“Terimakasih telah berbelanja di O-Market!”
Sapaan orang berseragam biru cerah di bagian kasir tampak sangat tulus kepada setiap pelanggan. Dia baru saja menyapa pelanggan yang telah membeli dan membayar belanjaan. Itu adalah pekerjaannya sebagai seorang pegawai dari toko swalayan. Sikapnya sangat cocok dijadikan sebagai pegawai teladan.
“Ha~~~ah.....Akhirnya, aku bisa sedikit istirahat. Tidak kusangka kalau pelanggan akan datang lebih banyak dari dugaanku.” Perkataan laki-laki berambut hitam pendek berkacamata itu terlihat cukup lelah.
Dia sudah kehilangan sikapnya yang cocok sebagai pegawai teladan dengan beberapa kata yang keluar dari mulutnya yang mulai kering. Laki-laki itu duduk sejenak pada kursi kecil di dekat kasir. Dia menghela nafas cukup panjang.
Pikirannya sedikit kacau. Namun, laki-laki itu tidak akan berhenti begitu saja. Dia tidak sembarangan bekerja di toko itu. Apa yang dia incar lebih dari itu. Itu adalah....
“Hasan, ini gajimu...”
“Gajiiiiaaannn!!” Teriakan laki-laki bernama Hasan itu membuat orang yang menghampirinya terkejut.
Hasan mulai terdiam. Wajahnya pun berubah seketika. Dia menjadi sangat pucat. Hasan baru menyadari bahwa dirinya terbangun dari kursi kecil yang baru dia duduki. Hasan membalikkan badannya. Dia menemukan seorang laki-laki gemuk dengan seragam biru dan celana hitam yang sama dengannya. Laki-laki itu masih tidak berkutik setelah mendengar teriakan Hasan yang sangat tiba-tiba tadi.
“B-Bos...Maaf....”
“E-Eh, tidak masalah. Aku paham kalau kau memang menunggu hal ini,” Ujar laki-laki yang merupakan atasan dari Hasan di toko itu. Dia terlihat tidak mempermasalahkan hal tadi.
“T-Tapi....”
“Tidak perlu cemas begitu, Hasan. Aku sudah tau kebiasaanmu setiap kali gajian. Apa kau akan menggunakan gajimu bulan ini untuk membeli sesuatu yang kau sukai lagi?” Atasan Hasan bertanya dengan nada cukup santai.
“Ah, itu benar. Aku ingin membeli gim yang baru rilis hari ini. Fadhel sudah memesankannya untukku beberpa minggu lalu,” Wajah Hasan mulai bersinar saat menjawab pertanyaan dari atasannya itu.
“Gim? Maksudmu.....[Great Hero Online]? GHO, kan?”
“Itu benar!” Hasan menegaskannya dengan sangat percaya diri.
“Aku cukup terkejut. Kau ternyata menyukai gim seperti itu,” Atasan Hasan mengungkapkan hal itu dengan tangannya yang mengusap-usap dagunya.
“Aku tidak menyukai gim-gim seperti itu. Aku ini....sangat menyukai tokoh-tokoh pahlawan sejak dulu. Beberapa Channel TV menayangkan seri yang bagus tentang pahlawan beberapa tahun lalu, tapi anak-anak zaman sekarang sudah cukup teracuni oleh acara televisi yang tidak mendidik. Miris sekali, ya?” Laki-laki itu cukup senang dan sedih mengingat masa lalu yang mulai memudar.
Hasan hanya menatap langit-langit toko. Dia tidak bisa melupakan masa-masa yang pernah menemaninya dan memperkenalkan padanya arti pahlawan sebenarnya. Apa itu pahlawan? Apakah mereka benar-benar ada? Apakah kita bisa menjadi seperti mereka? Menyelamatkan dunia dan memberi harapan pada umat manusia. Itu adalah hal sangat luar biasa. Namun, hal itu bukanlah tugas yang bisa digenggam oleh setiap orang.
Alasan Hasan ingin bermain GHO sangat sederhana. Dia penggemar berat seri berbagai macam tokoh pahlawan, baik fiksi maupun non fiksi. Laki-laki itu merasa bahwa dia dapat mewujudkan impiannya menjadi pahlawan super dalam gim yang baru itu.
“Yah, aku paham tentang kemauanmu untuk bermain GHO, tapi jangan sampai dirimu lupa waktu karena bermain,” Atasan Hasan memperingatkannya dengan cukup tegas. Dia tidak ingin kinerja pegawainya terganggu karena bermain.
“Baik, Bos!”
“Ini gajimu. Gunakan sesukamu.”
Hasan menerima gaji dari atasannya yang gemuk itu. Dia sangat senang mendapatkan amplop tebal coklat bertuliskan namanya di bagian tengah. Matanya bersinar-sinar. Senyumannya penuh dengan kegembiraan yang tidak bisa dibendung.
“Terimakasih, Bos! Kalau begitu, saya permisi dulu!” Hasan sedikit menundukkan kepalanya dengan sopan di hadapan atasanya.
“Ya. Berhati-hatilah saat pulang.”
“Baik, Bos!” Hasan berlari ke arah pintu keluar toko swalayan itu. Dia terlihat masih memasang wajah senang dan tidak sabar untuk mencoba bermain GHO.
Dia sudah lenyap dari toko swalayan yang merupakan tempatnya bekerja. Dia berlari ke rumahnya. Hatinya sangat berseri-seri dengan malam sudah mulai menyapanya. Bintang dan bulan mulai menyapa dirinya dari atas. Dia merasa bahwa gim GHO yang dia dapatkan akan sampai di depan rumahnya malam ini.
=======
Perjalanannya menuju rumah sudah selesai. Dia sudah berada di depan pintu rumahnya yang tidak begitu besar. Laki-laki bernama Hasan itu melihat ke arah bawah. Ada sebuah bingkisan kecil di depan pintunya. Laki-laki itu mengambil bingkisan itu dengan wajah yang masih berseri-seri.
“Ini dia! Sudah tiba!” Hasan mengekspresikan kegembiraannya dengan sangat jelas.
Hasan membuka pintu rumahnya dengan cepat dan menguncinya kembali. Dia melepas sepatunya dengan cepat dan sudah tidak sabar mencoba membuka bingkisan berwarna putih tadi. Dia berlari menuju pintu merah yang ada di bagian tengah dalam rumahnya.
Hasan tidak bisa menahannya lagi. Dia membuka pintu merah itu dengan cepat. Laki-laki itu menyalakan lampunya. Ruangan itu berisi tempat tidur berwarna biru dengan lemari dan meja yang dilengkapi oleh komputernya. Itu adalah kamar tidurnya. Dia membuka bingkisan itu dengan cepat. Hasan merobek bungkus putihnya.
“Great Hero Online....Ini benar-benar.....permainan yang kuinginkan....!! Aha!!” Hasan kegirangan melihat isi bingkisan itu.
Dia berputar putar sesaat di dalam kamar tidurnya. Dia terlalu berlebihan. Lalu, dia menyadari sesuatu dengan cepat. Ada sesuatu yang terselip di bagian kiri kiriman itu.
“Apa ini? Pesan?” Hasan mengambil kertas yang terselip itu.
Hasan meletakkan gim-nya di dekat komputer miliknya. Dia pun membuka kertas itu dengan perlahan. Dia merasa bahwa kertas itu cukup penting. Hasan duduk di kasur empuknya dan menghadap ke arah pintu masih terbuka.
“Pesan dari Fadhel, ya? Coba aku lihat.”
{Hei, Hasan! Kau menerima GHO-nya, kan? Gim ini sudah kupasang ke komputerku. Gim ini termasuk MMORPG dan membutuhkan jaringan internet yang lancar. Jadi, kau harus menyiapkan segalanya. Selain itu, server GHO akan dibuka hari ini pukul 8 malam. Kau harus segera memasangnya ke komputermu! Aku akan menunggumu! Tertanda – Fadhel }
“Ya ampun, dia cukup serius kalau membahas tentang gim. Baiklah, aku harus segera memasang GHO.”
Laki-laki itu bangkit dari tempatnya duduk. Dia berjalan ke arah komputernya yang masih belum dinyalakan. Hasan menghidupkan komputernya dan menunggu sesaat hingga monitornya menampilkan desktop.
“Ok, sudah siap. Sekarang, aku harus memasukkan CD GHO ini.”
Hasan cukup mengerti dengan apa yang dia lakukan. Dia mengeluarkan CD gim dari wadahnya yang menggambarkan visual dari gim-nya. Laki-laki itu semakin tertarik dengan gim yang akan dia mainkan. Dia memasukkannya ke bagian CPU komputernya.
Pengolahan awal telah dimulai. Hasan mencoba untuk memasang gim itu tanpa bantuan kenalan atau siapapun. Dia menggerakkan mouse dan memainkan keyboard-nya dengan sedikit kaku.
“Oh, ini agak mirip dengan memasang aplikasi biasa dan terlihat lebih sederhana. Setelah menekan ╠ACCEPT╣, pilih tempat penyimpanannya. Aku simpan di Disk D saja. Lalu, pilih tombol ╠INSTALL╣. Oke, selesai!”
Hasan sudah melakukan hal-hal untuk memasang GHO di komputernya. Dia sangat percaya diri dengan kemampuannya yang masih baru di dunia gim. Laki-laki berambut pendek itu tersenyum-senyum sendiri sembari memandang cahaya dari layar monitornya.
“Wah, agak lama juga, ya? GHO butuh waktu 30 menit untuk pemasangan manual lewat komputer. Ha~~~ah,” Suara Hasan terdengar tidak bersemangat.
Dia berpikir bahwa memasang permainan seperti GHO tidak memakan waktu hingga setengah jam. Ini melebihi perkiraannya. Namun, dia mencoba untuk tidak berkecil hati. Hasan mencoba untuk tidak menatap layar komputernya terlalu lama. Laki-laki itu berdiri dari tempat duduknya.
“Lebih baik....aku membawa makanan dari dapur. Hm?”
Hasan terdiam sejenak. Dia melirik meja di dekat komputernya. Dia sedikit penasaran. Dia menghampiri meja kecil dari kayu itu dengan perlahan. Hasan mengambil barang yang bergetar di atasnya.
“Ada panggilan? Oh, Fadhel!” Hasan mengambil ponselnya dari meja kecil itu.
Hasan menerima panggilan dari temannya yang bernama Fadhel. Dia terlihat cukup senang. Dia menerima panggilan dari ponselnya dengan cepat.
(“Hei, Hasan! Kau menerima kirimanku, kan? Bagaimana? Apa kau sudah memasangnya? Oh, jangan lupa membayar untuk pembelian gim itu, ya?! Uangku sudah habis....”)
“Ya, aku menerimanya. Aku tinggal menunggu proses pemasangannya selesai. Tentu saja, aku akan bayar gim-nya besok. Ngomong-ngomong, kenapa kau meletakkan gim-nya saat aku belum pulang ke rumah?” Hasan memulai pembicaraan tentang permainan yang dikirim Fadhel padanya.
(“Hm, aku tahu kau akan menanyakannya. Aku ada urusan di rumah. Akhirnya, aku meletakkan gim itu di depan rumahmu. Aku juga baru selesai memasangnya. Namun, server-nya akan mulai diresmikan pada pukul 8 malam ini. Jadinya, aku menyiapkan beberapa cemilan untuk kumakan nanti!”)
“Kebetulan. Aku juga akan menyiapkan makanan untuk menemaniku bermain GHO. Apa kau sudah memikirkan nama untuk Hero-mu?”
(“Eits! Hm! Aku tidak akan mengatakannya! Kau akan kuberitahu setelah kita sudah memainkan gim-nya”), Fadhel terdengar cukup antusias dengan GHO yang baru rilis ini.
“Kalau begitu, aku juga akan memberitahu nama Hero-ku saat kita bertemu di dalam dunia GHO,” Hasan membalas perkataan Fadhel dengan semangat yang cukup tinggi.
(“Hm! Hm! Itu baru yang kusebut adil! Lebih baik, kau segera siapkan makanan! Server-nya akan dibuka sebentar lagi. Kalau begitu, sampai jumpa di GHO!”)
“Ya. Sampai jumpa.”
Panggilan sudah berakhir. Hasan dan Fadhel telah setuju untuk bertemu di GHO nanti. Hasan semakin antusias mendengar hal itu. Dia mulai menemukan apa yang menjadi tujuannya untuk bermain. Hasan meletakkan ponselnya kembali di meja kecil semula.
“Maaf saja. Kau terlalu cepat sejuta abad untuk bisa mengalahkanku, Fadhel.”
Hasan membalikkan badannya dari meja kecil tadi. Dia melirik komputernya yang masih dalam proses pemasangan aplikasi GHO. Dia melihat beberapa bagian yang membuat GHO bisa terpasang tanpa kesalahan.
“Jaringan internet sudah bagus. Listrik juga tidak ada masalah. Pemasangannya juga tidak ada masalah. Oke, waktunya mengambil makanan di dapur,” Hasan beranjak dari kamarnya.
Laki-laki itu berjalan ke pintu bagian belakang. Di sana, dia menyalakan beberapa lampu untuk menerangi jalannya. Dia memiliki rumah yang cukup sederhana di bagian dalamnya. Hasan hanya memikirkan hal yang menurutnya menyenangkan dan bagus berdasarkan apa yang dia sukai. Kemungkinan, dia tinggal di sana karena dirinya suka arsitektur sederhana dari rumahnya.
Hasan bukanlah orang yang berpikir rumit. Dia ingin segera mencoba bermain GHO. Hasan pun memasuki dapurnya. Ruangan itu terlihat cukup rapi. Meja, kursi, dan kulkasnya sangat bersih. Dia seperti baru pindah ke rumah itu. Namun, Hasan sedikit kebingungan. Dia mendekati kulkas dan menemukan beberapa makanan kecil.
“Apa, ya? Hmmmm...? Oh, aku masih memiliki roti coklat ini! Aku kira sudah habis tadi pagi. Baiklah, aku akan memakan ini sambil bermain nanti. Susu coklat ini akan menambah variasi rasa yang tidak akan terlupakan. Oke, ini sudah cukup,” Hasan memilih makanannya dengan cepat.
Laki-laki berambut hitam pendek itu mengambil bungkusan berisi roti tawar dan susu vanila yang dibungkus plastik di dalam kulkasnya. Dia membawa makanan dan minuman itu ke kamarnya. Hasan menghabiskan waktu cukup lama di dapur. Dia merasa bahwa GHO sudah selesai terpasang.
“Ok, ok! Apakah sudah terpasang semua?” Hasan berjalan ke arah kamarnya semula.
Dia meletakkan roti dan susunya di meja kecil bersama ponselnya. Laki-laki itu menempatkan tubuhnya pada kursi besar di depan monitor. Dia memfokuskan tatapan dan kacamatanya pada layar itu.
“Wah! Sudah selesai! Sudah kuduga memasang jaringan internet bisa berguna! Aku ini memang hebat!” Hasan mulai menyombongkan dirinya.
Laki-laki bermabut hitam itu membuka aplikasi GHO. Dia sudah memeriksa waktunya. Waktu menunjukkan hampir jam 8 malam. Dia sudah bisa memainkan GHO saat server terbuka bersamaan. Ini cukup mudah baginya.
Hasan tidak bisa tenang. Pikirannya tidak bisa fokus ke hal lain. Dia memikirkan hal-hal seperti bersenang-senang dan mengalahkan monster bagaikan pahlawan yang sering dia kagumi. Layar komputernya mulai menunjukkan bagian-bagian awal dari menu GHO.
╠YOUR HERO’S NAME IS {.........}╣
Tulisan itu muncul di depan layarnya setelah membuka aplikasi GHO beberapa saat setelah pemasangan selesai. Hasan mulai sedikit bingung pada awalnya, tapi ini bukan masalah baginya. Dia tahu apa yang akan dia isikan.
Hasan sedikit memikirkan beberapa nama untuk Hero versi dirinya. Petualangan melawan monster dan menolong siapapun dari segala bahaya. Itu adalah salah satu yang dia sukai dari seri petualangan. Laki-laki itu sudah memutuskannya.
“Mungkin ini terdengar jelek, tapi....biarlah. Server-nya pasti sudah dibuka,” Hasan mengetik bagian kosong dari kalimat itu. Dia paham dirinya ingin menjadi pahlawan seperti apa.
╠ YOUR HERO’S NAME IS {DYNE}╣
Hasan menamai Hero versi dirinya sebagai DYNE. Apa arti nama itu? Tidak ada yang mengetahuinya kecuali dirinya sendiri. Hasan menekan tombol {ENTER} di keyboard-nya. Namun, hal aneh terjadi.
Layarnya menjadi hitam. Monitornya seakan mati seketika. Hasan mulai heran dan bingung melihat apa yang baru saja terjadi. Dia mencoba mengutak-atik keyboard dan bagian dari CPU-nya dengan cepat.
Tidak ada gunanya. Komputernya tidak mau menyala. Dia merasa komputernya terkena virus atau sejenisnya. Namun, monitornya menampilkan kata-kata dari GHO secara tiba-tiba.
“Apa ini.....?”
╠SELAMAT DATANG, HASAN ALIAS PAHLAWAN DYNE. ANDA MERUPAKAN SALAH SATU DARI ORANG-ORANG YANG AKAN MENJELAJAHI DUNIA YANG TIDAK PERNAH ANDA LIHAT. SEMOGA ANDA BISA MENJADI PAHLAWAN DARI DUNIA BARU KAMI╣
*BRAKKK!!!
Suara benda jatuh sangat keras terdengar. Hasan pun terkejut. Dia segera memalingkan wajahnya dari monitor ke arah suara itu. Dia melihat hal yang tidak bisa dilihat dan dipercaya oleh semua orang. Ini merupakan sesuatu yang menakutkan.
“S-Semuanya....terhisap...ke bawah...”
Hasan melihat barang-barang di kamarnya terhisap ke lubang berwarna merah yang tiba-tiba muncul. Lubang itu seakan menghisap apapun yang berada di dekatnya termasuk lemari besar yang jatuh dengan suara keras tadi.
“Apa ini?! Ini.....bencana!! Aku harus minta bantuan!!!”
Laki-laki berambut hitam itu sudah tidak bisa tenang ataupun tertawa. Wajahnya menjadi takut dan tidak mampu melontarkan kata-kata yang dikatakan saat ingin bermain GHO. Dia merasa bahwa kamarnya ini sudah tidak aman.
Hasan beranjak dari kursinya dengan cepat. Dia membuka jendela di dekat komputernya. Dia ingin berteriak meminta tolong. Namun, bencana itu tidak dirasakan olehnya saja.
“Apa....itu? Lubang merah?” Hasan tertegun melihat pemandangan mengerikan di luar rumahnya.
Lubang merah besar terbuka dari bumi. Lubang itu menghisap perumahan dan benda-benda di dekatnya. Tangisan orang-orang terdengar sangat keras. Rasa takut sudah terpancar dari orang-orang di luar rumah Hasan. Semua kesenangan yang dia rasakan berubah menjadi hal yang mengerikan.
Apakah ini sudah saatnya dunia berakhir?
Hasan tidak bisa menggerakkan kakinya. Kedua matanya tidak mampu berpaling dari pemandangan mengerikan yang merenggut kota tempat dia tinggal. Dia merasakan semangatnya sudah hilang. Ada apa ini? Hasan hanya ingin bermain GHO dengan santai. Ini bukanlah bencana biasa. Dia tidak tahu apa yang terjadi.
“Huwwaaaaaaa!!! Kenapa?! Kenapa?! Kenapa?!” Hasan memegang erat kepalanya. Dia sangat frustasi dan tidak bisa melakukan apapun.
Hasan sudah tidak bisa menyemangati dirinya lagi. Dirinya sudah sekarat. Matanya mulai memudar. Pandangannya mulai sulit membedakan benda-benda yang hancur di dekatnya. Ini sudah berakhir.
“Selamat tinggal, diriku yang tidak bisa menjadi pahlawan....”
Tubuh Hasan terjatuh ke lubang merah yang semakin membesar di dalam kamarnya. Dia sudah kehilangan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Pahlawan yang sangat ingin dia miliki dalam dirinya hampir mati. Hasan tidak mampu memberikan kekuatan apapun bagi dunianya. Inilah akhir dari segalanya. Tubuh dan dunianya sudah lenyap.
======
“Hasan? Hasan! Bangunlah! Aku Fadhel, temanmu!”
“Ehmm....”
Seorang laki-laki membangunkan Hasan. Laki-laki itu sedikit mundur dan membantu Hasan duduk dengan baik. Hasan terlihat masih kebingungan dan tidak bisa berpikir jernih. Kepalanya sedikit pusing.
“Kau....Fadhel?” Hasan sedikit memiliki ingatannya yang agak kacau.
“Ya! Ini aku, Fadhel! Syukurlah, kau selamat.” Laki-laki berambut merah pendek itu cukup lega melihat laki-laki berkacamata di depannya tidak terluka.
“Selamat? Ah, rumahku....kota tempat tinggal kita....” Hasan mulai mengingat tragedi yang menimpa dirinya.
“Maaf, Hasan. Sepertinya....kita sudah tidak ada di Bumi.”
“Apa maksudmu, Fadhel? Kau ingin mengatakan bahwa Bumi sudah tidak ada?” Hasan mulai menanyakan pertanyaan berat pada laki-laki bernama Fadhel itu.
Fadhel sedikit sulit menjelaskannya dari mana, tapi dia sudah mengetahui reaksi Hasan akan seperti itu. Dia pun memberitahu hal yang tidak biasa. Itu merupakan sebuah petunjuk yang akan menuntun mereka berdua.
“Hasan, coba kau gerakkan salah satu tanganmu ke depan. Lalu, gerakkan sedikit ke bawah.” Fadhel seakan ingin menunjukkan sesuatu pada Hasan.
Hasan sedikit kebingungan mendengar hal itu. Namun, dia melakukan apa yang diminta oleh Fadhel. Dia terlihat sangat percaya dengan temannya itu. Hasan menggeser sedikit tangannya di depan tubuhnya. Lalu, layar merah aneh muncul tiba-tiba.
“Apa ini?”
“Ini adalah ╠Status Bar╣. Bar ini memberikan kita informasi mengenai daftar submenu dan beberapa informasi lain.” Fadhel menjelaskan hal itu dengan cukup tenang pada Hasan.
“Tapi....kenapa bisa....?”
“Ini penjelasan tidak logis, tapi kau harus percaya. Kita sudah tidak berada di Bumi.”
Hasan terkejut dengan perkataan dari Fadhel. Hal itu memang sulit dipercaya. Tidak akan ada yang bisa menerima fakta itu dengan cepat. Laki-laki berkacamata itu masih mencoba memutar otaknya terhadap apa yang dikatakan oleh Fadhel.
“Itu...mustahil...” Hasan tidak mempercayai hal itu dengan mudah.
“Ini terdengar tidak masuk akal. Namun, aku punya dua bukti kuat dan fakta tentang hal itu. Pertama, coba kau tekan tombol ╠Log Out╣ di bagian bawah.” Fadhel memberikan arahan dan penjelasan yang cukup mudah dimengerti oleh Hasan.
Hasan melakukan hal yang diperintahkan oleh Fadhel. Jari tangannya bergerak perlahan ke arah tombol yang diarahkan oleh Fadhel. Jarinya telah mencapau tombol itu. Lalu, Hasan menekan tombol tersebut.
╠ERROR╣
Kata itu muncul tepat pada tombol ╠Log Out╣. Hasan mencoba menekannya beberapa kali, tapi hasilnya tidak berubah. Ini membuktikan bahwa dirinya sudah tidak berada di Bumi, tapi dunia yang mirip seperti permainan fantasi.
“Kau tidak bisa keluar dari sini, kan? Dengan kata lain, ini mirip seperti dunia fantasi yang ada di beberapa permainan modern.” Fadhel menegaskan fakta pertamanya.
“Lalu, apa fakta kedua yang ingin kau beritahu?” Hasan ingin mengetahui fakta berikutnya.
“Berdirilah. Ikuti aku.” Fadhel beranjak dari duduknya. Dia berjalan ke arah depan dan diselimuti beberapa tanaman hijau di sekitarnya.
Hasan berdiri setelahnya. Dia membersihkan bagian pakaiannya rusak dan kotor. Hasan belum mempersiapkan tekadnya dengan baik. Dia masih takut akan bencana yang dia lihat saat dia memainkan GHO. Namun, dia tidak punya waktu untuk hal itu. Dia pun melangkah di belakang Fadhel dengan iramanya yang sama.
“Ah, itu dia. Hasan, lihatlah,” Fadhel berhenti dan menunjuk ke arah depan.
“Hm?” Hasan segera menyusul Fadhel dan melihat fakta keduanya.
Hasan melihat serangkaian hal yang tidak biasa dilihatnya. Langkahnya terhenti seketika. Dia menyaksikan sebuah kota yang sudah hancur dan tertutup oleh hutan. Gedung dan banguan sudah menjadi pot bagi tanaman-tanaman hijau di sana.
“Ini....”
“Kau belum tahu, kan? Kota itu bernama Aldora. Itu adalah kota yang harusnya menjadi tempat awal pemain baru di GHO. Awalnya, aku tidak percaya akan semua ini. Namun, bencana yang melanda kota yang kita tinggali serta keberadaan tempat dan menu-menu yang mirip seperti di gim....satu hal yang pasti tentang semua ini.....” Fadhel mulai meyakinkan hati dan tekad Hasan yang sudah mempersiapkan dirinya.
“Kita berada...di dunia....[Great Hero Online]?” Hasan mengatakannya dengan wajah yang tidak bisa berpaling dari Kota Aldora.
“Itu benar,” Fadhel tidak bisa menyembunyikan fakta ini dari Hasan.
Dunia baru yang mereka masuki. Great Hero Online. Dunia yang baru mereka rasakan dan mereka cium. Mereka terjebak bersama dengan orang-orang yang berada di Kota Aldora. Dunia yang menjadi tempat bernaung mereka sudah tidak sama lagi. Ini merupakan dunia yang berbeda. Dunia yang telah menggantikan Bumi para manusia.
Selamat datang di Great Hero Online. Dunia baru yang akan membuat kalian bisa menjadi pahlawan yang disegani atau penjahat yang ditakuti. Fakta dan mitos seakan mulai sirna. Dunia baru akan membimbing mereka pada kehidupan penuh misteri.