webnovel

Berbohong

20 Februari.

Rayhan terbangun di pagi hari setelah jam 06.15 dia pun segera ke ke kamar mandi.

Dinda dan Raka tadi malam memang berkencan layak nya remaja yang baru mengenal cinta. Dan selama mereka menghabiskan waktu berdua Raka tak henti hentinya bersikap romantis membuat orang lain yang melihat mereka jadi iri.

Raka dulu mantan playboy dan berubah ketika Dinda hadir, wanita yang sangat sulit ia taklukkan bahkan ia harus bersaing hampir seluruh cowok yang ada di sekolahnya demi mendapatkan Dinda. Dan pilihannya memang tidaklah salah, ia selalu bahagia berada di sisi Dinda di tambah sekarang ada Rayhan yang melengkapi kehidupan mereka berdua.

Namun, Dinda yang baru saja keluar dari toilet di sebuah restoran terkejut melihat seorang wanita yang mendekati Raka.  Bahkan wanita itu tanpa rasa malu meminta nomor ponselnya, dan dapat Dinda lihat Raka menyerahkan nomornya dengan senang hati bahkan menggoda wanita itu.

Dinda tentu saja marah, bukankah ini waktu untuk bersenang senang namun bukannya senang Dinda malah cemburu. Ia keluar dari restaurant dengan marah dan pulang ke rumah dengan menggunakan taxi meninggalkan Raka bersama wanita itu.

***

Rayhan sampai di kelas yang masih sepi hanya ada beberapa siswa termasuk Daniel.

Rayhan duduk tenang di kursi nya

Dan beberapa menit kemudian kelas udah ramai.

Aldi yang baru datang bersama Samuel langsung menuju meja Rayhan. Dengan senyum khas remaja rupawan itu, senyum yang jarang ia tunjukkan pada siswa siswa lain.

"Congratulations karena lu bisa juara dua. Gue benar benar gak nyangka," kata Aldi menjulurkan tangannya bermaksud bersalaman dengan Rayhan.

"Thanks," ucap Rayhan hendak menerima uluran tangan Aldi namun Aldi dengan cepat menarik kembali tangannya membuat tangan Rayhan menggantung di udara. Sedangkan Samuel terkekeh kecil.

"Sorry gue gak biasa bersentuhan dengan orang yang miskin kek elu," ucap Aldi merendahkan.

Di sekolah ini memang yang mereka tahu Rayhan bisa sekolah disini karena beasiswa dan bukan dari keluarga kaya sehingga banyak yang tak ingin berteman dengannya. Katanya tidak selevel dengan siswa siswi yang rata rata memang berasal dari kalangan atas.

"Dan gue gak pernah mau berteman dengan orang yang miskin kayak Lo, seharusnya Lo itu gak ada di sini. Orang miskin gak punya harta gak pantas sekolah di sekolah yang elit  bisa bisa nama sekolah ini tercemar," lanjut Aldi sambil menatap tajam Rayhan yang hanya menatap polos pada dua remaja itu.

"Harta bukan segalanya," ucap Rayhan menatap tepat mata Aldi.

"Lo bilang apa? Coba ulang," ucap Aldi yang mulai meninggikan nada suaranya.

"Harta tidak akan di bawa mati, justru harta lah yang membuat manusia menjadi lupa diri," ucap Rayhan dengan keberanian yang entah dari mana.

"Hahah jelas jelas harta itu segalanya. Tanpa harta lu gak bakal bisa hidup, lu makan pake uang, semuanya dari uang dan karena harta jugalah kita jadi terpandang sedangkan yang miskin bakal terus berada di bawah dan selalu di pandang rendah."

"Lebih baik hidup sederhana namun bahagia dari pada harus memiliki segalanya tapi tak pernah bisa menghargai orang lain yang lebih rendah darinya."

"Lu berani sama gue! Jangan macam macam lu anak baru, gue bisa aja suruh om gue cabut beasiswa lu itu biar lu di keluarin dari sekolah ini ke sekolah yang lebih pantas buat Lo."

"Gue gak papa jika memang harus di keluarin dari sekolah ini, tapi menurut gue sih, gue akan tetap berada disini."

"Emang lu siapa? Beasiswa aja bangga. Emangnya lu punya keluarga di sini sampe gak ada yang berani ngeluarin lu."

"Aldi udah, kak Dinda udah menuju ke sini," kata Samuel melerai mereka yang mungkin sebentar lagi akan baku hantam.

Aldi dengan kesal menuju bangku

nya.

Dan benar saja tak lama Dinda memasuki kelas mereka.

Dinda yang melihat Aldi tak biasanya diam di tambah wajah nya yang masam dan kesal membuat Dinda heran.

"Aldi," panggil Dinda.

"Iya kak."

"Bisa kamu ambilkan buku catatan sya di ruangan, saya lupa membawanya tadi."

"Iya kak," Aldi segera menuju lantai 4 di mana letak ruangan Dinda berada.

"Baiklah sambil menunggu Aldi, saya akan mengambil nilai kalian, silahkan pilih satu lagu dan maju ke depan untuk menyanyikan nya.

Rayhan syok mendengar apa yang di katakan Dinda. Rayhan itu gak pandai dalam bernyanyi apa lagi yang menilai adalah ibunya sendiri. Pasti Rayhan bakal malu banget plus gugup.

"Apa yang harus Rayhan lakukan? Ray gak bisa nyanyi. Pengen kabur tapi alasan apa," batin Rayhan.

"Tau gini, mending gak usah sekolah tadi. Kabur pake alasan apa yah?" Rayhan melamun.

"Yang pertama Rayhan, silahkan maju ke depan," kata Dinda namun Rayhan Tak mendengar ucapannya karena ia masih melamun.

"Ray lu di panggil," kata Samuel membuyarkan lamunan Rayhan.

"Hah? Gue?" Kata Rayhan tak percaya dan mendapat anggukan dari Samuel.

"Silahkan untuk Rayhan."

Ketahuilah saat ini Rayhan benar benar gugup apa lagi mamanya itu menatapnya dengan serius sekarang berbeda dengan mamanya ketika bersama dirinya.

"Mmm perut saya tiba tiba sakit Bu, jadi saya gak bisa" kata Rayhan pura pura sakit perut dan memegang perutnya yang sama sekali gak sakit.

"Perut kamu sakit?" Tanya Dinda dengan khawatir.

Rayhan sebenarnya tak ingin berbohong apa lagi melihat raut khawatir dari mamanya itu, tapi ia terlalu malu untuk bernyanyi di depan mama nya, jika saja bukan mama nya pasti dia bakal ngelakuin.

"I..iya Bu" jawab Rayhan agak takut.

"Samuel tolong antar Rayhan ke UKS" kata Dinda.

"Baik kak," kata Samuel dan mulai membopong Rayhan yang berpura pura sakit.

Di depan pintu mereka berpapasan dengan Aldi yang baru mau masuk.

Aldi heran kenapa si anak baru keluar padahal pelajaran baru akan di mulai.

"Ini kak," kata Aldi menyerahkan buku catatan untuk pengambilan nilai.

"Terima kasih."

"Iya kak, mmm si anak baru eh maksud saya Rayhan kenapa keluar sampe di bopong gitu sama Samuel?" Tanya Aldi kepo.

"Dia sakit perut, jadi saya suruh Samuel mengantarnya ke UKS."

Aldi heran padahal tadi Rayhan tampak sehat dan baik baik saja.

"Baiklah untuk Aldi silahkan maju ke depan, nyanyikan satu lagu karena saya akan mengambil nilai kalian."

Aldi maju ke depan dan mulai bernyanyi dengan baik bahkan ia mendapat nilai plus dari Dinda.

Sedangkan di UKS Rayhan benar benar bosan dan merasa bersalah, tak seharusnya ia berbohong dan membolos karena menghindar mata pelajaran.

"Mah maafin Ray, udah bohong," gumam Rayhan yang sedang terbaring di UKS sendirian karena tadi Samuel langsung ke kelas setelah mengantar Rayhan.