webnovel

Elbara : Melts The Coldest Heart

"Gray describes my life before you come." Elbara Geofano Adalard Satu-satunya penguasa sekolah yang memiliki sifat dingin dan tidak tersentuh, kecuali pada Alvira, adik kesayangannya. Hari-harinya biasa saja, ditemani oleh kedua sahabatnya yang sangat konyol. Untuk menghadirkan senyum saja ia tidak minat, tapi banyak sekali cewek yang mengincar hatinya termasuk Priska Andini Adibanyu. Sampai seorang cewek yang lugu dan memiliki rasa penasaran yang tinggi mulai masuk ke dalam kehidupannya. Satu-satunya cewek yang berhasil membuka akses untuk masuk kedalam kehidupannya lebih jauh. Entah apa yang spesial dari cewek itu, sampai sekarang ia tidak tau apa yang menjadi alasan dirinya berprilaku berbeda hanya pada cewek itu. Namanya Venusa Angelica.

zakiasyafira · ไซไฟ
Not enough ratings
364 Chs

Bekal dari Vira untuk Nusa

Jam istirahat, dan bel sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. El, Nusa, Reza, dan Mario sudah duduk di bangku kantin dengan masing-masing makanan yang terdapat di hadapan mereka.

Makan kali ini di traktir oleh Reza dan Mario, mereka patungan untuk mentraktir El dan Nusa.

"Aku bayar sendiri aja, lagipula kan aku punya uang." ucap Nusa sambil menatap Reza dan Mario yang berada di hadapannya, ia tidak enak dengan dua manusia satu itu yang malah membuat dirinya juga ikut di traktir padahal kan ia juga menyontek sama El yang dalam artian tidak berhak menerima keuntungan apapun.

Mario tidak menanggapi ucapan Nusa, bukan karena malas atau marah dengan cewek satu itu. Tapi coba lihat, ia sedang makan bakso dengan nikmat sambil meracik-racik dengan sedikit cuka dan juga merica bubuk.

Reza yang memesan hal serupa dengan Mario itu pun langsung menolehkan kepala ke arah Nusa, ia menampilkan sebuah senyuman yang terlihat menakjubkan. "Buat lo mah nikmatin aja, Sa. Lagian juga lo cuma pesen mie ayam sama jus jeruk, di total juga gak nyampe lima puluh ribu kok."

Nusa meringis kecil, memang benar sih apa yang diucapkan oleh Reza. Ia tidak terlalu suka mengisi perut dengan nasi, ya dengan alasan nanti mudah kenyang dan bawaannya mengantuk.

"Ya enggak enak aja aku sama kalian, aku kan gak bantu apa-apa masa dapat bagian juga kayak El."

"Ya udah sini, gue yang makan."

Nusa terkejut karena tiba-tiba mangkuk mie ayam-nya di tarik oleh cowok yang berada di sampingnya ini, El melahap makanan miliknya dengan sangat nikmat karena kebetulan memang cowok itu belum memesan apapun. Mulutnya menganga, hampir di buat tidak mampu berbicara karena tidak paham dengan apa yang akan disampaikan.

"Eh El bener-bener lo, kasian tuh Nusa. Mana sekarang kantin lagi rame-ramenya, bisa-bisa dia gak makan sampai jam istirahat abis." Ini ucapan Mario, tumben sekali cowok itu berbicara benar.

Nusa yang mendengar itu pun langsung mengerjapkan kedua bola matanya, mengubah ekspresi menjadi biasa saja. "Ih gak apa-apa kok, lagian nanti ada istirahat kedua." Ia terkekeh renyah, ya sebenarnya sih cukup lapar tapi ya sudahlah.

El menatap Nusa sambil mengunyah, tatapan mereka tidak bertemu karena cewek itu tengah berbicara pada Mario. Ia mengangkat cuek bahunya, setelah itu kembali menikmati mie ayam.

"YUHU, KAK BARA KU SAYANG!"

Ingin rasanya menghilang dari muka bumi, El kedatangan tamu yang sangat bawel itu.

Mereka semua menolehkan kepala ke sumber suara, di sana terlihat Alvira yang tengah berlari kecil sambil memegang sesuatu yang sepertinya merupakan kotak bekal.

Nusa hanya diam saja, ia memperhatikan Alvira yang sudah berada di belakang Reza dan Mario, menaruh kotak bekal di atas meja lalu merangkul kedua cowok tersebut.

"Hai Kak Reza, Kak Mario. Apa kabar nih?" tanya Alvira dengan sangat ceria, ia belum menyadari kalau ada Nusa di samping El.

Mario menolehkan kepala ke arah Alvira. "Nih gue lagi makan baso, mau gue suapin gak? Tapi belas gue, nanti dihajar sama El." ucapnya sambil terkekeh kecil. Jangankan makanan bekas orang, makanan tersentuh lalat saja tidak boleh di makan bagi seorang El.

Sudah mengerti man bagaimana perasaan Reza ke Nusa? Ya begitu lah, cowo ini sedikit salah tingkah. "Makanan gue sama kayak Mario, lo mau? Tapi gak bekas, gue pesenin." ucapnya dengan nada bicara yang sangat lembut bahkan hampir membuat Mario terasa mual.

"Huek! Bisa aja modusnya, jangan mau Vira nanti lo gak tau kan bakso-nya mau di kasih guna-guna?"

Mendengar itu, Reza melempar gumpalan tisu kotor ke Mario. "Yang ada lo nih yang gue guna-guna biar mulutnya ke saring kalau ngomong."

Mario hanya tertawa, lalu mencolek lengan Alvira. "Tuh contoh cowok modus, sensitif banget kayak cewek lagi PMS." ucapnya.

Alvira hanya terkekeh, setelah itu melepaskan rangkulannya pada mereka berdua. "Mau modus juga gak masalah kalau ganteng mah gas aja," ucapnya dengan nada guyonan.

Entah apa yang lucu tapi Alvira, Reza, dan Mario tertawa mendengar itu.

Nusa memperhatikan segalanya, bagaimana kedekatan seorang Alvira sama genk El yang digandrungi oleh banyak cewek. Ia cukup mengerti ada di mana posisinya saat ini, jadi tidak perlu berharap terlalu tinggi terutama pada El.

"Eh ada Kak Nusa juga? Halo, Kak!"

Mendengar itu, Nusa tersenyum manis. Ia berusaha bertingkah sebiasa mungkin, karena tidak masuk akal kalau dirinya ini malah badmood tanpa alasan yang jelas.

"Halo Nusa.." sapa Nusa balik.

Alvira menganggukkan kepala, lalu kembali meraih kotak bekal yang tadi ia taruh di atas meja. Berjalan ke arah El yang masih sibuk menikmati mie ayam tanpa berniat melihat ke arahnya, memang sosok Kakak yang menyebalkan, eits.. tapi sayang!

"Kak Bara ku sayang, Vira buatin roti bakar tadi pagi. Jadi orang tuh bisa gak sih gak langsung ilang gitu aja? Aku nungguin, tau-taunya kata Mommy udah berangkat. Nih bekalnya," ucapnya sambil menaruh kotak bekal di hadapan El.

El hanya menganggukkan kepala, meraih jus milik Nusa juga yang sama sekali belum tersentuh. Ia menolehkan kepala ke arah Alvira, setelah itu menjulurkan jus tersebut. "Minum," ucapnya.

Tepat sekali memang, toh Alvira datang-datang seperti di kejar setan alias napasnya naik turun.

"Wah makasih emang jos banget deh, jadi makin sayang." ucap Alvira sambil memonyongkan bibirnya dengan menggemaskan.

El memutar kedua bola matanya, lalu melanjutkan makan kala gelas di tangannya sudah masuk ke dalam genggaman tangan Alvira lalu adiknya itu meneguk jus tersebut.

Nusa terdiam, bukan karena jus jeruk miliknya di minum Alvira. Namun ia terdiam karena.. karena mendengar Alvira yang membuatkan bekal, menunggu El yang jelas-jelas pagi tadi menjemput dirinya, dan lagi... Mommy? Sedekat apa mereka?

"Udah sana lo,"

"Loh, Kak Bara usir aku?"

"Sini lo,"

Alvira memajukan wajahnya, kalau El berkata seperti itu, pasti akan memberikan dirinya perlakuan manis yang jarang sekali dilakukan lawan jenis di sekolah kecuali status mereka adik kakak kandung dan sudah diketahui seantero sekolah —dengan Nusa sebagai pengecualian, cewek itu murid baru yang tidak tau apa-apa—.

Cup

"Thanks, sekarang lo boleh pergi buat istirahat. Gue ngusir lo biar lo gak cuma ngurusin gue doang,"

"Siap komandan, kan kalau di usirnya kayak gini enak. Oke, bye-bye ya semua!"

Nusa menganggukkan kepala saja, melihat Alvira yang sangat gesit bergerak sampai-sampai sudah melesat dan menghilang di pintu kantin.

"Nih makan, sebagai ganti mie ayam lo."

Nusa menolehkan kepala ke sesuatu benda yang menyentuh lengannya yang ditaruh di atas meja, ternyata kotak bekal milik Alvira. "Gak usah, Bara. Itu kan dibuatin Alvira untuk Bara, aku nanti aja makannya lagia juga belum lap—"

"Makan."

Setelah itu, Nusa menolehkan kepala ke arah Reza dan Mario yang mengangguk-anggukkan kepala ke arahnya, seolah-olah menyuruh dirinya untuk mengambil kotak bekal tersebut.

"Makasih ya, Bara."

"Hm."

...

Next chapter