webnovel

Icewind Dale

kisah ini menceritakan tentang wilayah paling dingin di dunia. wilayah tersebut disebut dengan Icewind Dale. wilayah itu terkenal dengan julukan Everlasting Rime karena hujan salju tidak pernah berhenti disana. cerita ini berasal dari game bernama dungeon and dragon (DnD)

Snow_No_Man · อื่นๆ
เรตติ้งไม่พอ
19 Chs

Things That Will Happen In The Cave Part 1

Penginapan ini tidak menyediakan penerangan apapun.

Sebagai gantinya, cahaya aurora yang begitu indah masuk dan menyelimuti ruangan.

Penduduk bilang aurora itulah yang membuat dataran ini terbelenggu oleh musim dingin tanpa akhir.

Menikmati aurora yang indah itu terasa begitu salah karena aurora itu jugalah yang membuat dataran ini menjadi dataran yang begitu berbahaya.

Kota ini punya aturan yang begitu aneh. Saat tengah malam tiba, penduduk kota ini tidak ada yang menyalakan api sama sekali. Maka dari itu kota ini layaknya kota mati yang tak berpenghuni.

Mungkin ini semacam tradisi atau semacamnya.

Ngomong-ngomong perkelahian tadi berakhir dengan damai. Dengan sedikit dorongan dariku, Vector dengan sukarela membayar biaya perbaikan.

Aku tidak akan menjelaskan dengan detail, apa yang aku lakukan terhadap Vector, tapi yang jelas dia tidak akan berani menganggu kami lagi.

Meski tubuhku lelah karena beberapa insiden yang terjadi hari ini, tapi ini kesempatan untuk bicara berdua dengan Fiona.

Saat ini aku duduk di ruang makan penginapan. Di hadapanku terdapat satu kursi yang kosong dan saat ini aku sedang menunggu Fiona datang.

"Jadi, apa yang mau kau katakan?" Suara Fiona terdengar dari arah belakangku.

"Ini mungkin akan menjadi pembicaraan yang panjang, kenapa tidak duduk dulu?"

"Baiklah"

Tidak berselang lama, Fiona duduk tepat di kursi kosong itu dan mulai menatap menu makanan.

"Apa kau yakin ingin menjadi salah satu prajurit kerajaan?"

"Jadi hanya ingin bertanya hal itu? Di Tavern kan aku sudah bilang kalau mama sudah mengizinkan aku untuk menjadi salah satu prajurit" Fiona masih menatap menu makanan.

"Baiklah, aku akan ganti pertanyaanku. Apa kau siap membunuh seseorang?"

"Eh? Kenapa kau bertanya seperti itu?" Wajah Fiona terlihat begitu terkejut dan menatapku dengan tatapan yang bingung.

Wajar saja dia terkejut mendapat pertanyaan seperti itu.

"Menjadi seorang prajurit berarti harus siap melakukan tindakan apapun yang diperintah oleh Kerajaan tanpa terkecuali. Apa kau bisa melakukan itu?" Aku menatap serius ke arah Fiona.

Fiona terlihat menunduk, aku tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, tapi aku yakin dia kebingungan.

Pertama kalinya aku membunuh adalah saat kejadian dimana seorang penyusup masuk ke dalam istana.

Itu adalah pertama kalinya aku membunuh di dunia ini.

Gadis cantik seperti Fiona tidak seharusnya mengotori tangannya.

"A-aku.. Aku tidak akan membunuh!" Kini dia menatapku dengan penuh keyakinan.

"Sudah kubilang kan ka-"

"Aku akan menolak perintah itu. Lagipula sihirku digunakan untuk menolong orang, bukan sebaliknya!"

Naif.

"Naif. Bagaimana nantinya jika kau terlibat dalam situasi yang mengharuskan kau untuk membunuh dan jika tidak kau yang akan terbunuh"

"Jika ini menyangkut kehidupan seseorang, aku lebih baik mati! Aku bisa kan membuat dia tidak bisa bergerak atau semacamnya, lagipula.... Aku kan punya kalian untuk menjaga aku nanti!" Dia kini tersenyum, senyumannya terlihat begitu polos.

Tanpa sadar aku tersenyum kecil.

"Baiklah, kau menang. Saat kita sudah menangkap Darius, aku akan segera meminta atasanku untuk membuatmu menjadi prajurit"

"Senang mendengarnya, kurasa ini tidak akan sulit kan? Lagipula, kita hanya akan menangkap penjahat saja"

"Kuharap begitu. Oh iya... Waktu itu kenapa kau mengarahkan sihirmu ke arah Sephek? Bagaimana jika ternyata dia itu seorang manusia dan itu pasti akan membuatmu menjadi seorang pembunuh

"Sihir fireball-ku tidak cukup kuat untuk membunuh makhluk hidup, kurasa ukurannya memang besar, tapi sebenarnya apinya tidak terlalu panas. Aku pernah merapal mantra itu ke arah seekor rusa dan hasilnya rusa itu hanya mengalami luka bakar ringan.

"Pantas saja"

Aku memang terkejut dengan ukurannya, tapi jika ternyata api itu tidak terlalu panas, bukankah itu tidak ada artinya?

Kurasa itu hanya akan dijadikan sebuah pengalihan saja.

Setelah pembicaraan ini selesai, aku langsung pergi ke kamar penginapan dan Fiona kembali ke rumahnya.

Meski badanku kelelahan, aku tetap tidak bisa tidur.

Entah kenapa sekarang aku hanya menatap keluar jendela dan memandangi aurora yang menyelimuti langit-langit.

Setelah perkelahian di tavern itu, sebelum kami pergi ke penginapan, ada seorang pria yang mengundang kami untuk datang ke rumah kepala desa.

Berhubung dia kepala desa, mungkin dia tahu jalan ke Revel's end. Jadi kami menerima undangan itu.

Mungkin kepala desa itu punya informasi yang lebih berguna dibandingkan Kelompok Vector.

X--X

Kami bertemu di Tavern kedua yang bernama Blue Clam. Tavern ini, berada cukup dekat dengan pesisir pantai.

Disini cukup sepi karena sebagian besar orang yang datang kesini adalah seorang nelayan, dan saat ini sudah jam kerja mereka.

Pada awalnya aku berpikir kalau kepala desa yang disini akan sama seperti di Lonelywood, tapi ternyata aku salah.

Oaurus masthew, dia seorang half-orc. Badannya lebih besar dari ukuran manusia normal pada umumnya, berbadan cukup kekar dan berwajah sedikit menyeramkan. Meski begitu dia cukup baik jika dilihat dari tindakannya. (Half orc = ras campuran antara manusia dan orc.)

"Silahkan pesan apapun yang kalian minta. Ngomong-ngomong Kota kami terkenal akan olahan ikan yang begitu enak, jadi aku sarankan untuk memesan sup ikan.

"Serius!?" Ucap Delta sambil tersenyum lebar.

"Tentu saja... Asal kalian menerima permintaan kami ini"

"Kau pasti ingin meminta kami untuk mengurus monster di tambang kan?"

"Hahaha, Fiona, temanmu cepat sekali tanggap yah..."

"Lebih tepatnya dia tidak suka basa-basi" Ucap Fiona sambil menatap menu makanan. "Pelayan!"

"Tunggu sebentar" Dari kejauhan, aku bisa melihat seorang pelayan wanita datang menghampiri meja kami.

"Baiklah, aku akan langsung ke intinya. Kau tau kalau tambang sedang di kuasai oleh para kobold?"

"Kurang lebih aku tahu garis besarnya" Kataku.

"Aku pesan ikan bakar dan Ginger ale"

"Aku pesan makanan yang paling enak Dan Zero, kau mau pesan apa?"

"Samakan saja denganmu"

"Baiklah, makanan yang paling enak dan minuman yang paling enak 2"

"Aku pesan seperti biasa"

"Baiklah, tunggu sebentar" Pelayan itu menundukkan badannya kemudian pergi dari meja kami.

"Kelompok Vector yang kau kalahkan itu adalah salah satu kelompok pemburu dari kota Targos"

"Kelompok mereka sangat lemah. Pilihan tepat kau memanggil kami!" Delta membusungkan dadanya.

"Hahaha, mereka pasti bukan apa-apa dibandingkan dengan pahlawan Lonelywood"

"Pahlawan, hehe, pahlawan kah... Itu benar! Kita ini memang pahlawan!"

Aku tidak menyangka kalau informasi ini begitu cepat menyebar.

"Tidak ada korban jiwa saat para kobold itu menginvasi tambang, tapi kurasa mereka harus segera diusir. Apa kalian bisa melakukannya?"

"Berapa yang bisa kau berikan?"

"50 koin emas. Bagaimana menurutmu?"

"Kita sepakat jika kau punya seseorang yang tahu jalan ke Revel's End"

"Apa tujuanmu?" Tiba-tiba Oaurus menstap tajam ke arahku, nadanya terasa begitu berat.

"Ada seseorang yang aku kejar dan sekarang dia sedang menuju kesana"

"Aku tau orang yang bisa membantumu, tapi aku tidak yakin dia akan membantu. Lagipula, dia berada di Targos. Dia kenalan lamaku dulu"

"Beri tahu saja aku orangnya, sisanya serahkan padaku"

"Sepakat"

Kamipun berjabat tangan.

X--X

Saat ini kami sudah berada di pintu masuk tambang. Gerobak kosong terparkir di pintu masuk.

"Kalian terlihat siap untuk sebuah bencana, khususnya dia" Ucap Oaurus sambil menunjuk Delta.

"Aku selalu siap dengan apapun!" Delta terlihat begitu bersemangat.

"Apapun yang terjadi aku berada di posisi tengah yah..." Ucap Fiona sambil mengangkat jempolnya.

"Tenang saja, aku akan melindungimu apapun yang terjadi" Delta ikut mengangkat jempolnya.

"Hei lihat ini" Kataku.

Tepat di sebelah pintu masuk terdapat papan kayu yang disangga dan ditulis dengan arang bertuliskan "hanya kobold yang boleh masuk"

"Hanya kobold? Siapa yang menulis ini?" Ucap Fiona sambil menyentuh papan itu.

"Kurasa kobold yang menulisnya" Ucap Oaurus.

"Apa hari sebelumnya ada tulisan ini?"

"Tidak, kemarin masih tidak ada"

Kurasa ini akan menjadi sedikit lebih sulit.

X--X

Penglihatan Kami terbatas karena alat penerangan kami hanyalah dua obor dan satu lentera.

Saat keadaan seperti ini satu-satunya yang dapat kami andalkan adalah pendengaran.

Meski Delta Itu bodoh, setidaknya dia sudah berpengalaman dalam situasi semacam ini. Dia sudah belajar dari pengalaman.

Setelah beberapa saat kami memasuki ke dalam tambang, ada tiga jalan yang berada di hadapan kami. Sebelum pertigaan itu, terdapat rak yang berisi berbagai macam benda untuk keperluan tambang, seperti beliung kapak, palu dan berbagai macam benda lainnya.

"Lihat ada jejak" Fiona berjongkok dan menyentuh lantai tanah itu.

Aku mengambil beberapa palu kecil yang berada di rak itu. Palu itu ukurannya hampir sama dengan belati yang kubawa, jadi kurasa itu tidak memakan banyak ruang di tasku.

Aku menyimpan palu itu di tas peralatan yang tergantung di sebelah pinggangku.

"Hei, ada jejak kaki disini!"

"Sutttt, pelankan suaramu" Kataku sambil menaruh telunjuk di depan mulut.

Fiona kemudian dengan cepat menutup mulutnya.

Aku dan Delta kemudian mendekati Fiona untuk melihat jejak yang ia temui.

Ada beberapa jejak kaki yang berbeda disini.

Ada dua jejak yang sama mengarah ke dua lorong yang berbeda, dan yang satunya lagi terlihat berbeda.

Dua jejak ini pasti jejak kaki kobold karena jejaknya punya 3 cakar sedangkan yang satunya lagi punya cakar 4.

Aku mengira kalau jejak yang satunya lagi berasal dari tikus besar. Aku pernah bertemu dengan jejak kaki yang seperti itu sebelumnya.

"Yang dua ini kobold dan yang satu ini tikus. Mau ambil jalan yang mana?"

"Yang mana saja sama kan" Ucap Delta heran.

"Firasatku mengatakan kita harus mengambil jalan tengah" Fiona menatap kami secara bergilir.

"Oke, kita ambil jalur kiri"Aku mulai berjalan menuju ke lorong sebelah kiri "aku di depan, Fiona ditengah, dan kau dibelakang"

"Hei! Bukan aku sudah bilang firasatku mengatakan kalau kita harus mengambil jalur tengah!"

"Sutttt pelankan suaramu" Aku menatap jengkel sambil memberi gestur sama seperti sebelumnya.

Fiona kini terlihat sangat panik sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Sudah kuduga ini akan sulit..

.....

Pada akhirnya kami mengambil jalur tengah.

Tidak beberapa lama setelah memasuki lorong bagian tengah, terdapat dua jalur yang berbeda.

Jalur pertama adalah lurus menuruni tangga batu dan jalur satu lagi berada di sebelah kiri.

Jalur di sebelah kiri terdapat jejak kaki tikus yang berasal dari jalur pertama.

"Aku benci hewan pengerat. Kita lurus saja" Ucapku.

"Setuju, aku juga benci" Ucap Fiona sambil mengangguk.

"Padahal tinggal kita bunuh saja"

Tangga batu itu ternyata membawa kami turun lebih dalam mengantarkan kami ke sebuah ruangan yang agak luas.

Meja dan alat pertambangan berserakan dimana-mana. Beberapa lentera juga sudah rusak.

"Apa disini ada pertarungan?" Ucap Delta sambil menatap sekitar.

"Menurutku tidak. Tidak ada darah disini"

"Aku bisa mendengar suara gemericik air dari sana"

Hanya ada satu lorong di ruangan ini dan lorong tersebutlah sumber suara gemericik air itu.

Kami kemudian pergi ke lorong itu.

Di ujung lorong terdapat lubang besar yang dasarnya tidak terlihat. Di sekitar mulut lubang itu, terdapat air yang mengalir cukup deras, membuat suara gaduh di area ini.

Di sisi mulut lubang juga terdapat sebuah jembatan untuk melewati lubang tersebut. Jembatan itu terbuat dari papan kayu dan di seberang sana terdapat sebuah lorong lainnya.

"Haaa, seberapa dalam lubang ini?" Delta menatap ke bawah, mencoba melihat dasar lubang.

"Entahlah, para penambang juga tidak tahu"

"Lihat, ada sesuatu di bawah!" Ucap Delta dengan kepala menunduk ke bawah.

Sesuatu?