webnovel

SEEKING AGAIN

"Apa ada yang salah dengan semua perkataanku?" Tanya Eldrick.

"Perkataanmu menyebalkan!" Gusar Loria namun ia masih berdiri tepat di hadapan Eldrick. Entah mengapa kali ini ia hanya marah dan tak pergi meninggalkan pria yang jelas-jelas sudah menyakiti perasaannya.

"Lalu?" Eldrick yang hangat mendadak berubah dingin.

"Dokter macam apa yang berbicara seperti itu pada pasiennya! Kau dokter macam apa, Eldrick!" Loria kembali menaikan nada suaranya saat ia bertanya pada Eldrick.

Tak ada satu orang pun yang berani berbicara seperti itu padanya, bahkan Shane sekalipun. Tapi ini—Eldrick Holmes pria yang tiba-tiba menjadi sekretaris pengganti bagi dirinya, yang tanpa sengaja bercinta dengannya lalu kini ia menurunkan egonya untuk mempercayai Eldrick menjadi dokter psikiaternya. Menyebalkannya Eldrick jelas-jelas kembali menghancurkan moodnya hanya dalam satu kalimat saja.

"Aku memiliki simpati yang besar terhadapmu, namun jika kau masih terus keras kepala dan tak pernah bisa menurunkan egomu, mungkin semua dokter pun akan angkat tangan sepertiku," sahut Eldrick. Ia menatap Loria yang kini masih terlihat sangat marah. Dari sorot mata yang Loria miliki kini, Eldrick tahu benar jika Loria mencampur adukkan semua perasaan yang ia miliki kini.

"Aku pergi!" Loria melangkahkan kakinya keluar dari kamar milik Eldrick. Tanpa sadar ia meninggalkan sepasang stiletto heels merah kesayangannya di dalam kamar.

Meski kini waktu menunjukan lebih dari pukul 10 malam, seperti biasa, jalanan kota London tak pernah sepi dari para pejalan kaki maupun lalu lalang kendaraan. Gemerlap lampu kota yang menerangi tak membuat hati Loria menjadi hangat. Ia lebih merindukan Shane dari siapapun juga.

Ia merindukan Shane yang selalu mengajaknya berjalan-jalan disaat ia sedih, meski hanya sekedar menikmati indahnya lampu-lampu jalanan kota London.

"Wanita itu, PETUNIA!" tiba-tiba saja Loria berseru lalu menepikan mobilnya dengan cepat dan menghampiri seorang wanita yang merupakan kliennya.

"Kau tak lupa akan janjimu, kan?" tanya Loria tanpa basa-basi. Dan tentu saja itu membuat wanita tersebut hampir saja menyemburkan ice coffee yang baru saja ia minum.

"Lo-Loria Winslow," ucapnya terbata.

"He-em," Loria berkata pelan seraya menganggukan kepalanya. "Apa kini aku terlihat sefrustasi itu sehingga aku mengejutkanmu?" tanya Loria kemudian. "Tapi aku tak peduli, yang terpenting aku sudah memenangkan kasus perceraianmu pagi tadi dan kini aku menagih janjimu," Loria kembali berkata dengan cepat tanpa jeda, agar Petunia tak bisa mengelak.

"Te-tentu saja, aku akan membantumu untuk menemukan tunanganmu. Shane Howard, benarkah?"

"Tepat!" Loria menjentikan jarinya. "Kapan kita bisa mulai? Maksudku kau, kapan kau bisa memulainya dan memberitahu perkembangannya padaku?" tanya Loria.

"Kau bisa berkonsultasi dengan pacarku malam ini, dia menungguku di dalam," Petunia menunjuk seorang pria jangkung berbadan atletis dan tak nampak terlihat seperti pria berumur 45 tahunan, sedang duduk seraya memainkan Ipad yang mendadak menjadi terlihat sangat kecil jika dipegang olehnya.

"Ah, ide bagus. Aku tidak menggangumu berkencan, kan? Kurasa aku sudah menganggumu sejak tadi, sorry ..." Loria mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh dirinya sendiri. Lagipula ia pun sudah membantu wanita ini dengan seluruh kekuatan dan tenaga yang ia miliki. Jadi tak mengapa jika kali ini ia pun sedikit merepotkan wanita dan juga selingkuhannya untuk beberapa waktu kedepan.

Loria tersenyum dan menyapa pria tersebut. Jelas ia dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Petunia si klien super mewah yang ia temui beberapa waktu lalu dan Petunia yang ia lihat saat ini sangatlah berbeda. Loria dapat menilai bahwa saat ini Petunia terlihat lebih nyaman tanpa menggenakan baju-baju mewah dengan design merepotkan dan juga perhiasan-perhiasan bernilai tinggi yang Loria tahu benar bahwa itu sangat merepotkan jika dipakai di beberapa tempat secara bersamaan.

"Kau terlihat lebih bahagia," cetus Loria santai.

"Berkat kau," sahut Petunia.

"Maaf aku mengganggu waktumu dan juga ..." Loria mengerling untuk memastikan siapa nama detektif yang merupakan kekasih dari kliennya.

"Carl, kau bisa memanggilku Carl," ucap Carl seraya mengulurkan tangannya untuk menjabat Loria.

"Sempat terpikir ini memalukan meminta bantuan pada klienku," ucap Loria seraya menatap Petunia. "Tapi kupikir kasus ini tak bisa kuselesaikan seorang diri. Aku membutuhkan bantuan dari seorang detektif," lanjut Loria. "Maaf bila aku memeriksa semua latar belakan orang-orang yang menjadi klienku, tapi kurasa sebagai seorang pengacara aku harus melakakuan hal tersebut bukan?"

"Aku sedikit terkejut saat kau mengetahui bahwa aku dan mantan suamiku bukan bercerai karena tak memiliki seorang anak," sahut Petunia. "Pengacara lain tak pernah mecari tahu tentang kliennya sebanyak yang kau tahu, kau nyaris lebih mirip seorang detektif daripada seorang pengacara," Petunia kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku hanya harus tahu apa alasan sebenarnya," tandas Loria. "Alasan mengapa para klienku harus memutuskan berpisah dari pasangannya meski dari luar kehidupan pernikahan mereka nampak baik-baik saja,"

Tanpa sadar Loria hampir menangis saat mengatakannya. Ia tak pernah merasa serapuh ini sampai saat Shane tiba-tiba menghilang. Ia merasa baik-baik saja saat Shane berada disisinya. Tapi disamping itu, ia pun merasa menjadi sosok yang paling egois yang mungkin membuat Shane muak akan dirinya. Apakah selama ini Shane hanya berpura-pura saja dan mulai muak lalu meninggalkannya ataukah Shane memang sedang berada dalam bahaya?

"Aku cukup sibuk untuk mencari orang hilang, namun kasus hilangnya seorang pewaris yang selalu menyembunyikan identitas aslinya beberapa hari kebelakang ini cukup menyita waktuku," tiba-tiba Carl berkata. "Kau tahu kan, saat ini banyak sekali orang-orang hebat yang bahkan tak ingin kehidupan mewahnya terekspose oleh media manapun," lanjut Carl santai.

Mendengar apa yang baru saja Carl ucapkan barusan membuat Loria teringat akan perkataan Arabel yang menyebutkan bahwa Shane adalah seorang pewaris dari perusahan obat-obatan terkenal di Eropa dan juga Asia.

"Siapa nama tunanganmu? Kau bisa menunjukan fotonya padaku?" pinta Carl.

"Tentu," jawab Loria cepat. Ia membuka galery ponselnya dan menunjukan foto Shane pada Carl. "Ini, Shane Howard. Aku dan dia sudah berpacaran cukup lama dan kami hampir menikah, namun entah mengapa tiba-tiba saja ia menghilang," Loria mencoba menjelaskan sebisanya.

"Pria ini ..." raut wajah yang Carl buat menunjukan bahwa ia nampak tak asing saat melihat pria tersebut.

"Kau mengenalnya?" tanya Loria buru-buru.

"Pekerjaannya?" tanya Carl.

"Profesor," sahut Loria cepat.

"Ada yang kau sembunyikan?"

"Ha?" Loria nampak terkejut.

Kali ini Carl terkekeh saat melihat ekspresi yang Loria buat. "Pria ini memiliki wajah yang sama dengan pria yang sedang kami cari, tapi ia memiliki nama yang berbeda meski nama keluarganya sama-sama Howard," tukas Carl. "Ini," tiba-tiba saja ia menunjukan foto yang nyaris mirip dengan sosok Shane.

Loria terperangah saat menatap foto pria yang yang Carl tunjukan. Itu terlihat seperti Shane, tapi ...