Vanilla tengah asik membuat masakan untuk Devano, karena siang ini ia tidak ada kegiatan. jadi ia akan datang ke kantor suaminya untuk mengantarkan makan siang. perubahan Devano benar-benar membuat Vanilla nyaman dan kembali merasakan cinta dari orang yang dia sayangi.
untuk ayahnya, Vanilla sudah tidak pernah lagi bertemu dengan sang ayah setelah menikah dengan Devano. karena ayahnya terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Vanilla juga belum bisa menemui ayahnya karena masih sakit hati.
"udah selesai semuanya, sekarang waktunya siap-siap lalu berangkat ke kantin suami." gumamnya penuh semangat
Vanilla terus saja tersenyum sambil bersiap-siap untuk pergi menemui suaminya. ia yakin jika nanti Devano akan sangat terkejut dan senang karena ia mau datang ke kantor dengan membawakan makan siang.
Devano tengah asik berbincang sambil bercanda dengan seorang wanita yang duduk di pangkuannya. sesekali mereka saling memberikan kecupan satu sama lain.
"aku bener-bener kangen sama kamu, tapi kamu udah gak pernah datang ke rumah aku lagi." kata wanita itu manja
"akhir-akhir ini aku sibuk banget, jadi gak bisa nemenin kamu dulu. maaf ya." ucap Devano begitu lembut
"nanti kalo udah gak sibuk kita jalan-jalan keluar negri ya, aku pengen habisin waktu berdua sama kamu sepuasnya." pintanya semangat
"oke, apapun yang kamu mau." setuju Devano
Intan tersenyum senang mendengar perkataan Devano, lelaki di depannya ini selalu saja menurut. ini akan sangat mudah untuk Intan mendapatkan apapun yang dia mau.
dengan pelan Intan mendekatkan wajahnya dengan Devano, lalu tanpa permisi mencium bibir Devano. ciuman ringan kini berubah menjadi ciuman panas, keduanya saling melumat dan menyesap bibir. tidak sampai di situ, tangan Intan mulai beraba dada bidang Devano dengan begitu pelan. lalu melepaskan dasi yang bertengger di leher lelaki itu.
Vanilla sudah sampai di kantor suaminya, ia segera menemui Dino. sekretaris suaminya, untuk mengetahui dimana Devano berada. biasanya Devano di jam seperti ini masih belum selesai melakukan pertemuan di luar.
melihat tempat Dino kosong, Vanilla yakin jika suami dan sekretarisnya iti sedang ada pertemuan di luar dan belum kembali. Vanilla akhirnya memilih langsung masuk ke ruangan suaminya untuk menunggu di dalam. ia juga tidak akan menelpon Devano, agar nanti menjadi kejutan karena ia datang.
prankk.. Vanilla menjatuhkan tempat makanan yang ia bawa ke lantai karena terkejut dengan pemandangan di depannya. Dadanya terasa begitu sesak melihat adegan di depannya sebagai suguhan pertama saat memasuki ruangan Devano. suaminya tengah bercumbu dengan seorang wanita yang begitu ia kenal, wanita yang sudah lama tidak pernah di temui oleh Devano.
kedua sejoli yang asik bercumbu itu terpaksa menghentikan kegiatan mereka karena mendengar suara barang jatuh. dari wajah keduanya tidak menunjukkan rasa terkejut sama sekali.
"hai, apa kabar?" tanya wanita itu santai
"tadinya baik, sekarang sedikit terganggu karena ada parasit." jawab Vanilla, menahan amarah yang akan meledak.
"shh, kamu mengganggu. yang merasa terganggu harusnya kami bukan kamu, dasar perusak hubungan." desis Intan
Vanilla terkekeh geli mendengar perkataan Intan, sebagai istri sah. tentu ia yang berhak mengatakan itu pada wanita murahan seperti Intan bukan?
"pergi dari pangkuan suami ku!" Vanilla menyeret Intan dengan keras, membuat lengan wanita itu memerah saking kerasnya.
"harusnya kamu yang pergi dari ruangan ini, kamu itu tidak di butuhkan. Devano itu cuma butuh aku, bukan istri murah seperti kamu." sentak Intan
"murah? kamu gak punya kaca? mau aku belikan? ck, istri sah sudah di ikat dalam ikatan suci. sedangkan seorang pacar yang sering di tiduri tanpa ikatan dan mendapatkan beberapa lembar uang, aku sama teman-teman ku biasanya menyebab seorang pelacur." ujar Vanilla menusuk
Intan tidak bisa berkata-kata, Vanilla benar jika ia sering di tiduri oleh Devano sejak awal mereka berkencan. lalu ia akan mendapatkan beberapa uang atau barang-barang mahal. setelah beberapa menit diam, Intan Kemabli menatap Vanilla menantang.
"kamu menikah sama Devano cuma karena ayah kamu yang lebih mementingkan perusahaan. jadi kita gak ada bedanya Vanilla, kamu di jual hanya karena kejayaan perusahan. sedangkan aku pemilik hati Devano, jadi derajat ku lebih tinggi. ibarat aku ratu dan kamu hanya pelacur untuk pajangan karena gak pernah di pakai sama Devano." balas Intan tak mau kalah
"jelas beda karena bagaimanapun istri sah lebih baik dan lebih tinggi derajatnya, dari wanita yang hanya bisa membuka lebar kakinya lalu mendapat uang. aku wanita berpendidikan dan berkelas, sedangkan kamu? hanya bisa ngangkang di depan suamiku." ujar Vanilla pedas
Intan mengangkat tangannya hendak menampar Vanilla, namun dengan cepat Devano menghalangi dengan berdiri di depan Vanilla.
"pergi dari sini Vanilla." sentak Devano, membuat Intan tersenyum menang
"kamu lebih milih wanita murahan itu?" tanya Vanilla tak percaya
"dia pacar ku, dia wanita yang aku cintai sejak lama. jauh sebelum kamu datang dan menghancurkan segala kebebasan hidupku. jadi lebih baik kamu jaga sikap." bentak Devano, tepat di depan wanah Vanilla.
Vanilla mengepalkan tangannya kuat, rasanya sangat sakit saat cintanya sudah tumbuh namun sekarang harus di bunuh. ini benar-benar sangat menyakitkan, lebih dari luka yang mengeluarkan darah.
"bajingan!" teriak Vanilla, tangannya terangkat ke udara hendak menampar pipi Devano. namun terhenti.
"udah tau kenapa masih baper? lo selalu bilang gak akan pernah punya perasaan apapun sama laki-laki brengsek seperti gue ini kan? lalu kenapa lo dengan mudah mencintai gue yang hanya memberikan sedikit perhatian? lo kalah Vanilla, lo gak bisa menghancurkan gue dengan cara buat gue untuk mencintai lo." kata Devano
plakk
"sialan lo Devano. gue akan buat hidup lo seperti di neraka!" teriak Vanilla, setelah menampar keras pipi Devano
"udah jelas kan, derajat ku lebih tinggi dari pada wanita yang di jual?" kata Intan, membuat Vanilla semakin geram.
tidak bisa menahan diri lagi, Vanilla maju mendekati Intan lalu menampar keras pipi wanita itu tanpa halangan. saking kerasnya tamparan Vanilla, membuat Intan terhuyung ke belakang dan hampir terjatuh.
"oops, maaf tangan ku gatel." ujar Vanilla tanpa merasa bersalah, lalu cepat-cepat keluar dari ruangan Devano tanpa menatap sedikitpun suaminya.
Vanilla keluar dari ruangan Devano penuh dengan kekecewaan, ia masih belum menyangka jika ternyata Devano masih berhubungan dengan Intan. dan sikapnya selama ini hanya pura-pura saja.
Vanilla berjalan tanpa arah dengan wajah sembab, air matanya sudah kering karena terlalu lama menangis.
"padahal gue udah punya cinta itu untuk lo Devano, kenapa malah di hancurin?" gumamnya terdengar begitu rapuh
Vanilla sudah tak sanggup lagi harus bagaimana, ia terlalu kecewa dan sakit karena kenyataannya dengan Devano yang memang tidak akan pernah bisa bersama dengan saling mencintai.
"halo, gue boleh nginep di kosan lo untuk malam ini gak?" tanya Vanilla pada orang di sebrang
"..."
"gue udah di depan kosan lo." kata Vanilla pelan
beberapa saat kemudian, pintu berwarna coklat di depannya terbuka dengan lebar. menampakkan seorang gadis dengan pakaian tidur karakter Doraemon.
"Astaga, lo kenapa ngenes banget gini? kenapa abis di rampok lo?" tanya gadis itu menggebu-gebu
"boleh gue masuk dulu gak Del? gue capek abis jalan kaki." kata Vanilla
"oh, ayo-ayo masuk." Delia menuntun Vanilla untuk masuk kedalam kosan, lalu ia segera mengunci pintu agar aman saat mengintrogasi sahabatnya. tapi sebelum itu ia mengambilnya segelas air putih untuk Vanilla.
beberapa menit setelah dirasa Vanilla sudah tenang, Delia menatap sahabatnya penuh tanda tanya. Vanilla pun mulai menceritakan semuanya pada Delia, dengan air mata yang sesekali membasahi pipinya.
"sialan banget si Devano, dia harus dikasih pelajaran." geram Delia penuh amarah