webnovel

bab 13

Dino pulang dengan wajah kusut, ia benar-benar kesal bertemu gadis seperti Delia. moodnya juga jadi hancur karena gadis itu.

" biasanya gue gak gini kalo ketemu cewek ngeselin, apa karena dia bener-bener kampungan ya sampe gue sekesel ini?" gumam Dino dengan wajah kesal

di tempat lain, Devano tengah asik menikmati kota Jakarta yang begitu indah bersama Vanilla. mereka berkeliling menikmati indahnya malam di Jakarta, dengan gemerlap lampu menyala cukup terang.

"ayo pulang, capek dari pagi gak istirahat sama sekali." ajak Vanilla

"oke." Devano segera membawa mobilnya ke arah pulang, sebenarnya ia juga sudah Lelah dan ingin istirahat

saat sampai di rumah, keadaan sangat sepi. sepertinya kedua orang tua Devano sedang pergi keluar. keduanya pun memilih langsung memasuki kamar untuk segera beristirahat.

"Vanilla sini cepetan." panggil Devano

"iya bentar ish." dengus Vanilla yang masih sibuk memakai skincare dan perawatan kulit malam hari

selesai dengan ritual skincare, Vanilla langsung naik ke atas ranjang lalu tidur di sebelah Devano. dengan cepat Devano memeluk tubuh istrinya dengan erat, membuat Vanilla sedikit terkejut. namun segera bersiap biasa.

"gue harap, lo akan benar-benar berubah." batin Vanilla

***

hari ini Devano sengaja pulang dari kantor lebih cepat, karena ingin pergi makan malam di luar bersama Vanilla. sudah lama sekali ia tidak mengajak sang istri pergi makan di luar karena terlalu sibuk dengan urusan kantor.

"Vanilla, aku pulang." Devano berjalan memasuki rumah lebih dalam, mencari keberadaan istrinya yang entah ada di mana

dia sudah melihat kamar dan juga taman belakang rumah, tempat yang sering Vanilla huni. ternyata wanita itu tidak ada dua tempat itu. sampai akhirnya Devano mendengar suara sendok jatuh dari arah dapur, ia pun segera menuju dapur untuk mengecek apakah istrinya ada di dapur.

senyum mengembang saat ia melihat Vanilla tengah sibuk membuat kue kering sendirian. wanita itu sangat fokus, sehingga tidak sadar jika suaminya sudah pulang. dengan langkah pelan, Devano berjalan mendekati Vanilla. lalu memeluk wanita itu dari belakang.

"Astaga, Devano." pekik Vanilla dengan wajah terkejutnya ia menatap sengit sang suami

"hehe, maaf. lagian kamu serius banget buat kue sampe gak sadar suaminya pulang." ucap Devano sambil nyengir

"huh, sana bersih-bersih sama ganti baju dulu. biar aku masak buat makan malam tanpa gangguan." Vanilla berbalik lalu mendorong suaminya

"eh, aku pulang cepet karena mau ajak kamu makan malam di restoran. ayo mandi bareng biar gak lama." ajak Devano sambil memainkan kedua alisnya

"dih, gak mauuu." tolak Vanilla dengan bibir manyun

karena tak mau berlama-lama, Devano pun memilih untuk pergi mandi. sedangkan Vanilla melanjutkan acara masaknya yang hampir selesai beberapa menit lagi.

Devano tersenyum melihat Vanilla tampak terpesona dengan restoran yang mereka datangi. karena ini pertama kalinya mereka makan malam bersama di restoran yang cukup romantis.

"ayo duduk disana." ajak Devano

Vanilla benar-benar tidak bisa berkata-kata melihat begitu indahnya restoran yang mereka datangi.

"kenapa tiba-tiba mau makan di luar?" tanya Vanilla

"pengen aja, lagian udah lama kita gak makan malam di luar kan?." jawab Devano begitu santai

Vanilla hanya ber'oh ria, lalu kembali menatap sekeliling yang benar-benar begitu indah. ini adalah malam paling romantis yang Vanilla rasakan.

disini lain Delia yang sibuk mencari buku sedikit kesal karena ia kembali bertemu dengan Dino. sekretaris dan kepercayaan Devano. sudah cukup lama mereka tidak bertemu, dan sekarang mereka bertemu lagi karena Dino tidak sengaja menabrak Delia.

"ck, gue balik aja. males banget harus ketemu itu orang." dengus Delia

tanpa membawa satu pun buku, Delia memilih untuk kembali pulang. ia berjalan sendirian di jalanan yang cukup sepi pejalan kaki karena hujan baru saja reda. saking kesalnya ia sampai tidak sadar jika duduk di halte bersama dengan dua preman yang kini menatapnya penuh minat.

"neng cantik mau kemana?" tanya salah satu preman itu, membuat Delia sadar dan segera berdiri hendak pergi. namun sialnya tangannya di tarik oleh preman yang duduk di sebelahnya, alhasil Delia terduduk di pangkuan preman itu.

"pak lepaskan saya." kata Delia dengan takut

"iya nanti yang neng, kalo kita udah seneng-seneng. gimana kalo sekarang neng cantik ikut sama kita?" ujar preman yang satunya

"gak, lepas. atau saya akan teriak." ancam Delia dengan berusaha terus terlepas

"teriak aja neng, disini sepi gak akan ada yang denger." tantang salah satu preman

"TOLOOONG TOLONG." teriak Delia dengan sekuat tenaga, tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan. ia terus berteriak minta tolong dan berusaha melepaskan cekalan kedua preman itu.

dari kejauhan Dino yang sudah akan pulang melihat Delia sedang di tarik oleh dua orang berbadan besar. ia segera mengarahkan mobilnya untuk mendekat lalu segera keluar untuk membantu Delia.

"wah wah ada pahlawan." sinis salah satu dari preman yang menarik Delia

"lepasin adek saya bang." kata Dino dengan santai

"enak aja, gak usah ngaku-ngaku. sana pergi." usir preman itu

"dia adik saya bang. lebih baik abang lepasin atau saya lakukan kekerasan untuk bebasin adik saya." Dino terlihat begitu tenang dalam berbicara, tidak ada sedikitpun rasa takut membuat dua preman itu geram

kedua preman itu akhirnya . lepaskan Delia, lalu mereka hendak memujul Dino, dengan cepat Dino menangkis setiap pukulan itu. Dino cukup mahir beladiri jadi tidak sulit mengalahkan dua preman yang menurutnya tidak ada apa-apanya.

"kabur." teriak preman satunya, memberikan mode pada temannya yang masih berkelahi dengan Dino

Setelah dua preman itu kabur, Dino mendekati Delia yang terlihat masih takut. ia langsung merangkul pundak gadis itu lalu membawa ke dalam mobilnya. gadis itu tak mengeluarkan sedikitpun suara, membuat Dino sedikit merasa kasihan.

***

semakin hari sikap Devano semakin baik dan begitu manis terhadap Vanilla. bahkan Devano juga selalu pulang ke rumah tepat waktu. Vanilla bisa melihat jika Devano sudah berubah dan menjadi suami yang begitu baik untuk dirinya.

tiga bulan sudah mereka menikah, dan hubungan mereka sudah sangat membaik. Dan sekarang keduanya sudah tinggal di rumah mereka sendiri dan tidur di kamar yang sama. memang awal-awal perubahan sikap Devano membuat curiga jika mengingat kembali bagaimana lelaki itu menjadi lelaki brengsek. namun berjalannya waktu, Vanilla mulai percaya dan membuka hati untuk Devano. ia juga sudah menjalankan tugas sebagai istri dengan baik meskipun belum bisa memberikan hak seorang suami pada Devano.

"hari ini ada meeting sampe jam berapa?" tanya Vanilla yang masih fokus dengan laptopnya

"nanti kayaknya sampe jam tujuh aja deh, soalnya hari ini gak terlalu sibuk juga di kantor." jawab Devano yang juga fokus pada pengemudi

Sekarang Devano sudah rutin mengantarkan Vanilla pergi ke kampus, dan mereka juga sering kali menghabiskan waktu bersama. seperti pergi makan malam diluar, menghabiskan akhir pekan bersama dan menonton film di bioskop.

"semangat kuliahnya sayang." kata Devano sebelum Vanilla keluar dari mobil

"iya, kamu juga semangat kerjanya. Ingat jangan sampe lupa atau telat makan siang." Ujar Vanilla

Devano tersenyum, lalu dengan segera ia mencium kening istrinya lembut. hal yang sudah menjadi kebiasaan sebelum berpisah.

mungkin dulu hanya berpegangan saja mereka enggan, tapi sekarang mereka sangat intim dan juga penuh keromantisan. setelah Vanilla turun dari mobilnya, Devano segera pergi ke kantor seperti biasanya.

"hai?" sapa seorang wanita cantik yang sudah ada di dalam ruangan Devano

"udah lama?" tanya Devano dengan tersenyum lembut

wanita itu menggeleng, lalu segera mendekati Devano dengan langkah pelan. wanita itu langsung memeluk Devano dengan erat.