webnovel

Hug Me!

1 tahun adalah waktu yang singkat untuk melupakan. Dalam 1 tahun pula ia dituntut untuk mengikhlaskan. Bagaimana bisa? Dalam waktu sesingkat itu Abian harus melupakan kejadian miris yang dialami sahabatnya. Kejadian merenggut nyawa yang sampai sekarang pun ia tak tahu siapa pelakunya. Kejadian yang berusaha ia lupakan dan ikhlaskan dengan hati yang lapang. Namun apa daya, semua bangkai pasti tercium pula baunya. Waktu menunjukkan semuanya. membongkar seluruh fakta dibalik topeng topeng orang bermuka dua. Namun hadirnya Keana mampu melunakkan apa yang selama ini dirasakannya. Hingga melupakan semua status yang terjalin diantara keduanya. Hidupnya seolah menemukan penerang. Ia menemukan seseorang yang menerimanya apa adanya. Tanpa tuntutan harta maupun tahta. Dan kini ia sadar, setidaknya ia tak rapuh sendirian. Adelard Abian Abraham.

mitaratna · สมัยใหม่
Not enough ratings
376 Chs

Siapa?

Tin tin!

Bunyi klakson terdengar kencang hingga ke dalam rumah. Mereka yang sudah lama menunggu pun berjalan cepat ke arah ruangan terdekat dari sana. Mereka saling tatap menanti datangnya kedua orang yang dari tadi sudah mereka nantikan kehadirannya.

Tak berselang lama, pintu utama rumah itu pun terbuka. Menampilkan dua anak sma yang masih lengkap menggunakan seragamnya.

"Kean, bunda denger tadi kamu sakit? Kamu sakit apa, Nak?" tanya seorang wanita dengan tatapan redupnya. Tatapan itulah yang mampu membuat Keana bertahan di penjara besar bak istana milik ayahnya.

"Kean nggakpapa Bun. Tadi cuma nggak sengaja kena bola aja," jawab Keana dengan nada lembutnya.

"Kepala kamu nggakpapa, Sayang? Mana yang sakit? Mending kamu sekarang ke atas langsung istirahat aja, ya!" ucapnya lagi sambil sedikit mengelus rambut indah milik Keana.

"Gak usah sok perhatian kamu! Kamu gitu cuma mau rebut perhatian Suami saya, kan? Gak usah mimpi kamu! Jalang seperti kamu tidak pantas untuk mendapat kasih sayang dari siapapun!" hardik Sarah dengan kilatan kebencian yang nampak jelas di matanya. Tatapan yang selalu ia berikan kepada Keana dan Bundanya.

Megalani Abraham. Nama yang sangat indah untuk seseorang yang selalu membela Keana, bundanya. Bunda yang ada disampingnya.

Namun lain halnya dengan apa yang Sarah rasakan. Mereka, dua orang yang selalu dianggap parasit dalam hubungan rumah tangganya.

"Jangan pernah hina Bunda saya!" balas Keana tak kalah tajam.

"Mas, kamu lihat! Lihat! Anak yang selama ini Mega bangga- banggakan sekarang udah berani bentak aku, Mas! Kamu emang anak tak tau diri, ya! Kamu itu parasit dalam keluarga saya! Ngerti kamu, anak pembangkang?" jelas Sarah sambil teriak teriak semakin memanas manasi keadaan.

Aditya merasa telah mengambil keputusan yang benar untuk tidak jadi berangkat kerja. Karena ia merasa pendidikan anaknyalah yang paling utama. Namun sekarang, karena anak parasit dari istri keduanya, anak laki laki kebanggaannya melupakan semua etika dan pendidikannya. Bisa bisanya anak yang ia didik untuk meneruskan perusahaannya rela meninggalkan pelajaran untuk seorang beban keluarga seperti Keana. Memalukan.

Kini waktu telah menunjukkan pukul empat sore. Namun kedua anak dihadapannya telah kembali tanpa membawa tas sekolah mereka. Pasti Abian tak kembali karena dia. Pikir Aditya terus mencerca.

"Keana kamu masuk ke kamar aja ya, Nak!" bujuk Mega dengan nada lembut khasnya. Ia benar benar tak ingin jika Keana tersakiti lagi dengan ucapan mamanya.

"Tapi Bun, Mama selalu aja hina Bunda terus, Keana nggak mau kalau hati Bunda sakit denger makian Mama terus setiap hari," tolak Keana dengan menurunkan 1 oktaf suaranya. Ia takut kalau hati bundanya akan patah. Lagi.

"Pergi kamu dari sini!" pandangan semua orang sontak langsung menatap ke arah sumber suara. Orang itu adalah Aditya.

Orang yang terus terusan membuat hidup Keana dan Mega semakin terlihat abu abu. Tatapan dinginnya tertuju pada Keana. Mengisyaratkan untuk segera enyah dari pandangannya.

Sakit hati yang Keana rasakan kini semakin parah. Ia langsung berlari ke arah kamarnya berada. Matanya kini sudah blur terhalang butiran air yang menggenang di pelupuk matanya. Mengapa tatapan itu selalu membungkam kritikannya?

Sedangkan Abian, ia hanya bisa diam. Ia tak lagi berkomentar saat mamanya melontarkan kata kata kasar pada sang bunda. Karena ia juga tak mau, tak mau jika mamanya merasa kalau Abian tak lagi sayang padanya. Pembelaan yang terus diberikan Abian pada mereka tentu akan menyudutkannya. Dan Abian tak mau akan itu. Karena bagaimana pun Sarah adalah ibu kandungnya.

Tapi mengapa? Dadanya selalu sesak saat melihat air mata Keana? Seolah ada rasa tak terima jika ada yang menyakiti gadis kecilnya.

Bertahun-tahun Abian hanya bisa memandang iba pada Keana dari kejauhan. Turut merasakan setiap penderitaan.

Ia ingin merengkuhnya. Namun orang yang paling disayang tak pernah mengijinkannya. Bimbang, selalu saja!

Tanpa sepatah kata pun, Abian langsung berlalu dari tempatnya berdiri tadi. Sudah banyak adegan kekerasan yang ia lihat selama ini. Muak! Tapi ia tak bisa melakukan apa apa.

*

"Ya Tuhan, mengapa Kau buat takdirku serumit ini? Aku juga manusia biasa yang bisa merasakan sakit seperti mereka, aku juga seorang anak yang membutuhkan kasih sayang orang tua. Tapi mengapa Kau buat seolah olah hidupku drama yang dipenuhi orang jahat? Apa skenario- Mu untuk hidupku Tuhan? Aku sudah tidak kuat lagi menahan semua ini. Kuyakin takdir- Mu itu indah. Namun aku juga lelah menanti keindahan takdir yang Kau siapkan tapi tak kunjung Kau berikan. Dan tentang dia, bolehkah aku bertanya? Mengapa Kau belum juga memberiku orang yang bisa menggantikan posisinya? Aku benar benar butuh orang sepertinya saat ini Tuhan, kumohon. Kirim aku salah satu hambamu yang bisa memberikan obat pada hati ini. Aku sudah kalah Tuhan. Kalah akan skenario- Mu yang sudah Kau gariskan padaku sejak dulu dulu," itulah rentetan doa yang Keana ucapkan saat ini.

Ia hanya bisa memandang hujan dari balkon kamarnya sambil meratapi nasib yang tak pernah mau berkompromi padanya.

Air matanya tak mau berhenti hingga gadis itu pun sampai sesegukan dibuatnya. Ia selalu bercerita kepada hujan. Di tempat yang sama, di balkon kamar miliknya.

Dinginnya hujan membuat Keana mulai beranjak dari tempatnya. Meninggalkan balkon yang selalu menjadi tempat curahan segala masalahnya. Dengan langkah gontai ia berjalan ke arah kamar mandi. Membersihkan tubuhnya agar sesegera mungkin ia bisa tidur dan melupakan semuanya. Tidur yang tak akan bangun lagi. Itu harapannya.

Dan tanpa pernah Keana sadari, di setiap hujan, disetiap ia mengatakan semua keluh kesahnya pada hujan, ada seseorang yang mendengarkannya. Manik itu, seakan mengisyaratkan sesuatu. "Maafkan saya, karena saya kamu menjadi seperti ini," ucapnya.

*

"Dorrr!" teriak Regan mengageti Keana. Langkah Keana sempat terhenti karenanya. Keana menatapnya kosong. Namun hanya sepersekian detik tatapan itu dilayangkannya, kaki Keana membawanya kembali meneruskan jalannya.

"Kenapa lo? Diem diem bae'? Ada masalah?" tanya Regan masih diam ditempatnya. Menatap punggung Keana yang mulai menjauh dari jangkauannya.

1 langkah. 2 langkah. 3 langkah. Regan bingung apa yang terjadi pada Keana. Ia ingin memastikan meadaan Keana. Dengan langkah cepat, Regan pun berlari kearahnya. Namun tepat saat itu juga, Keana tiba tiba membalikkan badannya dan..

Brukk

"Aaaws!" ringis keduanya. Tatapan cengo tampak di netra keduanya.

"Hahahahaaaaa" tawa pun pecah diantara mereka. Memang mudah membuat Keana tertawa. Dan itu adalah salah satu keahlian dari setuja bakat yang dimiiliki Regan.

"Hidung lo nggakpapa? Sini gue liat!" tanya Regan sambil memegang hidung Keana yang terbentur dada bidangnya tadi.

Ia mengarahkan hidungnya ke kanan dan kiri. ke atas dan ke bawah. Memastikan apakah ada lecet yang tertinggal disana.

Setelah yakin tak ada goresan, Regan pun memindahkan tangannya beralih ke pundak gadis itu.

Keana tak keberatan akan itu. Toh juga itu tangan Regan.

"Lo makin hari makin cantik aja!" ucap Regan sambil mengedipkan satu matanya.

"Ih mata lo aja yang baru bersih dari belek!" jawab Keana sambil tertawa. Menampilkan raut wajah manisnya. Regan dibuat gemas karena rautnya. Tangannya kembali terangkat mencubit gemas kedua pipi Keana.

"Ihhh gemes deh! Pen bawa pulang!" ucap Regan terus mencubit kedua pipi Keana walaupun ringisan Keana sudah terdengar dari tadi.

"Sakit bego! Lepasinn!" ronta Keana sambil memegang kedua tangan Regan yang ada di pipinya.

"Kalau lagi kasmaran jangan disini bos! banyak jones bertebaran!" kata Rizky. Salah satu sobat karip Abian yang baru saja datang dari arah parkiran.

"Yaelah sirik aja lo!" jawab Regan. Namun Rizky hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan langsung berjalan melewati mereka.

"Ya udah ayo ke kelas!" ajak Keana.

"Siap ibu perinya Regan! Cap cuss!" kata Regan sambil menyampirkan kembali tangannya di bahu Keana. Mereka berjalan beriringan dan sesekali Keana tertawa akan tingkah lucu Regan.

Sedangkan dari tadi. Tepat sebelum Keana dan Regan bertemu, sepasang mata mengawasi mereka. Emosinya memuncak. Ia geram dengan apa yang diperbuat Regan pada gadis kesayangannya.

"Kalau lo udah deketin Kean kenapa lo masih tanya ke gue soal Vanya, brengsek!" lirihnya.

Siapa Regan?