Aku dan Zero berjalan menuju ruang bawah tanah yang letaknya masih sangat kuingat dengan jelas. Tentu saja karena aku sering sekali mendatangi ruangan itu di masa lalu. Langkah kami berdua begitu mantap dan penuh semangat, hingga harus terhenti karena sebelum kami memasuki menara di mana di sanalah ruang bawah tanah berada, telingaku tanpa sengaja mendengar suara tawa pria dan wanita. Aku pun seketika menghentikan langkah.
"Kenapa, Giania?" tanya Zero yang heran melihatku tiba-tiba berhenti.
"Kau dengar suara barusan?"
Zero mengangguk. "Ya, aku mendengarnya. Sepertinya ada sepasang pria dan wanita di sekitar tempat ini."
Ternyata bukan hanya aku yang mendengarnya, tapi Zero juga. Satu hal yang membuatku heran sekaligus kesal, padahal istana seharusnya sedang berduka karena kematian ayahku sebagai raja penguasa kerajaan ini. Namun, entah kenapa ada sepasang pria dan wanita yang kini justru sedang tertawa seolah mereka sedang begitu bahagia.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com