webnovel

Dzikir Cinta

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

RirinPutriAbdullah · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
22 Chs

UMI ADA CALON LAGI

Wajib Vote Vote Vote Vote!

"Teteh jadi dianter pulang sore ini"

"belum tau, tunggu sebentar"

"Umar, kita pulang sekarang apa besok aja" Maryam bertanya ke anaknya

"Besyhook eshyook" jawab bocah lucu itu

"Besok pagi aja, Rif. Sebelum kamu berangkat sekolah"

"Oh, Iya. Arif ke masjid dulu"

^^^

Kali ini Arif keluar jalan kaki, entah kenapa suasana sore ini membuatnya ingin berjalan kaki. Ia melirik kearah jam ditangannya, masih setengah 5 sore. Dijalan, ia menyapa semua tetangganya yang berpapasan. Tak lama ia sampai kemasjid. Arif masuk dn melaksanakan sholat tahiyatul masjid dua rakaat. Selepas sholat, ia mengambil sapu di belakang dan mulai menyapu lantai masjid. Salah satu agendanya dirumah Allah yang hanya ia dan Allah yang tahu.

^^^

Makan malam sudah siap, tinggal menunggu Arif dan Abinya pulang dari masjid selepas isya. Kholid sudah pulas tertidur, kecapekan seharian bermain. Makan malam kali ini ada sambal matah, dengan banyak lalapan dan ayam goreng lengkuas buatan Bi Sopia.

Mereka semua duduk dimeja makan, sudah mengambil makanan kesukaan masing-masing. Arif mengambil sepotong ayam dan banyak lalapan dengan sedikit sambal. Ia makan dengan lahap. Mereka mengobrol, bercengkrama.

"Bi, sapi yang sakit kemaren sudah sembuh?"

"Udah, Mi. Alhamdulillah. Kayaknya kemaren sakit perut, setelah Abi ruqyah dia banyak minum, terus sekarang udah baik-baik aja"

"Masyaa Allah" mereka menjawab berbarengan

"Sapi yang satu lagi, juga udah mau melahirkan"

"Sapi muda kemaren, Bi?" jawab arif

"Iya. Ini yang pertama. Doakan selamat"

"Aamiin"

Mereka makan dengan santai. Tampak semua menyukai makanan yang disiapkan hari itu. mungkin makan bersama dengan Maryam yang membuat suasna malam itu lebih menyenangkan. Karena biasanya mereka hanya makan bertiga.

"Rif"

"Iya, Mi"

"tadi, teman Umi dari Jakarta telepon, Ummu Ismail. Inget?"

"Yang di Jakarta Selatan itu ya Mi?"

"Iya"

"Inget, kenapa Mi" dada Arif bergetar

"Jadi, dia lagi nyariin calon suami untuk anaknya"

"Sarah?"

"Iya, kamu masih inget?"

"Wah, kayaknya rumah mau rame-rame nih" ikut Maryam. Abi tersenyum

"Arif kan pernah satu sekolah dulu sama dia pas kita masih di Jakarta, teh"

"Masa? Inget banget ih"

"Udah-udah" Umi dan Abi tertawa

" Jadi gimana?"

"Gimana apa, Mi?"

"Nantilah, Mi. Istikharah dulu." Jawab maryam meledek. Arif diam

"Dia kan sama kamu seumuran. Dia juga masih gadis. Anaknya solehah dan cantik"

Arif diam

"Udah ah, Mi. hajatnya kan sudah disampaikan. Nanti juga Arif jawab" Abi menjawab sambil tersenyum, melirik kearah Arif yang sedang mencicipi sisa sambal diujung telunjuk. Arif tersenyum diam, maryuam Umi dan Abi saling lirik.

.........