webnovel

Hello, Sorry...

Rabu, 12 December 2018

------------------------------------------

Sebuah Email masuk ke kotak suratnya, Rafi mengarahkan kursor untuk membuka surat tersebut.

Melihat nama sang pengirim membuatnya mengerutkan keningnya, 'Apa lagi yang diinginkan wanita ini? Apa dia ingin aku mengatainya? Sudah dua belas bulan sejak saat itu. Kami sudah sepakat untuk menjalani hidup masing-masing setelah itu, dia yang mengiginkan ini. Apa lagi yang dia mau, apa tidak cukup baginya untuk mengacau sekali saja?'

Rafi mengscrol mousenya kebawah. Dia kemudian menyadari bahwa orang itu sudah mengirimmkan banyak E-mail ke kotak suratnya.

Kemarin:

--------------------------------------------------

Hello, ini aku…

Aku tau bahwa kamu tidak suka basa-basi, apalagi jika harus melakukan ini denganku. Makanya aku akan mengahiri bagian tidak penting ini. Sudah dua tahun Rafi. Aku bertanya-tanya, Kapan kau akan bersedia untuk bertemu denganku? Apa kau belum melupakan hari itu? kau dan aku tahu bawah kita perlu meluruskan hal-hal diantara kita. Aku mohon padamu, sekali ini saja. Ayo akhiri ini, setalah kau mendengarkanku terserah padamu. Tapi bukankah setidaknya kau perlu mendengar cerita dari sisiku juga?

Tidak ada rahasia diantara kita berdua. Kau dan aku tau kita berdua sudah kehabisan waktu. Temui aku, bairkan aku Menjelaskannya padamu, maaf telah menyakiti kalian. I hope it don't matter and clearly doesn't tear you apart anymore.

Seminggu yang lalu:

---------------------------------------------

Mereka bilang waktu akan menyembukan banyak luka. Tapi kenapa tidak denganmu? Kapan kau akan bersedia untuk bertemu dan mendegnarkan ceritanya dari sisiku. Sebenarnya bukan kau saja yang terluka. Aku juga tidak banyak membaik sejak saat itu. aku tau kau disana. Jawab aku!!

Dua minggu yang lalu:

-------------------------------------------

Hello, dapatkah kau mendengarku? Aku tau kau pasti akan membaca ini. Aku saat ini ada di California. Kumohon beri aku kesempatan, kau tau kadang-kadang aku memimpikan tentang yang biasa kita lakukan dulu kau, adetha, adid dan aku. aku sangat merindukan kalian, saat-saat Ketika kita masih muda dan bebas. Kumohon, Aku bahkan sudah melupakan bagaimana rasanya disayangi. Izinkan kau mejelaskan hal tersebut pada kalain. Setidaknya sekali saja, kumohon Rafi.

Tolong jawab aku...

Tiga minggu yang lalu:

--------------------------------------------------

Kau dulu bilang kalau walaupun dunia kita berbeda, kau akan berusaha, memantaskan diri untukku. Seprtinya sejakarang pemisah kita bukan hanya jarak ribuan mil. Hello orang dari sisi yang lain, aku mohon jawab aku. apa aku harus menghubungi ribuan kali, Untuk setidaknya minta maaf atas segala yang telah aku lakukan. Untuk setidaknya membuatmu bersedia bertemu dengaku. Aku mohon Rafi, jawab aku!

Sebulan yang lalu:

------------------------------------------------

Aku menghubungi berkali-kali, Tapi saat aku menghubungimu kau tidak pernah terlihat kau ada di tempat itu lagi. Jawab aku, beri aku kesempatan Rafi! Setidaknya dengarkan ceritaku, dan jika kau masih tidak mampu memaafkanku aku akan menghilang dari hidupmu. Kumohon temui aku sekali saja, dan jika kau masih tidak mampu memafkanku Setidaknya, aku bisa berkata bahwa aku lelah. Bukan hanya kau yang lelah membaca ini. Aku juga Rafi, sangat melelahkan Menjelaskan ini padamu, aku minta maaf telah menyakiti hatimu.

Dua bulan yang lalu:

-------------------------------------

Hallo, ini aku.

Apa kabar. Ayo kita bertemu, berikan aku satu kesempatan untuk menjalaskan apa yang terjadi pada saat itu.

Tolong jawab aku.

24, Oktober, 2018:

---------------------------------

Hello, apa kabarmu?

Tapi itu tidak lagi penting, kuharap itu tak lagi menyakitimu lagi. Kau mengenalku dengan baik, Ini benar tipe ku untuk selalu bilang maaf. Kuharap kau sehat-sehat saja. Maukah kau bertemu dengan ku sekali saja? Untuk meminta maaf padamu, untuk menjalaskan ceritanya dari sisiku.

Aku harap kau baik saja.

E-mail tanggal 24 oktober adalah yang terahir yang sanggup dia baca. Saat mengigat kembali hari itu, perasaannya sangat tidak menentu. Jauh didalam hatinya dia tau bahwa itu bukan sepenuhnya salah gadis itu. Tapi apa yang bisa dia lakukan, Hatinya masih sangat lemah. Dia setuju, waktu memang menyembuhkan banyak hal, tapi apa yang sudah hancur tidak akan kembali seperti sebelumnya. Selalu akan ada retakan dan bekas luka dimana-mana. Rafi menutup kembali kotak surelnya. Mengabaikan wanita itu.

Selasa, 10 mei 2019

--------------------------------------

"Mukamu kusut sekali, Kenapa? Apa harus aku setrika supaya rapi lagi?" Tanya Rafi yang sedari tadi menatap adena.

Adena menghela nafas pendek sembari mengelengkan kepalanya dengan malas. Dia mengungkupkan kedua tanganya ke pipi dan menopangnya keatas meja, menerawang kosong. "Aku sedang galau, aku tidak tau apa yang harus dilakukan setelah lulus nanti!"

"Haa, apaan?"

"Aku mikirrin apa yang akan aku lakukan setelah lulus nanti."

"Ngeluntur kamu, bukanya banyak yang menghantuimu dan memintamu bekerja di perusahan mereka. Masa mahasiswi terbaik kampus kita samape segabut itu mekirrin masa depannya."

"Yah habis mau gimana lagi." Adena mengembungkan pipinya. Tingkat yang selalu dia lakukan saat sedang tidak dalam situasi yang baik. "semua hal itu tidak membuatku tertanntang"

"Bagaiman kalau kita membuat perusahaan kita sendiri?"

"Ide bagus, kenapa aku tidak memikirkan ini sebelumnya. Orang-orang serakah itu terkadang sangat menjengkelkan!"

Selasa, 22 Februari 2019

---------------------------------------

Monica melihat kebelakang. Tak ada siapa-siapa disana. Mobil itu kosong ketika ia memasukinya, masih juga kosong saat dia menghidupkannya, dan masih juga kosong saat dia sampai di rumah sakit tempatnya bekerja. Sebenarnya dia sudah memeriksa bagasinya. Tidak ada apa-apa di sana! Tidak, sebenarnya dia berharap ada seseorang di sana. Menyelinap kedalam bagasinya sesaat sebelum menutupnya, lalu orang itu masuk ke kursi pengemudi.

Kemarahan dalam dirinya menyerupai badai api. Perasaan bahwa seseorang mengendalikan hidupnya benar-benar tidak menyenangkan. Dia merasa bahwa dirinya adalah seekor sapi, seekor sapi yang hidungnya ditarik dengan tali. Malam itu, malam saat dia diculik oleh sialan itu membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah dia banyangkan, bahkan dalam mimpi terburuknya sekalipun. Ia bahkan tidak merasa begitu sedih saat para pecundang itu merampas semua kreditnya. Mengambil semua yang seharusnya jadi haknya karna ketidakmampuan mereka. Dia berhasil membalas anak-anak manja sialan itu. Tapi, perasaan hidup dalam bahaya setiap saat benar-benar tidak menyenangkan.

Ada bekas luka di sebelah kanan tubuhnya, tepat dibawah lekukan payudaranya. Luka itu terasa sakit sepanjang hari. Dia harus membalutnya dengan perban besar, karena jikat tidak, obat luka barak yang dioleskanya akan mengotori seluruh pakain kerjanya yang berwarna putih. Ia belum perna diperlakukan kasar. Tidak seperti itu. Monica bisa menarima kalau menerima kritikan. Ia bisa terima kalau orang lain membencinya, kebencia timbul jika kau memprovokasi orang lain. Tapi, diperlakukan seperti itu benar benar keterlaluan, dia belum perna memprovokasi siapapun selama sisa hidupnya. Begitu pula Sandra dan yusuf.

Ancaman lelaki itu kepada yusuf benar-benar menakutkan. Ketakutanya berubah menjadi amukan dan amukan harus dikeluarkan. Minica benar-benar tidak tau harus mengelarkan amukannya kemana. Dan permintaan mereka benar-benar keterlaluan. Dia harus mengorbanka sesutu yang lain agar yusuf bisa selamat. Sesuatu yang sama berharganya dengan nyawa yusuf. Monica terdiam selama tiga pulu menit didalam mobilnya sebelum akhirnya keluar dengan sebuah rencan.

"Maaf Sandra…" Monica bersandar dimobilnya, kemudian menghembuskan asap dari cerutu yang dihisapnya. Monica bukan perokok berat. Dia hanya akan mengisap rokonya saat pikiranya benar-benar kacau. Sebagai seorang dokter Tentu saja dia tau ini tak baik, tapi karna tekanan dia butuh sesuatu untuk melampiasakan amukan amarahnya. Monica menatap langit, sudah mendung dari tadi, cukup cocok untuk memperburuk suasana hatinya.

"Maafkan aku Sandra, kuharap kau mengerti…"

Air mata menglair dari matanya.

sial cukup menyusahkan membuat cerita flashback

RedIsPowerfullHirecreators' thoughts