webnovel

Ulang tahun

Rayhan yang tadi nya berpura pura tidur malah tidur beneran. Sedangkan si papa muda sedari tadi tak beranjak dari sofa tempat ia duduk.

Dinda yang baru saja pulang dari sekolah tadi ia mampir untuk membeli kue dan juga hadiah kecil untuk Rayhan.

Memang baik Dinda mau pun raka ini adalah pertama kalinya mereka merayakan ulang tahun Rayhan, meskipun dulu saat mereka masih bisa bertemu dengan Rayhan sewaktu kecil tapi mereka berdua tak pernah datang di hari spesial Rayhan.

Bukan menghindar hanya saja ada suatu hal yang membuat mereka tak bisa melakukan nya.

Bersalah?

Tentu saja. mereka berdua selalu merasa bersalah pada malaikat kecil yang di titip kan tuhan kepada mereka, harus berpisah dengan rayhan ketika masih bayi, orang tua mana yang akan sanggup melihat putranya di rawat oleh orang lain, dan karena itu lah baik raka mau pun dinda selalu berpikir tak akan pernah bisa menjadi orang tua yang baik.

Dinda membuka kamar mereka dengan gerakan perlahan, tak ayal dinda selalu tersenyum ketika melihat putranya berada bersama mereka. Dan ini nyata bukan mimpi seperti yang selalu ia harap kan dulu.

Ia menghampiri Raka yang sibuk dengan ponsel tak menyadari kehadirannya yang sudah duduk di samping pemuda itu.

"Ekhm" dehem Dinda membuat Raka menoleh ke samping dan mendapati atensi istri tercinta sedang duduk manis di samping nya.

"Disuruh jagain Rayhan kok malah main game."

"Heheh abisnya bosan yang, dari tadi gak ada kerjaan Ray juga masih tidur tuh."

"Ray masih tidur?" tanya Dinda kaget.

Gimana gak kaget ini aja udah malam dan rayhan tadi tidur sekitar jam 10 pagi, ia bahkan tak makan siang.

"Iya yang, nyenyak banget tidurnya.

"Kenapa gak lo bangunin."

"Gue mana tega, entar dia malah nangis kalo gue paksa bangun."

"Udah makan belum?'

"Gue belum yang, ini aja udah lapar banget," kata Raka sambil memegang perutnya.

"Rayhan, bukan lo," kata dinda membuat hati raka mendadak sakit.

"Gimana mau makan yang, dia aja tidur terus."

"Bangunin gih," suruh nya pada Raka.

Raka mendekat ke ranjang lalu menepuk bahu Rayhan dengan gerakan yang agak keras. Rayhan terbangun dengan wajah masam, gimana gak marah coba saat lagi mimpi eh malah ada yang bangunin malah mukulnya agak keras lagi.

Rayhan melihat ke samping, dan mendapati papanya yang sedang menyengir tak merasa bersalah.

"Ngapain bangunin, Ray kan lagi tidur," kata anak itu.

"Gimana gue gak bangunin, lo tidur dari pagi, mak lo marah sama gue," jawab Raka.

Rayhan dengan kesal berjalan ke kemar mandi untuk membasuh muka nya agar lebih segar.

***

Dan kini mereka sedang berada di ruang keluarga bersantai setelah makan malam tadi.

Raka mau pun dinda sedari tadi saling memandang karena udah mau tengah malam tapi rayhan tampak anteng menonton tv, tak mengantuk.

"Ray gak ngantuk apa? Pergi tidur gih," kata Raka untuk yang ke sekian kalinya.

"Belum."

"Mending lo tidur gih, Udah malam besok sekolah," kata dinda.

Mendengar mamanya yang menyuruh nya Rayhan pun menurut dan kembali ke kamar.

2 jam berlalu, raka dan dinda kemudian ke kamar ingin memastikan putranya tidur dengan nyenyak.

Tepat jam 11.58 mereka memasuki kamar dengan hati hati, ada sebuah kue tart yang lumayan besar dan lilin yang menyala indah dengan angka 14 di atas kue.

Rayhan tertidur sambil mengigau tak jelas, raka dengan iseng menggelitik Rayhan hingga putranya itu terbangun dengan masih tertawa, raka bahkan tak berhenti menggelitik Rayhan meski Rayhan udah bangun.

"Papa udah hahaha," kata Rayhan memukul lengan papanya.

Dengan raka seakan tuli, dan terus menggelitik Rayhan "Papa udah hahaha," mohon Rayhan.

"Hahahha, papa ih," kata Rayhan dan sedikit mengeluarkan air mata.

Dinda dengan tak sopan santun nya ia menendang raka hingga terjatuh ke lantai kamar, membuat rayhan bernafas lega akhirnya papa sok muda nya itu berhenti.

Raka dengan cepat berdiri dan mulai bernyanyi bersama "Happy birthday to you... Happy birthday to you...

Happy birthday...happy birthday...happy birthday Rayhan.." nyanyi mereka, Dinda sih suaranya bangus banget dan merdu berbeda dengan raka yang udah cempreng, jelek, malah di keras in lagi kan tambah membuat telinga sakit.

Rayhan menangis terharu, ternyata mereka masih mengingat ulang tahun nya ia kira mereka tak peduli atau melupakan nya.

"Happy birthday my son," kata Dinda memeluk rayhan dengan sayang.

Kini gantian Raka yang memeluk Rayhan "selamat ulang tahun jagoan papa," kata Raka tulus.

Rayhan benar benar bahagia bisa merayakan nya bersama mereka yah meskipun tak di rayakan bersama teman teman dan keluarga lainnya tapi rayhan sangat senang dan terus tersenyum apa lagi melihat kedua orang tua nya seperti menyayangi nya meskipun tak mereka ucapkan secara langsung.

"Sekarang tiup lilin nya," kata Raka tak sabar ingin segera memakan kue.

Rayhan berdoa beberapa saat dan kemudian meniup lilinnya dengan semangat.

Mereka pun mulai memakan kue bersama sambil bercanda dan tertawa bersama.

Seperti ini lah keluarga yang sangat Rayhan inginkan sedari dulu.

Dinda kemudian menyerahkan sebuah hadiah pada rayhan yang di terima oleh Rayhan dengan senang.

"Makasih ma," kata Rayhan dengan senyuman yang tak pernah pudar.

"Hmm."

Rayhan membukanya dan ternyata itu adalah sepatu sport.

Rayhan memeluk dinda dengan senang dan mengecup pipi nya singkat.

Kemudian, raka mengajak mereka ke bagasi di mana hadiah buat Rayhan telah Raka siapkan beberapa hari yang lalu.

Papanya itu memberinya sebuah mobil dan sepeda yang mahal entah berapa mahalnya Rayhan tak tahu.

Rayhan memeluk Raka dengan sayang dan tak henti hentinya mengucapkan kata terima kasih, membuat raka dan dinda gemes pada Rayhan.

"Mobil itu, lo baru boleh pake setelah umur 17 tahun, lo masih terlalu kecil buat mengendarai mobil sendiri. Kalo lo udah 17 tahun entar gue yang ngajarin."

"Iya pah, terima kasih banyak karena ingat hari ini ulang tahun Rayhan."

"Kita emang bukan orang tua yg baik buat lo Ray tapi kita akan terus berusaha."