webnovel

Dzikir Cinta

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

RirinPutriAbdullah · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
22 Chs

TETEH, GIMANA KABAR HUMAIRAH?

Awasss Baperrr!!!!

Follow dan Vote

Hari ahad ini Arif tak memiliki rencana apapun. Tidak memancing, memanah, berenang pun berkuda. Setelah sarapan ia bergegas ke kebun belakang rumah, memetik jagung muda untuk dibikin bala-bala. Arif sangat menyukai makanan yang satu ini, bala-bala jagung. Tak jarang ketika sendirian dirumahpun ia tak segan mengganti baju kokonya dengan kaos pendek kemudian meracik jagung, telur, tepung, daun bawang dan bumbu-bumbu lainnya untuk dijadikan bala-bala.

Sejak semalam Teh Maryam sudah datang, ia biasa menginap di akhir pekan. Usaha Laundry rumahan dan toko pakaian sederhananya ia serahkan kepada karyawannya ketika hari libur. Setelah subuh Kholid sudah mandi, sudah rapid an sudah kenyang. Sayangnya, sekarang ia sudah kotor lagi, anak it seperti tak mau berhenti. Tak bisa diam melihat Arif yang sedang sibuk mengambil jagung sambil membersihkan kebun.

Pakainnya sudah penuh tanah, sampai ke wajah. Maklum, musim hujan seperti ini kebun belakang rumah memang becek. Teh maryam seperti membiarkan anaknya, melepasnya sampai puas bermain dengan tanah dan dedaunan.

"Umar, ayo mandi sayang" teriak teteh Maryam sambil berjalan ke arah kebun dari dalam dapur.

Kuping Umar memang sangat tajam, seketika ia berbalik menoleh kearah ibunya saat mendengar suara. Bocah kecil itu tersenyum, hingga Nampak giginya yang kecil, ia kemudian melepaskan jagung yang dari tadi ia pegang untuk berusaha ia buka. Secepat kilat ia berlari sambil tertawa lepas. Ibunya tak tinggal diam, ia mengejar langkah kecil bocah lincah itu untuk ditangkap dan digelitik. Mereka masuk.

Pekerjaan Arif sudah selesai. Ia mengumpulkan dedaunan tua disudut kebun untuk dibiarkan kering dan dibakar. Ia menyerahkan sekitar 3 kilogram jagung ke dapur, dan memisahkan 1 kilogram jagung di dalam kantung untuk dibawa bik Sopia pulang kerumah.

"Bi, ini buat bawa pulang, yang ini bikin bala-bala semua ya"

"Semua?" saut Umi "Gak kebanyakan?"

"Lebih dari ini juga sering atuh Bu" jawab Bi Sopia

Arif meninggalkan dapur sambil tersenyum. Ia ke kamar kemudian mandi.

Arif membawa beberapa perlengkapan wajib rutin bulanan ke kamar mandi, hari ini hari khusus. Ia mandi lebih lama dari biasanya.

^^^

Selepas mandi, Arif memilih mengenakan celana jogger diatas mata kaki berwarna coklat dengan baju motif army berkerah. Bau dari bala-bala goreng yang sudah matang seakan menyusup masuk kedalam kamarnya melalui celah-celah ventilasi dikarenakan pintu yang terkunci rapat. Arif sudah tak tahan, untuk keluar dan makan bala-bala jagung itu.

Ia segera menuju dapur, mengambil gelas dan membuat secangkir teh panas, baginya bala-bala memang sangat cocok dimakan bersama dengan teh panas. Arif duduk dikursi belakang rumah, memandang kearah kebun jagung dan tanaman lain yang terlihat bersih. Ia menikmati siang itu sambil menunggu adzan zuhur.

Kakak perempuannya menyusul kebelakang, ikut duduk sambil memebawa segelas jus pokat. Mereka berdua terdiam sementara, saling asyik dengan bala-bala dan minumannya.

"Mana Umar, Teh?"

"Tidur sama Nenek nya, capek dia seharian main"

"Ooh"

"Umi tidur juga, teh?"

"Hmh, iya!" sambil sedikit tertawa

Arif memandang langit, putih bersih tak berlobang. Tiba-tiba ia teringat seseorang. 'khumairah'.

"Teteh"

"Hmm" menjawab sambil mengunyah bala-bala

"Khumairah apa kabar?"

"Siapa?"

"Itu maksudnya, ehm siapa? Itu? hmm Asiyah!"

"Ooh, Yaya. Dia baik, kakinya sudah bisa jalan sekarang. Kemaren teteh baru telpon dia. Kenapa kamu tanya?"

"Gak kenapa-kenapa"

Maryam sedikit melirik kearah adiknya sambil pura-pura meletakkan gelas ke mulutnya. Ia melihat betul rona sedikit wajah malu di wajah tirus sang adik.

"Teteh, itu Umi telpon sama siapa ya?" Arif mengalihkan pembicaraan. Entah memang pertolongan Allah untuknya atau seperti apa yang jelas mereka berdua memang sam-sam mendengar ibu mereka sedang mengangkat telepon dari seseorang saat itu.

"Mungkin dari Abi"

.........