Anggi merasa bangga pada dirinya sendiri. Senyum puas bahkan belum mau turun dari bibirnya. "Tck, harusnya aku menjadi seorang aktris, bukan editor buku." ia bermonolog dengan wajah sombong, "baiklah, sekarang apa yang harus aku lakukan pada pangeran kodok agar dia tidak mengganggu acara makan malam Romeo dan Cinderella?"
Jemari lentiknya menggapai ponsel pintar milik Inggrid yang berhasil dia ambil sebelum sahabatnya itu turun dari dalam mobilnya. Satu lagi, telpon dari nomor tak dikenal saat masih di rumah, itu juga adalah ulahnya. Mungkin apa yang dia lakukan terlihat sangat menyebalkan. Tapi Anggi benar-benar tidak bisa membiarkan Inggrid berakhir bersama Putra.
Walaupun alasan Inggrid kembali mendekati Putra adalah untuk membalas dendam. Tapi perbedaan dendam dan cinta itu seperti bulu ketiak yang dibelah menjadi tujuh, lebih tipis dari isi dompet di akhir bulan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com