Kini keduanya tengah berada di atas mobil milik Jae, dengan Jae yang terlihat fokus melihat jalanan di hadapannya dan kedua tangan yang memegang stir mobil miliknya.
Sedangkan Yuju, wanita yang duduk di sampingnya itu tidak dapat menormalkan detak jantungnya yang tidak ingin berdetak dengan tenang. Jari-jarinya sibuk memainkan ujung baju dress nya.
"Kau gugup berada di samping ku?"
Yuju tersentak. "A-ahh... tidak, aku tidak gugup."
Ia berbohong, tentu saja ia gugup luar biasa apalagi setelah pria itu mengatakan untuk memulai kencan mereka. Dan kata kencan itulah yang membuatnya gugup bukan main seperti ini.
"Tidak perlu gugup, ini juga kencan pertama ku," ucap Jae dengan santai.
Yuju membeku.
Kencan pertama? Berarti selama ini pria itu sama dengannya yang sama sekali belum pernah merasakan kencan seumur hidupnya.
Dan yang luar biasanya lagi sebuah fakta pria yang menjadi kencan pertamanya adalah CEO perusahaan terbesar di Agnieszka dan juga berparas tampan. Ini seperti mimpi saja.
"Kau tidak perlu gugup, cukup nikmati saja," ucap Jae sambil menoleh kearah Yuju.
"B-baiklah."
Ohh yah, Yuju lupa bahwa ia sama sekali tidak tau kemana Jae membawa nya saat ini, mungkin karena dia terlalu sibuk menenangkan jantungnya yang sayangnya tidak bisa diajak kerja sama dengan baik.
...
"Kenapa? Kau tidak suka?" Yuju menggeleng dengan cepat.
"T-tidak... tidak, tentu saja aku suka."
Kini Yuju dan Jae berada di sebuah karnaval pasar malam yang biasanya sedang diadakan bulan ini. Berbagai macam penjual, pameran, hingga live band ada di sini yang menambah suasana semakin hidup dan ramai.
Tapi ia terkejut saja Jae membawanya kemari, Yuju tidak pernah mengira Jae ingin melangkahkan kakinya ketempat yang sangat ramai seperti ini. Itupun sangat terlihat dari pribadi dan sifat pria itu.
"Ayo, tunggu apa lagi," ajak Jae yang di sahut oleh Yuju.
Jae dan Yuju pun mulai berjalan masuk bergabung dengan kerumunan orang-orang yang terlihat begitu menikmati karnaval ini dan tentu saja sebagian besar adalah sepasang kekasih.
Yuju menatap setiap stand yang ia lewati dengan mata berbinar dan tertarik, ia sudah tidak ingat kapan terakhir kali ia pergi ke karnaval seperti. Dan ia sangat menyukainya.
Jae pun sama, ia berjalan di samping Yuju dengan mata birunya yang juga sibuk melihat sekeliling nya.
"Kau haus?" tanya Jae.
Yuju mengangguk. "Iya aku sedikit haus."
Jae kemudian kembali melihat sekeliling nya. "Baiklah ayo kita kesana," tunjuk nya pada satu stand yang terlihat menjual minuman.
Pembeli di stand itu cukup ramai, sepertinya minuman itu banyak di senangi oleh orang-orang.
Maksud ku adalah tentu saja! siapa yang tidak suka dengan bubble tea. Apalagi saat ini jenis minuman itu sangat naik daun yang bahkan bisa membuat beberapa orang kecanduan.
Tibalah saatnya giliran Jae.
"Anda ingin memesan apa Tuan?" tanya wanita dengan rambut kuncir itu dengan ramah.
"Berikan aku satu dark cocoa dan...," Jae berbalik kebelakang. "Kau ingin rasa apa?"
"Ahh... aku ingin strawberry vanilla saja," jawab Yuju.
Jae kembali berbalik. "Dan satu strawbery vanilla," ucap Jae menyelesaikan pesanannya.
"Baiklah Tuan mohon untuk tunggu sebentar," Jae kemudian pindah ke sisi kiri untuk menunggu pesanannya.
Tidak sampai lima menit pesanan nya telah ia terima. Jae kemudian berjalan ke Yuju dan memberikan bubble tea dengan warna pink itu kepada Yuju.
"Terima kasih," ucap Yuju yang di jawab oleh gumaman oleh Jae.
Keduanya kembali melanjutkan langkah mereka yang di selingi oleh perbincangan ringan antara keduanya yang sesekali membuat Yuju tertawa.
Yuju juga sudah tidak terlihat gugup atau canggung lagi seperti sebelumnya berkat Jae yang berhasil menghilangkan rasa itu.
Langkah keduanya berhenti tepat di depan sebuah live band music yang menampilkan lagu Ballad yang enak di dengar, suara sang vokalis pria band itu pun sangat bagus.
Saat sedang menikmati penampilan band itu tiba-tiba saja dari arah belakang ada seorang pria yang tidak sengaja menyenggol Yuju hingga hampir membuatnya terjatuh.
"Ahh..."
Dan di luar dugaan dengan sigap Jae menarik tangan Yuju yang hampir terjatuh dan membawanya masuk ke dalam pelukannya.
"Kau harus hati-hati," ujar Jae singkat.
Yuju membulatkan matanya tidak bisa berkata-kata ia terlalu terkejut dengan apa yang baru saja Jae lakukan.
Posisi Yuju saat ini tepat berada di dada bidang Jae dengan pipi yang menempel pada dada itu. Kedua pipi itu merona seketika dengan sangat parah.
"T-terima kasih."
Yuju kemudian berusaha melepaskan tangannya yang menggenggam kedua sisi pinggang Jae secara perlahan, namun selanjutnya yang terjadi malah membuat Yuju semakin terkejut.
Bukannya membiarkan Yuju melepaskan pelukannya malahan Jae menyelipkan tangan kanan nya pada pinggang Yuju yang terasa ramping.
"Biarkan seperti ini, akan lebih aman."
Astaga bunuh Yuju sekarang juga, ada apa dengan pria ini? apa Jae tidak bisa mendengar detak jantungnya yang bagaikan drum?
Kemana sisi dingin pria itu?
KEMANA?!
...
Angin malam yang bertiup pelan menerpa keduanya menambah betapa indahnya malam ini, langit pun terlihat begitu indah. Bintang-bintang bertebaran di langit malam yang gelap itu dan berkelap-kelip dengan cantiknya.
Jae dan Yuju memilih untuk memisahkan diri sejenak dari keramaian di sebelah sana, dengan duduk di bawah pohon cherry blossom.
Meskipun keduanya tidak mengeluarkan sepatah katapun namun Jae dan Yuju menikmati moment itu, dan mereka tidak protes sedikit pun akan hal itu.
Sudah lama sekali rasanya Yuju merasa sangat santai seperti ini, ia dapat menenangkan pikiran, lelah, dan beban yang selalu ia rasakan.
Mata Yuju melirik ke sebelah kirinya, tempat dimana Jae mendudukkan dirinya sambil mendongak menatap langit malam itu.
Sempurna.
Kata itu yang dapat Yuju deskripsi kan untuk pria itu. Wajah itu terlihat sangat damai dan rupawan seperti yang Yuju katakan sebelumnya jika ia ditanya apakah ia pernah melihat Dewa Hermes maka ia akan langsung menjawabnya.
"Bintang-bintang itu sangat cantik," ucap Jae membuka suara.
Dengan cepat Yuju langsung mengalihkan pandangannya, tentu saja ia tidak ingin Jae tau bahwa ia sedang memandangi wajah pria itu.
"Kau benar, sangat cantik."
"Kau menikmati kencan pertama mu?" Yuju tersedak seketika.
"Uhuk... uhuk..., tentu saja ini sangat menyenangkan," Jae tersenyum tipis.
"Aku juga."
Lihat? ternyata pria dingin ini tidak sedingin yang orang-orang katakan.
Tiba-tiba saja terlintas satu pertanyaan pada benak Yuju.
"Hmm... Jae apa benar kau CEO dari perusahaan the Flaws?
Yah... pernyataan itulah yang muncul di benaknya, ia ingin memastikan ulang hal itu.
"Oh kau tau?" singkat Jae.
Yuju melongo.
Yang benar saja! apa pria ini tidak pernah melihat televisi, artikel, atau semacamnya?! jelas-jelas wajahnya hampir selalu terpajang di sana.
"Benar, aku CEO dari perusahaan itu," lanjut Jae.
"Wow, aku tidak percaya ini. Aku sedang bersama seorang CEO," ucap Yuju yang terdengar lucu.
"Bukankah itu hal bagus?"
"Hahaha... tentu saja," ujar Yuju dengan nada bercanda.
Satu hal yang Jae tidak dapat mengerti dari hatinya, untuk pertama kalinya ia merasakan hal berbeda pada wanita. Jae merasa nyaman dan hidup.
Perlahan tangan dengan jemari panjang itu mencoba meraih tangan mungil milik Yuju yang ia letakkan dia atas paha.
GREB
Tangan itu menggenggam dengan sempurna tangan halus Yuju yang sangat terasa pas di genggamannya.
Yuju melihat kebawah. Ia melihat tangan miliknya yang telah di genggaman erat oleh Jae yang menatapnya dengan diam.
Yuju sudah benar-benar kehilangan kata-kata, ini terlalu manis untuknya. Semuanya sungguh sangat tidak terduga bahwa Jae akan menggenggam tangannya seperti ini.
Tidak ada kata lain selain bahagia yang dapat ia katakan.
Yuju tersenyum membalas tatapan Jae dan membalas genggaman tangan itu.