webnovel

Sekali lagi, cewek selalu benar

"Bagus ya film nya, coba kalau Farid sadar dari awal, tentu Ditha tak akan ke Australia?" Ceracau Maya sambil berjalan menuruni tangga menuju ke arah pintu keluar.

"Ditha ke Australia karena ada Joe di sana, dan itu masa depannya." Jawab Kendra lirih, yang itu tak seratus persen sadar ia ucapankan, oleh sebab pikirannya yang memang sedang kacau.

"Hah! Apa? Kok Ditha sih? Itu nama cewek nya Dita tahu?" Ucap Maya heran, Kendra tergagap, sepintas tadi telinganya menangkap nama Ditha yang memang kedengaran sangat mirip, atau halusinasi telah kembali menyusupi otaknya?

"Dan lagi dia ngga ke mana - mana, kok sampai ke Australia segala? ... Joe?" Maya menghentikan langkahnya menatap Kendra yang berjalan di sampingnya dengan alis mengernyit tajam, yang di pandang terlihat mulai kikuk.

"Loh bukannya tadi Maya bilang, 'coba kalau Farid sadar dari awal, tentu Ditha tak akan ke Australia'?" Kendra mencoba mengulang kalimat yang ia dengar dari 'suara' Maya tadi.

"Apaan sih? Aku tadi bilang, Farid harusnya sadar kalau Ditha itu cinta matinya." Maya masih menatap heran ke arah Kendra.

Kendra semakin salah tingkah, ucapannya jelas melenceng jauh dari isi cerita dalam film, menandakan Kendra memang tak menyimak jalan cerita film yang di putar, atau pikirannya memang sedang di rasuk-i oleh Ditha?

"Oh tahu? Ditha mantan Kendra ya?" Tebak Maya asal, terlihat senyum menggoda dari bibirnya, telunjuk nya ia goyang - goyang kan lurus ke wajah Kendra.

"N-ngawur. Bener-an, aku sempat lihat trailer sekuel nya, nama karakter berikutnya Ditha, dan dia ke Australia untuk mengejar Joe ?" Kilah Kendra.

Kebohongan pertama akan terus ditutupi dengan kebohongan yang lain. Dan itu sudah pasti.

Mereka berdua malah berdebat di tangga turun, beruntung mereka adalah penonton urutan paling belakang, sehingga tak ada yang memperhatikan perdebatan sengit antara Maya dan Kendra

"Ish Kendra ngaco!" Maya berjalan turun sambil menggerutu tak jelas, bibirnya manyun, dan malah terlihat lucu.

Kendra tersenyum kecut sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal, dapat dari mana coba tiba-tiba telinga dan mulutnya keceplosan nama Ditha.

***

15:30,

"Jadi belanja nya?" Tanya Kendra ketika sudah di parkiran, Maya mengangguk pelan, mereka sudah melupakan perdebatan un-faedah tadi.

"Biar sekalian capek nya, besok aku juga mau istirahat." Jawab Maya sambil mengenakan helm, matanya mengejap untuk mengadaptasikannya dengan silau.

Kali ini Kendra mencoba membantu mengaitkan tali helm yang dilihatnya Maya merasa kesusahan mencari pasangannya.

"Maaf. " Kedua tangan Kendra sampai menangkup ke depan hidungnya, ketika tangannya tanpa sengaja menyentuh pipi dan dagu Maya.

Maya sampai heran dibuatnya, hanya tak sengaja tersentuh, Kendra seperti melakukan kesalahan yang fatal.

Cowok yang unik batinnya

***

Dan motor pun berjalan menyusuri jalan Heritage Gajah Mada, yang tampak mulai menggeliat.

Butuh 20 menit untuk sampai tujuan, tampak tempat parkir motor terlihat penuh, butuh waktu untuk mencari celah kosong dengan berjalan pelan menyusuri deretan motor yang ter parkir.

Ketemu! Satu celah meski agak sempit namun jika menggeser sedikit kedua motor yang mengapit nya pasti muat.

Dan benar meski agak memaksa ternyata masih muat untuk 1 motor, Maya menunggu dengan sabar Kendra yang berusaha memarkirkan motornya.

Kemudian...

***

Maya menarik Troli belanja ukuran kecil dari tempat penyimpanan. Kendra dengan sigap segera mengambil alih kemudi, Maya pun berjalan di samping Troli belanja

"Ke tempat sabun." perintahnya, Kendra menurut menyusuri lorong - lorong rak tinggi dengan barang - barang yang tersusun sesuai jenisnya.

Maya mengambil satu kemasan sabun cair isi ulang berukuran besar.

"Kendra ngga sekalian belanja?" Tanya Maya, matanya terlihat serius mengamati beberapa merek sabun yang ada di rak, seperti sedang membandingkan, dengan sabun yang ia pegang saat ini.

"Apa ya? Kalau aku cukup di minimarket saja belanja nya." Jawab Kendra.

Memang kebutuhan cowok tak se - kompleks kebutuhan cewek, sabun saja bisa seminggu baru habis, shampo bisa satu bulan, tak perlu kapas, bedak, tisu, losion, maskara, bedak, lipstik dan lainnya. Belanja di minimarket depan atau di warung samping kos-an saja sudah cukup buatnya.

"Ya mumpung disini juga biar sekalian." Ucapannya terdengar ambigu, antara saran dan paksaan.

Jangan lagi berdebat dengan cewek, karena cewek selalu benar, dan benar - benar, benar!

Tak menjawab Kendra terlihat pasrah dan menurut.

Dia ambil sabun batangan yang se-paket isi empat, mencium aroma wangi nya sebentar. Matanya sampai terpejam agar bisa menikmati sensasi harum nya, sekalian memastikan aroma nya sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Kemudian dimasukkannya ke dalam Troli belanja, cukup untuk sebulan pikirnya, senyum tipisnya mengisyaratkan kepuasan.

Dari dalam Troli belanja, sabun pilihan Kendra diambil kembali oleh Maya, meletakkannya kembali di rak, kemudian menukarnya dengan sabun cair kemasan botol warna ungu beraroma Lafender.

Kendra hanya melongo melihat itu tanpa bisa mencegah, senyumnya mendadak kaku. Hanya bola matanya yang bergerak mengikuti gerakan tangan Maya mengambil; meletakkan; menukar; meletakkan kembali dalam Troli belanjaan sabun pilihannya.

"Pakai yang ini aja biar awet." Kalem, bahkan nada suaranya seolah sebuah saran, tapi aksinya seperti sebuah intimidasi yang mau tak mau Kendra harus menurutinya.

"Apalagi kalau ngga di pakai, pasti lebih awet lagi," celetuk Kendra kesal, pilihannya di acuh kan Maya.

"Apa?!" Mata Maya berkilat, alisnya terangkat satu, dia melirik ke arah Kendra.

"Kalau aku yang pakai pasti awet," ralat Kendra, ngeri juga saat melihat lirik kan Maya.

"Kita cari shampo," ajak nya, malas- malasan Kendra mendorong Troli belanjaan nya menuju ke rak berikutnya.

"Kendra biasa pakai yang mana?" Tanya Maya, matanya menyeleksi deretan shampo dalam rak.

"Yang ada gambar badak nya." Jawab Kendra asal. Dagu nya sudah ia letakkan pada besi pendorong Troli dan matanya kosong menatap kedepan.

"Aduh!"

Dan bisa ditebak, Kendra menggeliat geli, perutnya telah habis di cubit oleh Maya, matanya membelalak lebar. Kendra pun tegak berdiri dengan perasaan ciut.

Maya memilih shampo untuk dirinya sendiri dan Kendra. Kembali Kendra pasrah, dia seolah ngga berguna di sana, gunanya hanya sebagai pendorong Troli belanjaan.

Mengikuti Maya seperti mengikuti seorang juragan, semua barang kebutuhan Kendra Maya lah yang memilih kan, untungnya selera Kendra tak jauh - jauh dari apa yang dipilih kan Maya, malah kebanyakan Kendra menyukainya, hanya saja pendapatnya sama sekali ngga berguna. Tapi ya sudahlah, berdebat pun dia tak akan menang.

Hampir tiga puluh menit mereka berkeliling, Troli belanja berukuran kecil itu telah ter isi hampir separo barang kebutuhan mereka, di mana hanya sepuluh persen nya saja kepunyaan Kendra, sabun mandi cair, shampo, pasta gigi, cairan kumur, dan sabun cuci baju.

Sempat tadi dia ambil mie instan paket setengah lusin dengan bermacam varian rasa, namun entah saat ia melihat kembali ke dalam troli, mie itu telah raib! Kendra curiga, makhluk yang berjalan di sampingnya ini pelakunya.

Kendra hanya bisa mendesah panjang, gunanya sebagai pendorong troli saja.

Dan rata-rata barang Kendra semuanya Maya yang memilih. Sedang sisanya mulai dari kapas, tisu, losion, kondisioner, pembalut, dan segala keperluan dapur gula, teh, krimer, dan ada beberapa keperluan wajah adalah milik Maya.

"Sudah? Kendra perlu apa lagi?" Kendra menggeleng, percuma pikirnya toh itu bakalan Maya juga yang memilih.

"Yuk ...," ajak Maya sambil melangkah ke kasir.

Kendra mengeluarkan uang limapuluh ribu dua lembar, kemudian menyerahkannya ke Maya, Maya hanya mengambil salah satunya saja kemudian menggabungkan dengan dua lembar seratus kepunyaannya.

Sambil menunggu Maya antri di kasir, Kendra berjalan-jalan di sekitar lobi supermarket tak terlalu jauh dari meja kasir, sambil sesekali melihat ke arah Maya jaga - jaga seandainya dia sudah selesai membayar, Kendra bisa mengetahuinya agar bisa segera membawakan kantong belanjaan nya, dan waktu sudah menunjuk.

19:15.

Suasana semakin ramai saja, pengunjung silih berganti datang dan pergi.

Ketika menoleh ke arah kasir, dilihatnya Maya telah berdiri di depan kasir sepertinya belanjaan nya sedang di total.

Kendra menghampiri, berdiri di dekat Maya, matanya menatap barang-barang yang telah di total dan sedang dimasukkan ke dalam kantong plastik. Ada kentang potong beku, nugget, roti tawar dua bungkus, selai kacang, selai coklat. Pantas Maya kalau malam jarang terlihat keluar untuk membeli makan malam, ternyata perbekalan nya komplit.

***

"Kendra?" Seorang cewek menyapanya, dari belakang.

Kendra menoleh dan menatapnya bingung, dahinya sampai mengerut, mencoba mengingat dan mengira apakah dia mengenalnya? Atau mungkin pernah bertemu dengannya di suatu tempat ?

Seorang cewek berperawakan tegap berkulit hitam manis, dengan rambut kuncir kuda, wajahnya selalu memancarkan keceriaan, dan terlihat sangat energik.

Aduh siapa lagi ini?