webnovel

Inevitable Fate [Indonesia]

Siapa bilang seorang Nathan Ryuu, lelaki blasteran Jepang - Perancis, adalah anak dari seorang konglomerat besar, sudah hancur dan tak memiliki cinta usai dia kalah dari Vince Hong dalam memperebutkan Ruby? Lelaki muda dan berkuasa ini terlalu jauh dari kata menyerah, meski pemikiran itu sempat menghinggapinya di awal-awal perceraiannya. Nyatanya, takdir dari langit mencoba menawarkan asa baginya untuk sekali lagi bertaruh pada cinta wanita tak terduga. Apakah dia berani mengambil taruhan itu? Wanita itu, Reiko Arata Zein, seorang blasteran Jepang - Indonesia yang harus berjuang sendiri ketika dunia sedang menguji dan menderanya. Kalaupun mereka memutuskan untuk bersatu, bisakah menghadapi semua badai yang diciptakan orang-orang di sekitar mereka? Atau lebih baik menyerah demi kebaikan bersama? ================================== =*= Novel DEWASA =*= ================ Tolong yang belum umur 18 tahun jangan coba-coba melirik apalagi membaca novel ini atau penulis tidak akan bertanggung jawab apabila Anda dewasa sebelum waktunya. Bijaksana dan bijaksini dalam memilih bacaan yang sesuai dengan Anda. Language: Indonesia Warning: (mungkin) akan ada adegan-adegan dewasa Source of story: (spin-off) Lady in Red 21+

Gauche_Diablo · สมัยใหม่
Not enough ratings
702 Chs

Gugup dan Canggung

Be strong, don't be afraid

You're not alone in this world

- Be Strong by Heritage Singers -

==================

Reiko sudah tiba di ruang makan, berdiri gugup dan masih tak tahu harus bagaimana. Seumur-umur, baru ini dia masuk ke hunian yang begitu besar dan dipenuhi barang-barang yang pastinya mewah.

Bahkan ukuran kamarnya yang ditempati dia saja sepertinya seukuran dengan seluruh rumah orang tuanya dahulu.

Saat ini dengan situasi aneh yang dia lalui, di tempat yang tidak dia pahami dan di bawah tatapan Nathan Ryuu pula, bagaimana mungkin dia tidak gugup?

"Nona Arata, kemarilah." Nathan Ryuu memanggil, nadanya sedikit membiaskan ketidaksabarannya karena gadis itu malah berdiri canggung di sana dan hanya melangkah sangat pelan ke meja makan. "Ayo kita makan."

"Um ... Tuan ...."

"Jangan sungkan, Nona Arata. Biasakan saja dirimu di sini. Aku takkan menggigitmu, kau bisa tenang mengenai itu." Nathan Ryuu mengambil anggur di depannya dan memakan penuh aura elegan yang menarik.

Tak ingin membuat tuan rumah sebal karena menunggu lebih lama, Reiko mulai berjalan ke meja makan meski hatinya masih ragu dan sikapnya canggung.

Bisa dikatakan, Reiko adalah gadis yang tidak terlalu pintar bergaul. Dia tak mudah akrab dengan sembarang orang tanpa mengenal dulu beberapa bulan dan tahun. Maka, tak heran jika dia gugup saat ini.

"Um, aku-"

"Bu Meguro, tolong mangkuk nasinya." Nathan Ryuu memotong ketika Reiko ingin mengucapkan sesuatu. "Tolong berikan ke Nona Arata, atau boleh aku panggil Nanako saja?"

"A-ahh! Ya, tentu boleh." Reiko masih ingat bahwa dia mengaku bernama Nanako pada Nathan Ryuu hanya sebagai tindakan waspada saja. Orang Jepang tidak mudah memberikan biodata aslinya pada siapapun yang baru dikenal.

"Ohh, tadi ingin mengatakan apa, Nanako?" Nathan Ryuu mulai mendekatkan mangkuk nasinya sendiri yang mungkin sudah mulai dingin karena terlalu lama menunggu Reiko.

Sembari Bu Meguro mengambilkan semangkuk nasi pada Reiko, gadis itu menggeleng dan menjawa, "Ahh, tidak ada. Tidak ada, Tuan."

"Aku sudah memanggilmu Nanako, maka kau tak perlu lagi memanggilku terlalu formal begitu. Cukup panggil Ryuu saja tak apa." Nathan Ryuu mengambil sepotong ikan untuk dirinya.

"Tuan, sepertinya nasi Anda sudah dingin." Bu Meguro secara sopan berbicara pada Nathan Ryuu. "Biarkan saya ambilkan yang baru saja yang lebih hangat."

Dari situ, Reiko langsung mengerti bahwa Nathan Ryuu cukup lama menunggu dia datang ke ruang makan ini sampai nasinya menjadi dingin. Astaga, mendapati ini, Reiko merasa tak enak hati.

"Tidak usah, Bu Meguro. Ini masih baik-baik saja dan layak." Nathan Ryuu tersenyum singkat ke kepala pelayannya.

Sreekk! Reiko yang baru saja duduk, sudah kembali berdiri dan dia segera mengambil mangkuk kosong untuk dia isi dengan nasi dari alat penghangat nasi dan dia serahkan pada Nathan Ryuu sambil dia membungkukkan sedikit tubuhnya.

Nathan Ryuu dan bu Meguro cukup terkejut juga dengan tindakan Reiko, terlebih si Onodera muda itu. Tidak mengira Reiko melakukan hal demikian untuknya.

"Ohh, Nanako ... tidak perlu repot begini untukku." Nathan Ryuu belum menerima mangkuk nasi yang disodorkan Reiko di sebelahnya. Ia masih memandangi gadis itu yang belum menaikkan kepalanya.

"Saya ... umm ... ini kesalahanku sehingga nasi Tuan Ryuu menjadi dingin. Nasi dingin tidak baik untuk pencernaan, itu kata ibu saya." Reiko mengatakan secara tegas dan lugas sambil dia masih menundukkan kepalanya, dan kedua tangan terjulur dengan mangkuk ke Nathan Ryuu.

Tak mau Reiko terus dalam posisi demikian, maka tak ada pilihan lain bagi Nathan Ryuu selain mengambil mangkuk nasi hangat tersebut dari tangan Reiko. Hatinya sedikit bergetar ketika tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan meski hanya sekejap.

"Hm ... terima kasih, Nanako." Nathan Ryuu menggenggam mangkuk itu yang ternyata cukup panas. Dia jadi merasa bersalah karena tidak segera mengambilnya dari tangan Reiko tadi. Pasti telapak tangan gadis itu terasa panas dan sakit, kan? Bodohnya dia tidak berpikir mengenai itu! "Sekarang, kau bisa kembali ke kursimu, Nanako."

Reiko pun mengangkat kepalanya sehingga tatapan mereka bisa saling berpaut. "Iya, Tuan."

"Dan Nanako ... jangan panggil aku tuan lagi, karena aku bukan tuanmu. Tolong panggil aku Ryuu seperti teman-temanku yang lain memanggilku." Ia berikan seulas senyum pada gadis yang kini kembali ke kursinya.

Reiko mengulang perkataan Nathan Ryuu di hatinya. Teman? Apakah lelaki itu menganggap dirinya teman? Tapi ... bagaimana bisa? Mereka sangat berbeda dalam hal apapun ... status, kekayaan, mungkin juga ... usia?

Gadis itu sangat yakin bahwa usia Nathan Ryuu tidak mungkin berada di kisaran 20-an. Tidak mungkin. Lelaki itu memberikan nuansa lelaki umur 30 atau 40 tahun yang matang dan dewasa.

Reiko tidak salah. Nathan Ryuu memang sudah lama meninggalkan umur 20-an. Dia ada di 40 awal. Meski begitu, wajahnya masih terlihat menawan bagai lelaki di awal 30, lelaki yang baru saja matang. Tidak, dia sudah benar-benar matang dan mandiri.

Sementara itu, Reiko masih berusia 22 tahun. Mereka terpaut cukup banyak. Apakah itu masih bisa dikatakan teman jika jarak usia mereka cukup jauh?

Reiko makan perlahan-lahan sambil dia terus merenungkan banyak hal, terutama mengenai kelanjutan kehidupan dia setelah ini.

Tidak mungkin dia akan bernaung di vila ini seterusnya. Tidak mungkin dia akan mendompleng di tempat ini berlama-lama. Selain ini adalah hunian seorang lelaki, dia juga tidak mengenal dekat Nathan Ryuu.

Orang harus selalu waspada, ya kan?

Reiko tidak mau kejadian pahit dengan tuan Yamada terulang lagi. Itu adalah hal paling buruk yang pernah menimpa dirinya dan mungkin akan meninggalkan bekas yang mendalam dan menyakitkan, melebihi segala luka fisik yang sedang dia derita saat ini.

Bagaimana pun, luka batin lebih sulit dan lama penyembuhannya dibandingkan luka fisik.

Usai acara makan pagi yang sebenarnya terlambat, bu Meguro menyuruh pelayan perempuan lainnya untuk membereskan meja, sementara dia menyiapkan jas dan tas kerja untuk majikannya.

Reiko tak tahu dia harus berada di mana saat ini. Maka dari itu, dia pun memilih untuk berdiam diri di meja makan saja karena masih sangat asing pada hunian ini.

"Nanako, aku akan pergi bekerja sebentar," ujar Nathan Ryuu usai dia mengenakan jas kerjanya dan masuk ke ruang makan. "Kalau kau butuh sesuatu, minta pada bu Meguro, jangan ragu. Perbanyaklah istirahat dan makan yang benar dan bergizi. Aku akan lekas pulang, mungkin sore atau sebelum itu."

"Iya, Tu--mmhh ... R-Ryuu." Reiko menjawab sambil mengangguk tanpa memandang wajah Nathan Ryuu.

"Oke, aku pergi dulu, baik-baiklah di sini menyembuhkan lukamu." Kemudian, usai mengatakan itu, pria Onodera itu melangkah keluar dan menghilang sampai terdengar deru lembut mesin mobilnya menjauh dari carport depan.

Kini, apa yang harus dilakukan Reiko? Ia benar-benar merasa asing di sini. Apa yang perlu dia perbuat sekarang?