadisnya terlalu pintar dan cepat mengerti.

" Hm "

" Tenang, aku orang yang gak takut mati kok. " ucap Kana dengan santai. Damian menggenggam tangan Kana dan menciumnya perlahan, " Tapi kamu takut sakit" kekehnya meledek.

" Kamu gak akan kenapa-kenapa selama ada aku, sayang"lanjut pria itu dengan nada menenangkan. Ia bersungguh-sungguh bahwa selama ia masih hidup maka Kana pasti selalu aman.

Kana diam, masih memejamkan matanya dengan pikiran yang berkecamuk. Ia merasa Damian sangat mengenal dirinya, seolah mereka adalah orang yang sudah bertahun-tahun bersama sampai pria itu tau banyak hal tentang Kana.

"Dam, kamu udah kenal aku sebelum ini ya?" celetuk Kana tiba-tiba.

" Ah, sebentar sayang. Aku harus menemui Raven dulu " potong Damian dan langsung pergi meninggalkan Kana. Membuat gadis itu semakin curiga dengan Damian yang tampak menghindari pembicaraan, hingga Kana memutuskan untuk tidak menanyakan perihal itu beberapa saat kedepan.

*****

Jam makan malam hampir tiba, para pelayan terlihat sibuk menata makanan di ruang makan mansion mewah itu. Kana sedang menonton Drakor di ruang tengah dengan posisi menyandar pada dada bidang suaminya, namun getaran dari ponsel Kana menginterupsi kegiatan mereka.

Ibu is calling…

Kana menatap Damian, begitu pun sebaliknya. Kana menyiapkan hati, karena berbagai kata menyakitkan akan dilontarkan oleh ibu tirinya begitu ia menjawab telepon itu. Damian yang menyadari situasi Kana pun merengkuh gadis itu semakin erat dalam pelukannya, " jawab saja teleponnya dan jangan lupa di lous speaker karena aku juga mau dengar, sayang " bisiknya lembut dan diangguki oleh Kana.

" Halo, Bu?" sapa Kana pelan.

" KEMANA SAJA KAMU ANAK SIALAN? SUDAH BERANI GAK PULANG KERUMAH YA? HEBAT! MAU JADI APA KAMU DILUAR SANA? MAU JADI JA*ANG YA SEPERTI IBUMU?" teriak Laras, ibu tiri Kana.

" Kana akan pulang untuk mengambil beberapa barang nanti, Bu "

" APA KAMU BILANG? MEMANGNYA KAMU SUDAH GAK MAU TINGGAL DISINI LAGI? PULANG SEKARANG JUGA KANA!!!" nada Laras meninggi emosi. Berani-beraninya anak tidak tau diri itu pergi dari rumah dan meninggalkan mereka begitu saja? Jika Kana tidak ada, lalu siapa yang akan memberi uang, memasak, dan mengurus rumah? Batinnya.

Damian muak mendengar Kana dibentak oleh wanita tua berlidah tajam itu, diambilnya ponsel Kana " Kami akan tiba disana 30 menit lagi " ucap Damian dengan suara dingin.

"SIAPA KAMU BR*NGSEK? KENAPA HANDPHONE KANA BISA- " teriakan Laras terhenti lantaran Damian menutup panggilan begitu saja.

Pria itu menatap Kana, gadis itu terlihat tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Menganggap hal itu adalah hal yang biasa, bukan berarti tidak menyakiti hatinya. Lily dan pelayan lain yang mendengar perkacakapan Kana dengan ibu tirinya pun merasa geram, kenapa bicaranya sama sekali tidak bisa dilembutkan sedikit pun pada anaknya sih? Mereka memandang Kana dengan tatapan prihatin.

" Sayang, ayo kerumah kamu ambil barang dan selesaikan hubungan antara kamu dengan keluarga tirimu " ajak Damian. Kana berpikir sejenak, bisakah ia benar-benar melepas ikatan dari keluarga tirinya? Memang selama ini ia lelah menghadapi mereka, tapi hanya mereka yang Kana miliki sebagai keluarga saat ini. Tapi Kana takut jika kembali disiksa oleh ibu dan adiknya. Setiap malam yang ia lewati disana bagaikan neraka tiap detiknya, kata-kata yang menusuk hati selalu melayang setiap ibu tirinya membuka mulut. Mata gadis itu melirik ke arah Damian, suami yang menurutnya cukup aneh. Terlalu dadakan, terlalu mengerti dirinya, dan terlalu cepat juga mereka beradaptasi satu sama lain. Suami yang pastinya membela dirinya jika ibu dan adiknya berani menganiaya dirinya lagi, ia yakin. Pria itu menjaga Kana bagaikan sebuah harta karun.

Lily menghampiri Nona nya yang terlihat bingung, " Nona, mau kami temani kesana juga? Saya serta beberapa pengawal juga akan turut menemani Nona dan membantu membereskan barang Nona. " usul Lily dengan wajah meyakinkan.

" Em, baiklah. Tolong temani aku ya Ly" Kana dan Damian segera bersiap-siap begitupun Lily dan pengawal lainnya.

*****

Mobil yang digunakan oleh Kana dan rombongan pengawal Damian tampak menarik perhatian ketika memasuki komplek rumah Kana yang biasa saja, terlihat dari para tetangga yang berbondong-bondong mendekat ke arah mobil berhenti, yakni rumah Kana. Padahal sudah memasuki jam makan malam, tapi tetap saja ada orang yang mengintip.

Laras, ibu tiri Kana berlari buru-buru keluar begitu melihat mobil mewah berhenti di depan rumahnya lalu disusul oleh Lena, adik tiri Kana. Para pengawal membukakan pintu mobil untuk Kana, sejenak para tetangga maupun keluarga tirinya terpanah melihat penampilan Kana yang sangat berubah. Bukan lagi kaos dan celana panjang kucel, melainkan dress simple berwarna hitam namun terlihat mewah melekat dengan sempurna ditubuh rampingnya. Lalu muncullah Damian, pria tampan dengan wajah campuran bule yang terlihat sangat berkelas.

"wahh cakep banget " decak kagum dari tetangga disana terdengar, mereka sangat terpesona melihat penampilan Damian yang tampak sempurna dalam balutan kemeja hitam. Melihat hal itu, Lena pun ikut terpesona. Gadis dengan rambut merah menyala itu berlari ke arah Kana dan Damian yang bergandengan tangan.

Wajahnya terlihat angkuh saat menatap ke arah gandengan tangan pasangan suami istri itu, " Ini siapa kamu, Kan? " tanyanya penasaran.

" Suamiku, namanya Damian " jawab Kana dengan senyum manis.

Sial, tidak mungkin Kana yang jelek itu mendapatkan pria setampan Damian! Gue yang cantik ini pasti bisa ngerebut Damian dari Kana. Pikir Lena dengan semangat membara. Ia memutar tubuhnya ke arah Damian, menyodorkan tangannya dengan senyum sensual "Hai, aku Lena " yang bahkan tidak dilirik oleh Damian sama sekali.

Laras menatap Kana yang kini memakai pakaian bermerk dan menaiki mobil mewah, bagaimana bisa dalam waktu semalam saja anak ini berubah segitunya?

" Kana, masuk rumah! Ngapain kamu bawa om-om kesini hah? Mau pamer hasil kamu kemarin gak pulang ke rumah? BAGUS YA KAMU! Makin besar bukannya makin benar, malah makin murahan " hardik Laras pada Kana. Lily dan beberapa pengawal lainnya melirik Damian yang menggertakkan giginya kesal lantaran disebut Om-om.

" Ini suami Kana, Bu. Bukan Om-om " jawab Kana dengan tenang.

" Berapa umurnya, hah? Pasti jauh dari kamu kan? Apalagi kalau bukan Om-om? "

" Udahlah Ma, bawa aja dulu tamunya ke dalam. Gak enak dilihat tetangga " usul Lena, ia mendekatkan diri pada ibunya " Bu, pria ini orang kaya. Jadi ayo kasih mereka masuk aja dulu, habis itu kita buat minum bersama ya, ada yang mau aku kasih tau " bisik Lena pada Laras.

Wanita bermulut tajam itu langsung menyetujui usul putri kesayangannya,

" Ya sudahlah, masuk dulu kalian " kata Laras pada rombongan tamunya.

Mereka masuk ke ruang tamu rumah Kana yang terlihat minimalis namun cukup berantakan, karena Kana yang biasa membereskannya tidak ada dirumah. Lily dan pengawal yang ikut menatap nanar ke arah pemandangan rumah tak terurus itu. Mereka tau bahwa hanya Kana yang mengurus rumah ini sementara dua orang lainnya hanya sibuk menikmati hidup dengan uang hasil kerja keras Kana.

Di dapur, Laras sedang mengaduk teh manis untuk tamu-tamunya.

" Ma, tamunya ada 7 orang kenapa teh nya cuma ada 2 ? " tanya Lena dengan bingung.

Laras melirik putrinya, " Kana gak usah dikasih teh, yang dikasih teh cuma pria tampan itu sama ibu yang kelihatan kaya tadi saja. Sisanya juga palingan Cuma pekerja, jadi gak usah. " jelasnya.

"Eh, jangan gitu Ma! Cowok tadi itu tuh pasti kaya banget, jadi Lena berencana rebut dia dari Kana dengan cara kita pura-pura baik aja didepan mereka semua dan kita minta ikut pindah kerumah suaminya Kana. Terus kita juga harus kasih mereka semua minum Ma, biar kelihatan jadi orang yang baik gitu loh didepan Damian calon suami aku" terang Lena dengan semangat membara. Ia tidak sabar menjadi Nyonya kaya yang mengenakan pakaian mewah seperti Kana. Laras tentu saja turut hanyut dalam khayalan, sama seperti putrinya.